Dr. Earl Miller, seorang neurosains dari MIT, menegaskan bahwa otak manusia tidak dirancang untuk melakukan multitasking. Yang sebenarnya terjadi adalah otak kita dengan cepat beralih dari satu tugas ke tugas lain. Ini seperti bermain ping-pong dengan diri sendiri, tapi alih-alih bola ping-pong, Anda memantulkan tugas-tugas yang berbeda.
3. Mitos: Multitasking Adalah Keterampilan yang Bisa Dilatih
Ada yang percaya bahwa kemampuan multitasking bisa ditingkatkan dengan latihan. Tapi penelitian dari Stanford University menunjukkan bahwa orang yang sering melakukan multitasking justru lebih mudah terdistraksi dan kesulitan menyaring informasi yang tidak relevan.
Jadi, semakin sering Anda multitasking, semakin buruk kemampuan Anda untuk fokus. Ironis sekali, bukan?
Efek Samping Multitasking: Lebih Dari Sekadar Sakit Kepala
Jika Anda pikir efek terburuk dari multitasking hanyalah rasa frustasi dan kopi yang tumpah, pikir lagi! Berikut beberapa dampak negatif yang mungkin tidak Anda sadari:
1. Penurunan IQ: Penelitian menunjukkan bahwa multitasking dapat menurunkan IQ hingga 15 poin. Itu setara dengan begadang semalaman atau merokok ganja!
2. Stres Meningkat: Beralih terus-menerus antara tugas dapat meningkatkan produksi hormon stres kortisol. Jadi, jika Anda merasa ingin berteriak setiap kali mencoba multitasking, itu wajar saja.
3. Memori Menurun: Multitasking dapat mengganggu kemampuan otak untuk membentuk memori jangka panjang. Jadi, jangan heran jika Anda lupa apa yang baru saja Anda kerjakan 5 menit yang lalu.
4. Kreativitas Terhambat: Ketika otak terus-menerus berpindah fokus, sulit baginya untuk masuk ke dalam 'zona' kreatif. Adios, ide-ide brilian!
5. Produktivitas Menurun: Ironis memang, tapi semakin banyak tugas yang Anda coba kerjakan sekaligus, semakin sedikit yang benar-benar selesai.
Mengapa Kita Masih Tergoda untuk Multitasking?