Mohon tunggu...
Zulengka Tangallilia
Zulengka Tangallilia Mohon Tunggu... Freelancer - INDONESIA

Paramedic, Cinta Budaya dan Pendidikan, mendata dan mengembangkan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Bulan Merah (Cerpen)

15 Agustus 2020   11:20 Diperbarui: 15 Agustus 2020   11:36 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore itu pula Hasan dijemput di Rumahnya, bersama mereka diarak keliling kampung dan kemudian disimpan di tempat itu. Tempatnya merenung karena besok Ia akan meregang nyawa.

"Saya sebenarnya tidak sanggup melakukan ini, tapi ini adalah perintah". Ucap Kari dengan kepulan asap keluar dari lubang hidungnya.

Perempuan itu hanya tetap menatap dinding dari pelepah sagu itu, dengan pandangan kosong dan air mata terus mengalir di matanya.

"Janganlah kau menangis, Sebentar subuh, saat semua teman-temanku sembahyang, saya akan melepaskan kau, tapi dia tidak !". Tunjuk Kari kepada Hasan, laki-laki yang telah diikat di rumah seberang.

Perempuan itu kemudian berpaling dan menatap hasang dari sela-sela dinding pelepah sagu, dengan mata yang penuh air mata, ia menatap Kari dengan diam. Ayam berkokok membangunkan para laskar itu dan segera mereka pergi untuk membasu muka dan Wudhu untuk sembahyang subuh.

"Inilah saatnya, Kamu segera pergi, tapi Ingat !. Jika kau tertangkap maka saya yang akan lebih dulu menggorok lehermu". Ucapnya dengan suara pelang.

Sontak, Perempuan itu berlari meninggalkan tempatnya di tahan, dan kemudian menghilang dibalik gelap malam.Kari pun lekas membasu muka dan Berwudhu, Ia kemudia shalat subuh bersama teman-temannya.

"Kari, dimana kau ?". Teriak Hami.

"Saya disini, saya baru saja sembahyang Subuh, kenapa ?". Jawab kari.

"Perempuan itu melarikan diri !". Jawab Hami.

"Tunggu apa lagi, kita cari". Jawab Kari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun