=> “Kamu bungsu?” | “Kok tahu?” | “Puteri Bungsu dari Kerajaan Bidadari, tidak menyangka aku akan menemukanmu secepat ini?”
=> “Aku sedang tidak selera untuk disiksa.”
=> “Mahal saja banyak yang mau, apalagi kalau saya pasang murah?”
=> “Fee saya yang kurang mahal? Atau kamu yang mulai nagih?”
=> “Hatiku masih meleleh saat kamu memanggilku Puteri.”
=> “Kamu kalah. Aku sudah kangen duluan.” | *lalu puisi* sudah kumenangkan pertaruhan ini … bla … bla … bla …
=> “Re, tolong. Aku diperkosa.”
=> “Ini rumah teman kamu? Dia sudah tidak keluar selama dua hari ini.”
=> “Aku mencintaimu. Setidaknya kita tamat dalam rasa cinta.”
Semua puisi Fere. Semua gumaman Rana. Semua kata-kata dari Supernova. Semua dialog Diva. Sama.
Oke, sebagai orang yang terbiasa dengan hapalan ketika di pesantren, saya memang lumayan mudah mengingat sesuatu kalau sedang niat. Banyak kan orang seperti ini.