Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya Tuhanku telah membimbingku ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus, dan dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Al-An‘ām [6]:161)
Berdasarkan sabda Nabi Saw. dan firman Allah di atas, Islam merupakan diin yang mengandung dan mengajarkan nilai-nilai yang mulia. Oleh karena itu, Nabi Muhammad Saw. menjadikan amalan manusia yang paling berat saat ditimbang pada Hari Kiamat adalah akhlak yang baik.
Akhlak dibagi menjadi dua macam, yaitu akhlak personal dan akhlak masyarkat.
Akhlak personal adalah akhlak yang secara khusus berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah Swt. Akhlak ini dimulai dengan kemurnian akidah, cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, ikhlas karena-Nya, takwa kepada-Nya, tawakal kepada-Nya, dan takut kepada-Nya. Kemudian, sucinya jiwa dari sifat sombong dan membanggakan diri sendiri, serta terhiasnya jiwa dengan akhlak, seperti zuhud, malu, sabar, dan istikamah dalam beribadah.
Adapun akhlak masyarakat adalah akhlak yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesama. Hal ini meliputi, akhlak yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan sesamanya, baik yang muslim maupun non-muslim. Kemudian, akhlak yang berkaitan dengan dengan hubungan muslim dengan keluarga, saudara, kerabat, tetangga, dan putra-putrinya yang muslim, seperti kasih sayang, jujur, toleransi, tawadhu, adil, dermawan, dan lain sebagainya.
Dapat kita katakan bahwa, “tuntunan akhlak yang diajarkan Islam mengarah kepada Allah, kepada manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, bahkan alam raya dan benda-benda tidak bernyawa. Akhlak dan sopan santun yang diajarkan Islam mencakup sekian banyak nilai luhur yang hendaknya menghiasi kepribadian muslim. Pada prinsipnya kaidah umum sopan santun terhadap sesama, bukan sekadar memanusiakannya, tetapi jugga memperlakukannya sebagaimana Anda ingin diperlakukan, baik sekarang maupun nanti.” Demikian tulis Muhammad Quraish Shihab dalam Islam yang Saya Anut-nya.
Di antara akhlak masyarakat tersebut ada beberapa macam yang dibutuhkan oleh seorang pendakwah Islam, yaitu:
- Memberi nasihat. Mencegah kemunkaran dalam masyarakat memiliki beberapa tingkatan, yaitu:
- Tingkatan tertinggi, ialah mengubah kemunkaran dengan tangah. Yakni, menyingkirkannya. Ini hanya sedikit yang mampu melakukannya.
- Tingkatan terendah, ialah mencela keburukan dengan hati. Ini hanya orang yang tidak berdaya dann terpaksa yang mampu melakukannya.
- Tingkatan tengah, ia mencela keburukan dengan lidah. Ini dilakukan dalam bentuk nasihat. Dan ini adalah salah satu sikap penting yang harus dimiliki oleh seorang pendakwah Islam.
- Melayani masyarakat. Seorang pendakwa sejati tidak hanya memberikan nasihat dan ceramah-ceramah, tetapi juga ia adalah seseorang yang merasakan perasaan orang lain dan melayani mereka tanpa pamrih dan pilih kasih. Dala, konteks ini, kisah Rasulullah Muhammad Saw. dengan seorang Badui yang datang ke Makkah, di mana ia memiliki hak atas Abu Jahal, tetapi Abu Jahal mengingkarinya. Lalu, orang Badui itu meminta bantuan kepada Rasulullah Saw.. Beliau pun membantunya hingga Abu Jahal menunaikan kewajibannya atas orang Badui itu. Kisah ini dapat menjadi bukti bahwa seorang pendakwah harus memiliki akhlak melayani masyarakat tanpa pamrih dan pilih kasih.
- Mempelajari adab berselisih pendapat, prinsip-prinsip dialog dan diskusi. Kisah Usamah bin Zaid yang ditegur oleh Rasulullah Saw. saat ia membunuh seorang musyrik dapay menjadi dalil untuk akhlak ini. Kisah itu adalah Usamah bin Zaid membunuh seorang musyrik setelah ia menyatakan keislamannya dan berkata: laa ilaaha illallah (tiada tuhan selain Allah). Rasulullah Saw. menegurnya atas tindakan tersebut dan berkata: “apakah kamu telah membunuhnya setelah ia mengucapkan laa ilaaha illallah (tiada tuhan selain Allah)?”. Usamah menjawab: “wahai Rasulullah, ia mengatakannya karena takut pada pedangku. Maka Rasulullah Saw. menjawab: “apakah kamu membelah dadanya?”. Jadi, meskipun semua tampak menunjukkan bahwa dia mengatakan laa ilaaha illallah (tiada tuhan selain Allah) karena takut dibunuh, Allah tidak mengizinkan kita menunduh (tanpa alasan yang jelas).
Tujuan dari tazkiyah adalah kesuksesan dan kebahagiannya di akhirat, sebagaimana firman Allah:
قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّىٰهَا ٩ وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّىٰهَا ١٠
Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu), dan sungguh rugi orang yang mengotorinya. (QS. Al-Syams [91]: 9-8)
Tazkiyah memilih peran yang besar dalam gerakan Islam. Tujuan pertama gerakan Islam adalahh membangun pribadi muslim. Ini hanya dapat terwujud dengan tazkiyah. Tazkiyah yang dilakukan oleh seorang pendakwah Islam akan menjadikannya lebih aktif dan semangat dalam pekerjaannya. Sementara itu, hidup dan aktifnya gerakan Islam adalah hidup dan aktifnya individu-individunya.