Mohon tunggu...
Zulfan Fauzi
Zulfan Fauzi Mohon Tunggu... Novelis - Prosais, penulis

Penulis asal Gambut, daerah yang terjebak di antara Banjarmasin dan Banjarbaru

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Pachinko: Kisah Zainichi dalam Tiga Generasi

24 Januari 2024   08:30 Diperbarui: 24 Januari 2024   08:36 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Judul Novel: Pachinko

Penulis: Min Jin Lee

Tahun terbit: 2017

Penerbit: Gramedia

Konon jauh lebih mudah untuk menjadi diri sendiri dibandingkan menjadi seperti diri orang lain. Barangkali ungkapan klise semacam itu sering kita temui dalam acara motivasi pengembangan diri yang menjamur belakangan ini. Di satu sisi, hal itu sesungguhnya benar---bahwa setiap individu manusia itu adalah unik dan jauh lebih mudah mengembangkan kemampuan diri sendiri saat kita sadar nilai pembeda kita.

Tapi bagaimana jika sesuatu yang membedakan diri kita itu malah membuat kita terkucil. Dan memilih untuk menjadi seperti kebanyakan orang adalah satu-satunya pilihan?

Bahwa pada akhirnya Min Jin Lee dalam novelnya yang berjudul Pachinko mencoba mengungkap semua kegetiran itu. Sebuah narasi yang mencoba mengiris banyaknya lapisan persoalan yang melingkupi kehidupan warga Jepang beretnis Korea alias para Zainichi. Orang-orang yang sepanjang hidupnya terjebak dalam streotipe dan krisis identitas.

Barangkali secara kasat mata maka novel Pachinko karya warga Korea-Amerika ini akan terlihat seperti kisah cinta segitiga pada umumnya---streotipe dan klise ala drama korea, bahwa tokoh A mencintai tokoh B sedangkan tokoh B hatinya sudah terpaut dengan sosok C. Dan artinya tidak ada yang luar biasa dari novel ini.

Dengan mengambil latar era perang dunia II, penjajahan Jepang atas Korea, dan masa-masa setelahnya. Ada tema besar yang ingin diungkapkan oleh penulis dalam narasi yang ia tuliskan. Seperti soal kemanusiaan, keterasingan, hingga pencarian identitas diri.

Melihat jauh ke belakang, ke awal abad ke 20 ketika istilah Zainichi itu akhirnya lahir. Semua itu dimulai karena adanya Perjanjian Anekasasi Jepang-Korea pada tahun 1910. Sebuah perjanjian yang mengakibatkan pemerintah kerajaan Korea kehilangan wewenang dalam mengatur urusan dalam negeri---dan juga berakibat kepada seluruh rakyat Korea saat itu yang kini beralih status menjadi warga Kekaisaran Jepang.

Koh Hansu, Sun Ja, dan Baek Isaac

Hampir tidak ada kisah cinta segitiga yang gagal dalam memikat orang untuk tertarik dan hanyut terbawa plot cerita. Tentu kisah cinta antara Koh Hansu, Sun Ja, dan Beaek Isaac pun bukan pengecualian. Kisah cinta yang terjadi di Busan saat Korea sudah menjadi bagian dari pemerintahan Kekaisaran Jepang.

Semua tampak indah awalnya bagi Sun Ja yang hanya seorang anak pemilik pondok penginapan kecil bagi para nelayan yang mencari ikan. Hidupnya yang semula datar-datar saja, mendadak jadi semarak ketika kehadiran Koh Hansu di hidupnya.

Ketika Sun Ja diselamatkan Koh Hansu dari para pelajar Jepang yang mencoba melecehkannya saat pulang dari pasar. Saat itulah ia telah menyerahkan hatinya kepada lelaki rupawan yang mengaku pengusaha dari Osaka.

Tapi seperti semua mimpi indah yang pada akhirnya tetaplah hanya mimpi dan kau harus terbangun, sadar, dan kembali ke realita---Sun Ja pun begitu---setelah semuanya ia serahkan---baik hati, jiwa, dan tubuhnya. Kenyataan yang pahit menampar dan membangunkannya. Koh Hansu ternyata sudah memiliki istri dan anak di Osaka.

Dan sialnya lagi, ia malah mengandung anak Koh Hansu. Meski lelaki tampan asal Osaka itu mau bertanggung jawab---tapi tidak dengan cara menikahinya. Lelaki itu hanya bisa menjadikan Sun Ja sebagai gundik. Dan Sun Ja menolak. Meski ia hanya anak pemilik pondok penginapan yang miskin, ia mampu bersikap seperti seharusnya perempuan bermartabat.

Setelah semuanya usai dengan Koh Hansu, kehidupan Sun Ja kembali dimasuki oleh lelaki lain. Dan kali ini adalah sosok lelaki tampan yang penyakitan, seorang pendeta asal Pyongyang yang berniat pergi ke Jepang.

Semua diawali oleh keyakinan Baek Isaac bahwa Tuhannya itu Maha Pengasih, maka meski tidak ada percik cinta di antara ia dan Sun Ja yang tengah hamil anak dari lelaki lain. Ia memutuskan untuk menikahi dan bertanggung jawab atas Sun Ja dan anak yang dikandungnya. Setelah menikah mereka berdua pun hijrah ke Osaka untuk menetap di sana.

Penyangkalan dan Penerimaan

Tidak seperti bayangan Sun Ja pada awalnya, Osaka dengan segala kegemerlapan dan keanggunannya yang pernah diceritakan Koh Hansu. Di Osaka tidak ada tempat bagi para imigran Korea seperti mereka, selain di pinggiran kota yang kumuh dan banyak pencuri.

Meski keluarga kecil itu mengalami kesulitan, mereka tetap bertahan. Baek Isaac yang bekerja sebagai pendeta dan Sun Ja serta saudara iparnya yang berjualan kimchi bergulat dengan kerasnya kehidupan di Osaka.

Pergulatan mereka dengan kerasnya kehidupan Osaka di era pemerintahan militer Jepang terasa manis, karena kehadiran kedua putra mereka yaitu Baek Noah dan Baek Mozasu yang merupakan generasi kedua dari warga Korea yang menetap di Jepang. Meski Noah adalah anak Sun Ja dengan Koh Hansu, rasa sayang Isaac kepada Noah tidak perlu diragukan.

Meski kehidupan di Osaka itu sulit, tapi mereka bisa bertahan. Namun, semua itu tidak bertahan lama. Baek Isaac ditangkap dan dipenjara oleh pemerintahan militer Jepang. Dan kehidupan keluarga kecil itu pun kembali nestapa.

Tinggal di pinggiran Busan sebagai imigran Korea yang terkucilkan baik Noah dan Mozasu tumbuh menjadi dua orang yang berbeda. Noah yang pintar dan rajin dan dianggap sebagai harapan orang Korea akan masa depan, serta sang adik Mozasu yang biasa-biasa saja dan sering bikin onar yang semakin menguatkan streotipe imigran Korea di Jepang.

Noah tumbuh dengan cita-cita menjadi orang Jepang seutuhnya dan menyangkal segala hal yang menyangkut Korea dengan dirinya. Apalagi ketika ia tahu bahwa ia adalah anak dari Koh Hansu yang merupakan orang Korea yang menjadi pimpinan Yakuza dan memiliki banyak bisnis gelap di seantero Jepang. Sehingga membuat Noah semakin menyangkal segala ke-korea-an yang ada dalam dirinya.

Beda Noah, beda pula dengan Mozasu---sang adik ini adalah gambaran seutuhnya seorang zainichi dalam streotipe---yang selalu digambarkan tukang buat onar, tidak berpendidikan, kotor, dan tidak ada masa depan. Berlainan dengan sang kakak yaitu Noah, Mozasu menerima seutuhnya identitasnya sebagai etnis Korea. Hal itu pun akhirnya disempurnakan dengan pilihan Mozasu untuk berhenti sekolah dan bekerja di tempat judi Pachinko.

Metafora Pachinko

Seperti permainan judi Pachinko yang lebih mengutamakan keberuntungan daripada kepintaran. Barangkali kisah Mozasu sebagai generasi kedua zainichi yang tinggal di Jepang adalah penggambaran yang tepat. Tidak terlahir dengan kepintaran dan memiliki sifat temperamental, ia malah beruntung mampu bertahan hidup dan membawa keluarganya keluar dari jurang kemiskinan.

Pula, bagaimana mesin pachinko yang kerap dijadikan alat berjudi menjadi perlambang warga Korea yang digambarkan kerap membuat masalah, pemalas, dan tidak memiliki masa depan selain ada di jalanan. Dan fakta yang menarik tentang bisnis pachinko adalah, hampir delapan puluh persen pemilik Bar Pachinko itu adalah warga Jepang keturunan Korea.

Baek Solomon anak dari Mozasu yang merupakan generasi ketiga dari keluarga zainichi ini berusaha mencoba mendobrak streotipe itu. Mendapat pendidikan barat dan berkuliah di Amerika, Solomon yang semula bekerja untuk Bank besar di Jepang akhirnya mundur dan memutuskan untuk meneruskan usaha pachinko ayahnya.

Dengan menjadikan latar masa-masa kekejaman perang dan era setelahnya, serta pencarian akan identitas diri, hingga menjadi rantai yang saling berkelindan untuk menggerakkan takdir para Zainichi di Jepang sana yang diwakili kerasnya kehidupan keluarga Sun Ja selama tiga generasi.

Novel ini cocok dibaca untuk mereka yang memiliki ketertarikan akan sejarah Jepang dan juga Korea. Min Jin Lee dengan piawai sudah menulis ulang kisah para Zainichi dan kegetiran yang mereka alami, serta secara padu telah merangkum kehidupan mereka dalam narasi yang memikat tanpa berusaha menghakimi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun