Mohon tunggu...
Zuhri mawardi
Zuhri mawardi Mohon Tunggu... Musisi - pendidikan bahasa arab

santuy, aman dan enjoy

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Review Buku "Filsafat Ilmu dalam Perspektif Islam"

7 Maret 2020   18:00 Diperbarui: 7 Maret 2020   18:05 2428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Nama Buku : filsafat ilmu dalam perspektif islam
Penulis       :  Drs. M. Zainuddin, MA
Penerbit      : Bayu Media Publishing

Manusia adalah makhluk mukallaf, yang dibebani kewajiban dan tanggung jawab. Dengan akal pikirannya ia mampu menciptakan kreasi spektakuler berupa sains dan teknologio. Manusia juga bagian dari realitas kosmos yang menurut para ahli pikir disebut sebagai al-kain al-natiq, “makhluk yang berbicara” dan “makhluk yang memiliki nilai luhur.

Oleh sebab itu tidak heran jika ada yang mengatakan, bahwa manusia “pencipta kedua” setelah tuhan. Hal ini dapatb dipahami, betapa manusia yang dianugrahi rasio oleh tuhan itu mampu menciptakan kreasi canggih berupa sains dan teknologi.

Al qur’an dan hadist sarat nilai-nilai dan konsep untuk memberikan tuntutan hidup manusia, begitu juga mengenai petunjuk ilmu pengetahuan. jika manusia mau menggali isi kandungan Al-qur’an, niscaya banyak ditemukan beberapa persoalan yang berkaitan dengan ilmu (baik ilmu pengetahuan sosial maupun ilmu pengetahuan alam), misalnya perhatikan Q.S Ali Imron 190-191. Di sini dipaprkan tentang kreasi penciptaan alam oleh Allah SWT yang harus direnungkan oleh manusia yang berakal dan berilmu pengetahuan.

Dalam hadist, Nabi bersabda bahwa mencari ilmu itu wajib hukumnya bagi setiap orang islam. Dan pada kesempatan lain beliau pun mengajurkan agar manusia mencari ilmu yang bermanfaat, yang berguna bagi kesejahteraan umat, dan meski  dari manapun datangnya.

Betapa ilmu amat penting artinya, sehingga hanpir setiap saat manusia tak pernah lepas dari apa yang disebut sebagai aktivitas pencarian ilmu. Dalam konsep islam terdapat kredo yang menegaskan, bahwa mencari ilmu itu suatu kewajiaban, ibadah, dan berdosa yang meningggalkannya. Dan ilmu dari dahuku sampai saat ini berkembang  dari tahap mitis pemikiran manusia sampai pada tahap supra rasional.

Bagi seorang muslim, pengetahuan bukan merupakan tindakan atau pikiran yang terperinci dan abstrak, melainkan merupakan bagian yang paling dasar dari kemajuan dan pandangan dunianya(world-wife). 

Pemikir muslim mengkonseptualisasi ilmu yang mereka lakukan mungkin paling nyata nampak dalam upaya mendefisikan ilmu yang tiada habis-habisnya, dengan kepercayaan bahwa ilmu merupakan perwujudan “memahami tanda-tanda kekuasaan tuhan”.

Dalam perspektif islam, filsafat merupakan upaya untuk menjelaskan cara Allah menyampaikan kebenaran atau haq dengan bahasa pemikiran tang rasional. Karena dalam ajaran islam diantara nama-nama Allah terdapat juga kebenaran, maka tidak teralakkan bahwa terdapat hubungan erat antara filsafat dan agama (C.A Qadir,1989:8).

Dalam bab 2 menjelaskan sekilas filsafat ilmu. Pada umumnya, bahwa filsafat adalah pengetahuan tentang kebijaksaan, prinsip-prinsip mencari kebenaran, atau berfikir rasional-logis, mendalam dan bebas(tidak terikat dengan tradisi, dogma agama) untuk memperoleh kebenaran. Filsafat berasal dari bhasa yunani, philos yang berarti cinta dan sophia yang berarti kebijaksaan (wisodm).

Ilmu adalah bagian dari pengetahuan, demikian seni dan agama. Ilmu berusaha memahami alam sebagaimana adanya, dan hasil kegiatan keilmuan merupakan alat untuk meramalkan dan mengendalikan gejala-gejala alam.

Secara garis besar, jujun S. suriasumanteri (dalam A.M Saifuddin et,al , 1991 ; 14) menggolongkan pengetahuan menjadi tiga kategori umum, yakni ;

(1) pengetahuan tentang yang baik dan buruk( yang disebut etika/agama), (2) pengetahuan tentang indah dan jelek (disebut dengan estetika/seni), (3) pengetahuan tentang benar dan salah( diesbut dengan logika/ilmu). Ilmu merupakan suatu pengetahuan yang mencoba menjelaskan rahasia alam agar gejala alamiah tersebut tak lagi merupakan misteri.

Filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang ciri-ciri mengenai pengetahuan ilmiah dan cara0cara untuk memperoleh pengetahuan tersebut. Filsafat ilmu erat kaitannya dengan filsafat pengetahuan dan epistemologi, yang secara umum meyelidiki syarat-syarat serta bentuk-bentuk pengalamn manusia, juga mengenai logika dan metodologi.

Terdapat empat titik  pandang dalam filsafat ilmu, yaitu

1. Bahwa filsafat ilmu adalah perumusan world-view yang konsisten dengan teori-teori ilmiah yang penting. Yang mana tugas filsuf ilmu untuk mengelaborasi implikasi yang lebih luas dari ilmu.
2. Bahwa filsafat ilmu adalah eksposisi dari presuppostion dan pre-disposition dari para ilmuan.
3. Filsafat ilmu adalah suatu disiplin ilmu yang di dalamnya terdapat konsep-konsep dan teori-teori tentang ilmu yang dianalisis dan diklasifikasikan;
4. Filsafat ilmu menjadi patokan tingkat kedua. Filsafat ilmu menuntut jawaban terhadap beberapa pertanyaan yang ada.

Objek kajian filsafat ilmu  yang mana terdapat tiga komponen yang merupakan tiang penyangga tubuh pengetahuan yang disusunnya yaitu, ontologi, epistemologi dan aksiologi. Ontologi menjelaskan mengenai pertanyaan “apa”, epistemologi menjelaskan tentang bagaimana dan aksiologi menjelaskan pertanyaan untuk apa.

Ontologi merupakan asas dalam menetapkan batas ruang lingkup wujud yang menjadi objek penelaahan serta penafsuran tentang hakikat realitas(metafisika). Louis O, Katsoff membagi ontologi dalam tiga bagian: ontologi bersahaja, ontologi kuantitatif dan kualitatif, serta ontolo monistik. Dikatakan ontologi bersahaja sebab segala sesuatu dipandang dalam keadaan sewajarnya dan apa adanya. 

Dikatakan ontologi kuantitatif karena dipertanyakannya mengenai tunggal atau jumlahnya dan dikatan dikatakan ontologi kualitatif juga berangkat dari pertanyaan: apakah yang merupakan jenis kenyataan itu sedangkan ontologi monistik adalah dikatakan bahwa kenyataan itu tunggal adanya; keanekaragaman, perbedaan dan perubahan dianggap semu belaka.

Lahir empat aliran filsafat yang memberikan jawaban  masalah ini

1. Aliran monisme. Yang berpendapat bahwa yang ada itu hanya satu bagi yang berpendapat bahwa yang ada itu serba spirit,ideal,serba roh, maka dikelompokka dalam aliran monisme-idealisme.

2. Aliran dualisme. Aliran ini menggabungkan antara idealisme dan materialisme dengan mengatakan, bahwa alam wujud ini terdiri dari dua hakikat  sebagai sumber  yaitu; hakikat materi dan hakikat rohani.

3. Aliran pluralisme. Menurut aliran ini manusia adalah makhluk yang tidak hanya terdiri dari jasmani dan rohani, tetapi juga tersusun dari api, tanah, dan udara yang merupakan unsur substansial dari segala wujud.

4. Aliran agnotisme. Aliran ini mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat materi ataupun hakiakt rohani.

Epistemologi adalah cabang filsafat yang menyelidiki asal-muasal metode-metode dan sahnya ilmu pengetahuan. epistemologi meluputi tata cara dan sarana untuk mencapai pengetahuan. Secara garis besar  terdapat dua pokok dalam epistemologi, yaitu rasionalisme dan empirisme.

Rasionalisme adalah suatu lairan pemikiran yang menekanka pentingnya peran akal atau ide, sementara peran indra dinomorduakan. Pemikiran para filsuf ini tidak lepas dari orientasi ini, rasio dan indera. Dari rasio kemudian melahirkan rasionalisme yang berpijak pada dasar ontologik idealism atau spiritualisme dan indera lalu melahirkan empirisme yang berpijak pada dasar ontologik materialism.

Filsafat empirsme di kembangkan oleh filsuf-filsuf inggris: F.Bacon dll. Kebenaran yang diperoleh dengan emperisme bersifat korespondensi, hasil hubungan antara subjek dan objek melalui pengalaman, sehingga mudah dibuktikan dan diuji. Kebenaran didapat dari pengalaman melalui induktif, dari suatu benda lalu ditarik kesimpulan.

Korespon merupakan teori kebenaran yang mendasarkan diri pada kriteria tentang kesesuaian antara materi yang dikandung oleh suatu pernyataan dengan objek yang dikenai pertanyaan tersebut. Kebenaran harus sesuai denagn kenyataan setelah dibuktikan(verifikasi).

Aksiologi adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang pada umumnya ditinjau dari sudut pandang kefilsafatan. Aksiologi meliputi nilai-nilai, parameter bagi apa yang disebut sebagai kebenaran atau kenyataan itu, sebagaimana kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasan fisik materil dan kawasan simbolik yang masing-masing menunjukan aspeknya sendiri-sendiri.

Dalam pendekatan aksiologis ini, jujun(1986: 6) menyebutkan, bahwa pada dasarnya ilmu harus digunakan dan dimanfaatkan untuk kemashlahatan manusia. Maka ilmu dapat dimanfaatkan sebagai sarana dan alat dalam meningkatkan taraf hidup manusia dengan memperhatikan kodrat dan martabat manusia serta kelestarian atau keseimbangan alam. 

Dalam kebutuhan tersebut dapat disusun secara komunal dan universal. Komunal berarti, bahwa ilmu merupakan pengetahuan yang menjadi milik bersama, setiap orang berhak memanfaatkan ilmu menurut kebutuhannya sesuai dengan komunalisme. Universal berarti bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi parokial:ras, ideologi atau agama. Tidak ada ilmu barat dan tidak ada pula ilmu timur.

Pembahasan selanjutnya tentang ilmu menurut konsep islam. Dalam merepon saisns modern, ilmuwan muslim memiliki perspektif tang berbeda-beda yaitu;

a) Kelompok yang menganggap bahwa sains modern bersifat universal dan netral dan semua sains tersebut dapat ditemukan dalam Al-Qur’an. Kelompok ini disebut Bucailion.

b) Kelompok yang berusaha untuk memunculkan persemakmuran sains di negara-negara islam, karena kelompok ini berpendapat, bahwa ketika sains berada dalam masyarakat islam, maka fungsinya akan termodifikasisehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan cita-cita islam. Barangkali tokoh Ismail Raji Al-faruqi, Naquib Al-Attas, Abdussalam dan kawan-kawan bisa diklasifikasikan dalam kelompok ini, dengan konsep islamisasinya.

c) Kelompok yang ingin membangun paradigma baru (epistemologi) islma, yaitu paradigma pengetahuan dan paradigma perilaku. Paradigma pengetahuan memusatkan perhatian pada prinsip,konsep, dan nilai utama islam yang menyangkut pencarian bidang tertentu; dan paradigma perilaku menentukan batasan-batasan etika di mana para ilmuwan dapat dengan bebas bekerja(sardar,1988:102). 

Paradigma ini berangkat dari Al-Qur’an bukan berakhir dengan Al-Qur’an sebagaimana yang diterapkan oleh Bucillisme. Kelompok ini diwakili oleh Fazlurrahman, Ziauddin sardar dan kawan-kawan.

Upaya pencarian ilmu pengetahuan dalam islam atau memang bukan hal yang baru, melainkan sudah dilakukan oleh ulama-ulama sejak dahulu. Persoalan ini bermula dari perspektif mereka menegenai”apakah Al-Qur’an merupakan sumber ilmu pengetahuan atau hanya sebagai petunjuk agama saja?” dari sini lantas muncul dua kelompok. 

Pertama misalnya seperti yang dikatakan Al-Ghazali dalm kitab ihya’ ulumuddin beliau mengatakan, bahwa seluruh ilmu tercakup dalam karya-karya dan sifat-sifat Allah, dan Al-Qur’an adalah penjelas esensi-esensi dan perbuatan-NYA.

Kelompok kedua, seperti yang diwakili oleh As-Syatibi mengatakan, bahwa orang-orang shalih jaman dulu (para sahabat) tidak berbicara bentuk-bentuk ilmu, padahal mereka lebih memahami Al-Qur’an.

Al-Maraghi berpendapat, bahwa Al-Qur’an mengandung prinsip-prinsip umum, artinya seseorang dapat menurunkan seluruh pengetahuan tentang perkembangan fisik dan spiritual manusia yang ingin diketahuinya dengan bantuan prinsip-prinsip tersebut.

Dan kewajiban ilmuwan adalah menjelaskan rincia-rincian yang diketahui pada masanya kepada masyarakat. Adalah penting menafsirkan makna ayat dalam sorotan sains. Tetapi juga tidak boleh berlebih-lebihan menafsirkan fakta-fakta ilmiah denagn mencocok-cocokkan Al-Qur’an.

Zubeir dalam (fatimah ed.1922:104-107) berpendapat, bahwa terdapat empat sumber pengetahuan yang berbeda menurut tingkat dan kualitas kemampuannya, tetapi pada hakikatnya merupakan satu kesatuan, yaitu : 1) pengetahuan inderawi,2) pengetahuan naluri,3) pengetahuan rasio, 4) oengetahuan intuitif/imajinatif dan,5) pengetahuan Transenden/wahtu.

Beralih ke pembahasan yang mana menjelaskan tradisi keilmuan islam; sebagaimana dicatat oleh Ahmad  Amin(1969:141) bahwa pada awal timbulnya islam, barulah tujuh belas orang suku Quraisy yang pandai baca-tulis. Nabi menganjurkan para pengikutnya untuk belajar membaca dan menulis. Sebagaimana Aisyah istri Nabi mengajarkan ank angkatnya untuk belajar tulisan ibrani dan suryani. 

Sejak itulah gerakan melek huruf untuk pertama kalinya dilakukan islam dalam rangka pengamalan ilmu sehingga berkembang  secara menyeluruh dan dalam skop yang lebi luas.

Islamisasi ilmu pengetahuan yang dikehendaki Al-Farq Dkk, adalah: menuangkan kembali pengetahuan sebagaimana yang dikehendaki oleh islam, yaitu memberikan definisi baru, mengatur data, mengevaluasi kembali kesimpulan-kesimpulan dan memproyeksikan kembali tujuan-tujuannya.

Secara global ada lima program kerja yang dirumuskan Al-farqo yaitu;

a) Penguasaan disiplin ilmu modern

b) Penguasaan khazanah islam

c) Penentuan releveansi islam bagi masing-masing bidang ilmu modern

d) Pencarian sintesa kreatif antar khazanah islam dengan ilmu modern

e) Pengarahan aliran pemikiran islam ke jalan-jalan yang mencapai pemenuhan pola rencana Allah SWT.

Ilmu-ilmu modern barat pun masih bisa dipakai sepanjang relevan dengan nilai islam. Oleh sebab itu yang harus selalu ditinjau kembali adalah landasan falsafahnya, yang menyangkut tujuan dan kegunaannya. 

Demikianlah tugas para ilmuwan muslim untuk meluruskan dan mengarahkannya sesuai dengan tujuan nilai-nilai islam. Baik konsep sardar maupun Al-Faruqi sama-sama memiliki tujuan yang tak berbeda, yaitu: tauhid, khilafah, amanah, ‘adalah, dan ishtishlah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun