Si istri yang melihat itu segera bangkit, dan dengan amarah yang terpendam lama, ia ambil asbak rokok yang terbuat dari keramik di dekat lampu tidur, dan hanya perlu sebuah ayunan yang mengarah tepat ke bagian belakang kepala, hingga akhirnya si suami tersungkur ke lantai.
Pandangan mata Kartika meremang, semua yang ada di depan matanya memburam karena harus menahan air matanya agar tidak jatuh. Segera ia bergegas ke luar dari kamar tersebut, sembari menyeka matanya yang gerimis.
"Terima kasih," ucap Rendra.
Kartika mengangguk lemah. Lalu, Bimo yang tidak mengira semua ini sudah selesai kembali mencipratkan sisa air hujan hingga mengenai Rendra.
Dan kembali semua yang ada di hadapan Kartika menguap, seperti terbakar, tubuh Rendra kemudian memendar, lalu menjelma siluet yang Kartika kenal. Anak lelaki yang memeluk robot berwarna merah dengan luka di kepala karena terjatuh.
Rendra terdiam sebentar, lalu berjalan perlahan di rumah itu, menatap dinding demi dinding, menyentuhnya lembut, mencoba mengeja semua kenangan yang pernah tertinggal di rumah ini. Matanya yang memerah dan berair memandangi Kartika dan Bimo bergantian. Ia mengucapkan terima kasih sekali lagi. Setelah mengusap matanya ia berkata dengan suara serak, "Saya sekarang tahu harus menulis cerita yang bagaimana."
        Â
                                              Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H