Mohon tunggu...
Zulfan Elba
Zulfan Elba Mohon Tunggu... Buruh - Last Hope for Last Love

Penulis amatir yang masih belajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Last Hope for Last Love Jilid 2: Analis BenCi

30 Juni 2022   08:02 Diperbarui: 30 Juni 2022   08:19 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Segala puji penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya lah saya sebagai penulis dapat menyelesaikan penyusunan cerpen “ Last Hope for Last Love Jilid 2 : Analis BenCi “. Namun sebagai manusia biasa, saya tak luput dari kesalahan ataupun kekhilafan baik pada teknik penulisan maupun pemilihan kata. 

Saya menyadari bahwa tanpa arahan dan masukan-masukan dari berbagai pihak yang telah membantu, mungkin saya tidak bisa menyelesaikan cerpen ini tepat waktu. Cerpen ini dibuat sedemikian rupa hanya sebagai inspirasi kepada anak muda Indonesia untuk selalu memanfaatkan kesempatan berkarya dan berinovasi selagi muda, terlebih khusus karya tulis.

Maka dengan kerendahan hati, saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam proses penyelesaian cerpen, termasuk sosok dibalik cerpen ini. Terimakasih untukmu Kakak...

Semoga karya tulis ini dapat menghibur dan mudah dipahami bagi para pembaca, terlebih khusus untuk dirinya.

Pontianak, 26 Juli 2020

Penulis

Dibalik sebuah perjuangan, tidak ada perkataan lagi yang telah diberikan. Meskipun hanya sebatas senyuman yang perlahan hilang, itu hanyalah sebuah langkah menuju terciptanya kenangan entah itu manis atau pahit. 

Bagaikan senyawa garam yang terbentuk dari reaksi antara asam dan basa, harapan yang berujung BenCi seakan penuh dengan tanda tanya dan kebimbangan. Apakah benar-benar penuh kebencian bagaikan asam atau benar-benar cinta seperti basa ? Tanda tanya yang sangat mengusik jiwa dan raga ini. 

Hamparan sajadah masih menjadi pilihan untuk tempatku mengadu dan tadahan tangan masih menjadi sarana untuk tempatku berharap. Semoga dilema ini berujung pada kebahagiaan yang tak tertakar.

Gagal jadi Analis, Semoga Sukses Jadi Penulis

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun