Saya memahami hadis qudsi itu setelah membaca Supernova yang teologinya cukup liar.
Lain kali mungkin saya akan mengupas segala ‘ajaran Supernova’ di kelima bukunya yang seharusnya bisa kita terima dengan wujud lain. Misalnya, dalam Supernova- Gelombang. Dalam tariler bukunya, setiap saya mendengar kata: Hati-hati, Gelombang. Yang saya tangkap adalah Alfa, Sang Gelombang, harus berhati-hati dari gangguan bisikan atau godaan iblis. By the way, agama yang dianut oleh Alfa adalah agama adat dari Batak, seperti Sunda Wiwitan di suku Sunda. Saya lupa nama agamanya apa.
Membaca kegelisahan-kegelisahan tokoh Supernova, membuat saya bersyukur dengan lingkungan keluarga yang religius, guru ngaji madrasah, ustad di pesantren, aktivis dakwah kampus, dll. Dan, semakin saya mengetahui apa yang dipikirkan oleh-oleh orang selain di lingkungan saya itu, saya jadi mengenal Allah dengan cara lain. Seperti yang pernah saya tulis, kadang kita mendapatkan kebaikan dari para pendosa. Mereka yang melakukan dosa, kita yang belajar bahwa itu seharusnya tidak dilakukan.
Sahabat saya pernah berpesan bahwa saya seharusnya berhenti membaca-baca buku seperti itu. Lebih baik membaca buku fiqih, sejarah islam, syarah hadis, tafsir quran, dan semua yang pernah saya pelajari untuk menjaganya. Itu benar. Tentu saja saya harus melakukan itu. Tapi saya sedikit greget. Kesal karena novelnya bagus. Pembacanya banyak. Bagaimana kalau ada orang lain di luar sana yang kekeringan akan pengetahuan keagamaan dan terbius pemikiran-pemikiran itu? Atau, bagaimana kalau ada yang membaca tulisan ini tapi malah tidak mengerti apa yang sedang ingin saya sampaikan?
Ah, ayolah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H