Mohon tunggu...
Zein Muchamad Masykur
Zein Muchamad Masykur Mohon Tunggu... Dosen - UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto

"Yang penting nulis, bukan nulis yang penting"

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Multitasking: Seni Melakukan Banyak Hal (dan Gagal Semuanya)

22 Juli 2024   20:03 Diperbarui: 23 Juli 2024   07:30 944
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Photo by Karolina Kaboompics: pexels.com

Pernahkah Anda merasa seperti pemain sirkus profesional, memainkan berbagai mainan sekaligus dengan lihai? Atau malah lebih mirip pesulap amatir yang tak sengaja menghilangkan semua kelinci dari topinya? Yup, kita sedang membicarakan multitasking, saudara-saudara!

Multitasking, atau kemampuan untuk melakukan beberapa tugas secara bersamaan, sering dianggap sebagai keterampilan super yang wajib dimiliki di era serba cepat ini. Tapi tunggu dulu! Sebelum Anda berlari ke toko terdekat untuk membeli kostum Gundala, mari kita telisik lebih jauh tentang fenomena yang satu ini.

Apa Itu Multitasking?

Secara sederhana, multitasking adalah upaya untuk menangani lebih dari satu tugas atau aktivitas dalam waktu yang bersamaan. Bayangkan Anda sedang mengetik laporan penting, sambil mendengarkan podcast favorit, dan sesekali melirik notifikasi WhatsApp yang tak henti-hentinya berdering. Selamat! Anda baru saja melakukan multitasking tingkat dewa.

Tapi tunggu sebentar. Apakah benar otak kita mampu fokus pada banyak hal sekaligus? Atau jangan-jangan kita hanya membohongi diri sendiri?

Mitos dan Fakta: Membongkar Kedok Multitasking

1. Mitos: Multitasking Membuat Kita Lebih Produktif

Banyak orang percaya bahwa dengan melakukan beberapa tugas sekaligus, mereka bisa menyelesaikan lebih banyak pekerjaan dalam waktu yang lebih singkat. Sayangnya, fakta berkata lain.

Penelitian yang dilakukan oleh psikolog David Meyer dari University of Michigan menunjukkan bahwa multitasking sebenarnya bisa mengurangi produktivitas hingga 40%. Wow, itu seperti membuang hampir setengah hari kerja Anda hanya untuk berpindah-pindah antara tugas!

2. Fakta: Otak Kita Sebenarnya 'Task-Switching', Bukan Multitasking

Dr. Earl Miller, seorang neurosains dari MIT, menegaskan bahwa otak manusia tidak dirancang untuk melakukan multitasking. Yang sebenarnya terjadi adalah otak kita dengan cepat beralih dari satu tugas ke tugas lain. Ini seperti bermain ping-pong dengan diri sendiri, tapi alih-alih bola ping-pong, Anda memantulkan tugas-tugas yang berbeda.

3. Mitos: Multitasking Adalah Keterampilan yang Bisa Dilatih

Ada yang percaya bahwa kemampuan multitasking bisa ditingkatkan dengan latihan. Tapi penelitian dari Stanford University menunjukkan bahwa orang yang sering melakukan multitasking justru lebih mudah terdistraksi dan kesulitan menyaring informasi yang tidak relevan.

Jadi, semakin sering Anda multitasking, semakin buruk kemampuan Anda untuk fokus. Ironis sekali, bukan?

Efek Samping Multitasking: Lebih Dari Sekadar Sakit Kepala

Jika Anda pikir efek terburuk dari multitasking hanyalah rasa frustasi dan kopi yang tumpah, pikir lagi! Berikut beberapa dampak negatif yang mungkin tidak Anda sadari:

1. Penurunan IQ: Penelitian menunjukkan bahwa multitasking dapat menurunkan IQ hingga 15 poin. Itu setara dengan begadang semalaman atau merokok ganja!

2. Stres Meningkat: Beralih terus-menerus antara tugas dapat meningkatkan produksi hormon stres kortisol. Jadi, jika Anda merasa ingin berteriak setiap kali mencoba multitasking, itu wajar saja.

3. Memori Menurun: Multitasking dapat mengganggu kemampuan otak untuk membentuk memori jangka panjang. Jadi, jangan heran jika Anda lupa apa yang baru saja Anda kerjakan 5 menit yang lalu.

4. Kreativitas Terhambat: Ketika otak terus-menerus berpindah fokus, sulit baginya untuk masuk ke dalam 'zona' kreatif. Adios, ide-ide brilian!

5. Produktivitas Menurun: Ironis memang, tapi semakin banyak tugas yang Anda coba kerjakan sekaligus, semakin sedikit yang benar-benar selesai.

Mengapa Kita Masih Tergoda untuk Multitasking?

Meskipun bukti ilmiah menunjukkan bahwa multitasking tidak efektif, mengapa kita masih melakukannya? Jawabannya mungkin ada di dalam otak kita sendiri.

Dr. Daniel Levitin, penulis buku "The Organized Mind", menjelaskan bahwa multitasking memberikan "high" dopamin ke otak kita. Setiap kali kita beralih tugas, otak melepaskan sedikit dopamin, zat kimia yang membuat kita merasa senang. Jadi, multitasking sebenarnya bisa dianggap sebagai semacam kecanduan!

ILUSTRASI Photo by Ketut Subiyanto: pexels.com
ILUSTRASI Photo by Ketut Subiyanto: pexels.com

Selain itu, ada faktor FOMO (Fear of Missing Out) yang mendorong kita untuk selalu terhubung dan merespon segala sesuatu secara instan. Kita takut ketinggalan informasi penting atau kesempatan jika tidak segera menanggapi setiap notifikasi yang muncul.

Bagaimana Cara Keluar dari Jebakan Multitasking?

Jangan khawatir, masih ada harapan bagi kita semua! Berikut beberapa tips untuk menghindari godaan multitasking:

1. Batasi Distraksi: Matikan notifikasi ponsel saat bekerja. Anggap saja Anda sedang di pesawat terbang (tapi tanpa makanan pesawat yang hambar itu).

2. Teknik Pomodoro: Bekerja dengan fokus penuh selama 25 menit, lalu istirahat 5 menit. Ulangi. Ini seperti interval training untuk otak Anda.

3. Prioritaskan: Buatlah daftar tugas dan kerjakan satu per satu berdasarkan prioritas. Ingat, Anda bukan octopus yang punya delapan tangan!

4. Meditasi: Latihan meditasi bisa meningkatkan kemampuan fokus. Plus, Anda bisa pamer ke teman-teman bahwa Anda sudah 'zen' sekarang.

5. Tidur Cukup: Otak yang lelah lebih mudah terdistraksi. Jadi, pastikan Anda tidur cukup. Anggap saja ini izin resmi untuk tidur siang!

Kesimpulan: Monofokus adalah Kekuatan Sebenarnya

Jadi, saudara-saudara, sudah saatnya kita mengakui bahwa multitasking bukanlah jawaban untuk meningkatkan produktivitas. Alih-alih berusaha melakukan segalanya sekaligus, mungkin sudah waktunya kita menghargai kekuatan fokus pada satu tugas kerrjaan.

Ingat, bahkan superhero pun fokus pada satu penjahat dalam satu waktu. Bayangkan betapa kacaunya jika Batman mencoba menangkap Joker sambil mengerjakan laporan pajak dan memasak makan malam!

ILUSTRASI Photo by Andrea Piacquadio: pexels.com
ILUSTRASI Photo by Andrea Piacquadio: pexels.com

Jadi, mulai sekarang, mari kita rayakan "monotasking". Fokuslah pada satu hal, selesaikan dengan baik, lalu pindah ke tugas berikutnya. Siapa tahu, dengan melakukan satu hal dalam satu waktu, kita justru bisa menyelesaikan lebih banyak hal di akhir hari.

Dan jika ada yang bertanya mengapa Anda tidak lagi multitasking, katakan saja bahwa Anda sedang menjalani gaya hidup "satu tugas satu waktu" yang eksklusif. Terdengar lebih keren, bukan?

Ingat, teman-teman, kualitas selalu mengalahkan kuantitas. Jadi, fokuslah pada satu tugas, selesaikan dengan baik, dan nikmati perasaan puas ketika Anda benar-benar menyelesaikan sesuatu tanpa setengah-setengah.

Selamat mencoba, dan semoga artikel ini tidak Anda baca sambil mengerjakan lima tugas lainnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun