Mohon tunggu...
zuhaili zulfa
zuhaili zulfa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa. Pengajar.

Hobi Menulis, olahraga dan bersepeda.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Membangun Pribadi dan Masyarakat Muslim melalui Tazkiyah

13 Januari 2025   22:30 Diperbarui: 13 Januari 2025   21:34 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seseorang sedang berdoa (Sumber: https://tse2.mm.bing.net/th?id=OIP.v27vbKQrkT7fm_LHHRu6EwHaE7&pid=Api)

(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,” (QS. Al-A‘rāf [7]:172)

فَاَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّيْنِ حَنِيْفًاۗ فِطْرَتَ اللّٰهِ الَّتِيْ فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَاۗ  لَا تَبْدِيْلَ لِخَلْقِ اللّٰهِ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُۙ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُوْنَۙ

Maka, hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam sesuai) fitrah (dari) Allah yang telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah (tersebut). Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS. Ar-Rūm [30]:30)

Jiwa manusia sebagaimana dideskripkan di atas selalu berada dalam persimpangan tiga panggilan, yaitu:

  • Panggilan fitrahnya, yaitu panggilan yang selalu ada dalam diri, dan/atau seruan yang selalu dilakukan oleh, para nabi, para pengikutnya (sahabat mereka yang satu masa dengan mereka), dan orang-orang yang mengimani mereka (yang tidak berjumpa dengan para nabi itu, namun mengimani dan meyakini bahwa mereka adalah utusan Allah yang diberi wahyu).
  • Panggilan  nafsu syahwatnya, yaitu bisikan setan yang tidak dapat memengaruhi manusia, kecuali melalui hawa nafsunya.
  • Pengaruh lingkungan, yaitu faktor-faktor eksternal yang memengaruhi jiwa, seperti yang dijelaskan dalam sabda Nabi Muhammad Saw.:

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ على الفِطْرَةِ، فأبَواهُ يُهَوِّدانِهِ، أوْ يُنَصِّرانِهِ، أوْ يُمَجِّسانِهِ

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, lalu kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi (HR. Muslim)

Jiwa manusia merespons salah satu dari tiga bentuk panggilan di atas. Kemudian, hal ini menentukan jenis dan karakteristik jiwa manusia, yaitu:

  • Al-Nafsu Al-Ammarah Bis Suu’ (jiwa yang memerintahkan kepada kejahatan). Ialah jiwa yang paling rentan terhadap bisikan setan dan pengaruh lingkungan yang buruk. Allah Swt. berfirman:

وَمَآ اُبَرِّئُ نَفْسِيْۚ اِنَّ النَّفْسَ لَاَمَّارَةٌ ۢ بِالسُّوْۤءِ اِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّيْۗ اِنَّ رَبِّيْ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan) karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yūsuf [12]:53)

  • Al-Nafsu Al-Lawwaamah (Jiwa yang suka menyalahkan diri). Dinamakan demikian sebab, jiwa tersebut terpengaruh faktor-faktor keburukan dan terjerumus, namun ia menyesali, kemudian mencela dirinya, dan bertaubat. Ini artinya jiwa tersebut terombang-ambing antara kebaikan dan keburukan, tetapi berusaha kembali ke jalan yang benar dengan mencela diri dan bertaubat. Allah Swt. berfirman:

لَآ اُقْسِمُ بِيَوْمِ الْقِيٰمَةِۙ ۝ وَلَآ اُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

Aku bersumpah demi hari Kiamat. Aku bersumpah demi jiwa yang sangat menyesali (dirinya sendiri). (QS. Al-Qiyamah [75]: 1-2)

  • Al-Nafsu Al-Muthma’innah (jiwa yang tenteram). Ialah jiwa yang iman kepada Allah. Jiwa yang berjalan menuju pada dan melaksanakan syariat-Nya tanpa keberatan. Jiwa yang ridha terhadap takdir-Nya. Jiwa tersebut percaya dan meyakini bahwa, semua tuntunan dan ketentuan-Nya adalah baik, dan balasan atas melaksanakannya adalah surga. Allah Swt. berfirman:

يَـٰٓأَيَّتُهَا ٱلنَّفْسُ ٱلْمُطْمَئِنَّةُ ٢٧ ٱرْجِعِىٓ إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةًۭ مَّرْضِيَّةًۭ ٢٨ فَٱدْخُلِى فِى عِبَـٰدِى ٢٩ وَٱدْخُلِى جَنَّتِى ٣٠

Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Tuhanmu dengan rida dan diridai. Lalu, masuklah ke dalam golongan hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku! (QS. Al-Fajr [89]: 27-30)

            Tazkiyah secara bahasa berarti ‘membersihkan’ dan ‘mengembangkan’. Abdul Aziz bin Muhammad dalam Ma’alim Fi Al-Suluk Wat Tazkiat Al-Nufus-Nya mendeskripsikannya dengan memperbaiki dan menyucikan jiwa melalui ilmu yang bermanfaat, amal saleh, mengerjakan apa yang diperintahkan dan menjauhi apa yang dilarang oleh Allah Swt. Tazkiyah dilakukan  untuk membawa jiwa manusia kepada derajat Al-Nafsu Al-Muthma’innah (jiwa yang tenteram). Hal ini dilakukan dengan:

  • Membersihkan jiwa dari penyakit hati, malapetaka (penyakit tersebut), dan hawa nafsu,
  • Menghiasinya dengan akhlak yang mulia.

Puncak dari tazkiyah ini adalah penanaman akhlak mulia. Dan ini adalah tujuan dari diutusnya Nabi Muhammad Saw. Beliau bersabda:

إنَّما بعثتُ لأتمِّمَ مَكارِمَ الأخلاقِ

Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnkan akhlak yang mulia (HR. Ahmad)

Allah Swt. berfirman:

قُلْ اِنَّنِيْ هَدٰىنِيْ رَبِّيْٓ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍ ەۚ دِيْنًا قِيَمًا مِّلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًاۚ وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun