Potensial dikembangkan
Kementerian Perindustrian menyatakan, salah satu komoditas pangan lokal yang potensial untuk dikembangkan adalah sagu. Alasannya, pohon sagu dapat tetap tumbuh meskipun saat banjir ataupun pada saat masa kekeringan karena kemarau Panjang.
"Pohon sagu tidak terdampak fenomena alam seperti La Nina dan El Nino," sebut Dirjen Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika dikutip dari laman Antaranews.com.
Indonesia, terangnya, memiliki lahan sagu yang diperkirakan mencapai 5,5 juta hektare dari total 6,5 juta hektare luas lahan sagu di dunia atau 84,6%. Dari total luas tersebut, sebanyak 5 juta hektare dari luas lahan sagu di Indonesia atau 90%-nya, berlokasi di daerah Papua.
Menurut Dirjen Putu Juli, pohon sagu dapat tumbuh hingga mencapai 30 meter dan satu pohon sagu dapat menghasilkan hingga 300 kilogram bahan baku tepung sagu.
Meski lahan sagu melimpah di Papua, lantas mengapa sampai sekarang masyarakat masih harus berjibaku mendapatkan sagu secara tradisional?
Putu Juli mengungkapkan, hal itu terjadi karena pengolahan sagu dalam negeri belum secara masif dilakukan.
Soal keanekaragaman hayati di Papua, Manajer Program Ekosistem Pertanian Yayasan KEHATI Â Renata Puji Sumedi Hanggarawati mengatakan, Papua bukan hanya kaya akan lahan sagu, tapi juga ubi dan talas. "Sebanyak 224 kultivar ubi jalar ditemukan di Lembah Baliem dan Wissel, sedangkan di Anggi tercatat 60 kultivar ubi jalar (Schneider et al., 1993 dalam Suhendra dkk, 2014)," ucapnya seperti dikutip dari laman Kehati.or.id.
Dengan semua kekayaan pangan lokal yang dimiliki masyarakat Papua itu, kita semua tentu berharap agar tidak ada lagi anak Papua yang kelaparan. Mungkinkah ini bisa terealisasi di era kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto? (zzz)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H