Tadinya saya pikir Bang Ula itu pedagang yang buka warung di sana. Ternyata, Bang Ula itu polisi yang tergerak hatinya untuk berbagi dengan warga di sekitar. Â Sumber dananya didapat dari sumbangan orang-orang baik di internet. Hal itu selalu disebutnya di akhir video, setiap memberikan barang kebutuhan pokok maupun uang tunai kepada warga sekitar.
Senyum bahagia mereka saat mengucapkan terima kasih adalah hal yang membuat Bang Ula dan banyak warga net terharu. Ada momen Ketika seorang anak kecil menggotong 3 batang kayu panjang di pundaknya. Langkah kakinya tertuju pada kediaman Bang Ula. Ia mengatakan, kayu itu hendak ia tukarkan dengan beras karena di rumahnya tidak ada beras untuk mereka makan.
Bang Ula menanyakan, beras itu mau dimakan dengan apa? "Dengan ubi," jawab si anak. Mengetahui hal itu, Bang Ula memberikannya uang untuk membeli telur, disertai sebungkus wafer.
Saya sebagai seorang ibu rumah tangga tahu betul rasanya jika beras tidak ada di rumah. "Mau dikasih makan apa suami dan anak-anak?" Pikiran sudah kalut pokoknya kalau di dapur belum ada nasi.
Saat beras langka beberapa waktu lalu, saya berkeliling ke lima minimarket untuk membeli beras kemasan 5 kg yang biasa saya beli. Tapi, rupanya tidak ada. Saya pun membelinya lewat aplikasi online dan berhasil mengamankan 5 kilogram beras. Cukup untuk seminggu ke depan untuk saya makan bersama suami dan dua anak saya.
Kemudahan itu tentu saja tidak bisa didapatkan oleh masyarakat Tingginambut di Kabupaten Puncak Jaya, dan banyak daerah lain di Papua.
Pangan lokal riwayatmu
Hingga saat ini, urusan perut masih menjadi salah satu masalah pelik rakyat Papua, yang tidak jarang berujung pada bencana kelaparan.
Jika dahulu masyarakat Papua dikenal dengan kebiasaannya mengonsumsi sagu sebagai pangan lokal mereka, maka hari ini semua berubah. Beras dan mi instan kini menjadi dua sumber pangan yang digemari masyarakat Papua.
Tidak hanya di Tingginambut, tapi juga di Asmat. Banyak sekali video yang tersebar di dunia maya yang memperlihatkan anak-anak Papua ketagihan mi instan yang mereka konsumsi mentah, tidak dimasak. Beberapa anak bahkan makan mi instan itu 2 sampai 3 kali seminggu.
Bagaimana dengan konsumsi sagu yang menjadi pangan lokal orang Papua?