Mohon tunggu...
Zoel Z'anwar
Zoel Z'anwar Mohon Tunggu... profesional -

dulce et utile

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pilih Perencanaan Pendidikan yang Baik atau Tetap Gali Lobang Tutup Lobang?

29 Oktober 2015   15:42 Diperbarui: 31 Oktober 2015   07:41 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Respon Anda yang punya penghasilan standar, tapi punya cita-cita yang tinggi untuk menyekolahkan si buah hati setinggi-tingginya mungkin tidak akan jauh berbeda. Angka itu memang hanya sekedar perkiraan. Hasil simulasi hitung-hitungan biaya pendidikan masa depan yang nota benenya dihitung berdasarkan biaya rata-rata 8 perguruan favorit di Indonesia (UI, UGM, UNPAD, UNAIR, ITS, IPB, ITB dan Trisakti). Tapi perkiraan itu tentu saja dibuat dengan pertimbangan banyak aspek yang krusial: laju inflasi, standar mutu pendidikan, kebijakan pemerintah, dll. Hasil simulasi tersebut menunjukkan peningkatan total biaya pendidikan lebih dari enam kali lipat di bidang yang sama 23 tahun ke depan.

Lalu bagaimana saya yang punya penghasilan standar ini akan mampu memenuhi keinginan si kecil untuk mewujudkan cita-citanya nanti jika tanpa perencanaan? Pertanyaan ini jauh lebih sulit dibanding kalkulasi angka-angka tersebut. Bahkan jika penghasilan saya sekarang ikut meningkat enam kali lipat juga seiring waktu. Katakanlah seandainya dia bercita-cita menjadi pilot di masa depan dan membutuhkan total dana pendidikan sebesar yang tertera dalam gambar di atas. Saya, mau tidak mau, harus memasukkan agenda bekerja lebih keras lagi, lebih keras lagi dan lebih keras lagi, lalu menabung, menabung, dan menabung sebaik-baiknya supaya kelak tidak harus “gali lobang tutup lobang” untuk biaya pendidikan si kecil. Walau, jika dihitung, bekerja keras saja pasti tidak akan cukup jika tidak dibuatkan bentuk perencanaan yang baik sejak sekarang.

Saya harus memutar otak lebih cepat lagi untuk menyiapkan strategi yang tepat. Terutama demi kenyamanan si kecil untuk mengejar cita-citanya nanti. Berbagai pilihan perencanaan akhirnya muncul sebagai opsi. Mulai dari yang paling sederhana berupa investasi perhiasan, rekening khusus pendidikan anak, hingga akhirnya terpikirkan produk tabungan pendidikan atau asuransi pendidikan dari salah satu perusahaan asuransi.

Orangtua saya dan orang-orang tua di daerah saya sejak lama lebih percaya investasi perhiasan. Terutama perhiasan dari emas. Asuransi itu ribet, kata mereka. Kelebihan investasi perhiasan adalah pemenuhan kebutuhan darurat yang sangat mendesak, namun nilainya bergantung pada harga yang terus menerus fluktuatif dan biasanya disertai biaya potongan yang juga tidak sedikit. Pertambahan nilai investasi jenis ini juga ternilai sangat lambat. Karena itu, saya memutuskan bahwa investasi ini sama sekali tidak sesuai apabila tujuan saya adalah mengamankan pendidikan si kecil.

Membuka rekening khusus untuk pendidikan anak juga sempat terpikirkan dan kami lakukan. Saya dan istri menyisihkan sekian persen dari pendapatan dan menyetorkannya ke rekening khusus ini. Sistem ini sempat berjalan beberapa bulan, sebelum akhirnya kami  “menguras” isi rekening khusus ini. Padahal bukan karena hal yang terlalu urgen. Rekening tabungan memang terlalu mudah diambil sesuka hati. Mikir lagi…

Tabungan pendidikan dan asuransi pendidikan dari salah satu perusahaan asuransi menjadi opsi berikutnya untuk dipikirkan. Setelah dipelajari, ternyata semuanya tidak seribet yang dikatakan selama ini dan yang terbayang sebelumnya.

[caption caption="Syarat dan ketentuan Asuransi Mandiri Sejahtera Cerdas dari AXA Mandiri (Sumber: www.axa-mandiri.co.id)"]

[/caption]

Secara sederhana, tabungan pendidikan tidak jauh berbeda dari rekening khusus seperti yang saya ceritakan di atas. Kita mendebet sejumlah uang, lalu kita mendapat manfaat berupa bunga tabungan. Dalam tabungan pendidikan, jumlah uang yang harus kita setorkan sudah ditentukan oleh kesepakatan dalam kontrak. Selain mendapatkan bunga, kita juga mendapatkan proteksi, walau biasanya nilainya lebih kecil dibanding dengan nilai proteksi dalam asuransi pendidikan. Namun sebagaimana tabungan biasa, nilai tabungan ini tidak akan bertambah jika kita berhenti atau terpaksa berhenti menyetorkan dana (meninggal).

Hal ini sedikit berbeda dengan produk asuransi pendidikan. Dalam asuransi pendidikan, dana yang kita setorkan sesuai jumlah premi untuk instrumen yang kita pilih mendapatkan proteksi penuh. Dengan kata lain, jika terjadi resiko berupa cacat atau kematian pemegang polis (kita), sebelum anak memasuki perguruan tinggi, maka pembayaran premi tersebut akan dilanjutkan oleh perusahaan asuransi yang kita pilih, sehingga jumlah dana pendidikan yang akan diberikan oleh perusahaan asuransi tidak berkurang dari hitung-hitungan jumlah dana pendidikan semula.

Bijak Memilih

Yap! Dari sekian banyak cara merencanakan pendidikan anak, tabungan pendidikan atau asuransi pendidikan sepertinya menjadi pilihan yang paling realistis. Karena bagaimanapun, kita tak akan pernah tahu perjalanan hidup kita terhenti di mana. Tinggal memilih perusahaan asuransi terbaik untuk memfasilitasi niat baik mempersiapkan pendidikan anak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun