Mohon tunggu...
Sarah Nurul Khotimah
Sarah Nurul Khotimah Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Unpad Bandung; buku, musik, film, game, dan perjalanan ... http://zohrahs.tumblr.com

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

"Membaca" Film Supernova

27 Desember 2014   13:35 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:22 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya memahami hadis qudsi itu setelah membaca Supernova yang teologinya cukup liar.

Lain kali mungkin saya akan mengupas segala ‘ajaran Supernova’ di kelima bukunya yang seharusnya bisa kita terima dengan wujud lain. Misalnya, dalam Supernova- Gelombang. Dalam tariler bukunya, setiap saya mendengar kata: Hati-hati, Gelombang. Yang saya tangkap adalah Alfa, Sang Gelombang, harus berhati-hati dari gangguan bisikan atau godaan iblis. By the way, agama yang dianut oleh Alfa adalah agama adat dari Batak, seperti Sunda Wiwitan di suku Sunda. Saya lupa nama agamanya apa.

Membaca kegelisahan-kegelisahan tokoh Supernova, membuat saya bersyukur dengan lingkungan keluarga yang religius, guru ngaji madrasah, ustad di pesantren, aktivis dakwah kampus, dll. Dan, semakin saya mengetahui apa yang dipikirkan oleh-oleh orang selain di lingkungan saya itu, saya jadi mengenal Allah dengan cara lain. Seperti yang pernah saya tulis, kadang kita mendapatkan kebaikan dari para pendosa. Mereka yang melakukan dosa, kita yang belajar bahwa itu seharusnya tidak dilakukan.

Sahabat saya pernah berpesan bahwa saya seharusnya berhenti membaca-baca buku seperti itu. Lebih baik membaca buku fiqih, sejarah islam, syarah hadis, tafsir quran, dan semua yang pernah saya pelajari untuk menjaganya. Itu benar. Tentu saja saya harus melakukan itu. Tapi saya sedikit greget. Kesal karena novelnya bagus. Pembacanya banyak. Bagaimana kalau ada orang lain di luar sana yang kekeringan akan pengetahuan keagamaan dan terbius pemikiran-pemikiran itu? Atau, bagaimana kalau ada yang membaca tulisan ini tapi malah tidak mengerti apa yang sedang ingin saya sampaikan?

Ah, ayolah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun