Mohon tunggu...
Ahmad Ziyaul Wahid
Ahmad Ziyaul Wahid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aku bukanlah aku yang kupahami

-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Renatus Cartesia (Bagian Akhir: Matter)

24 Agustus 2020   10:31 Diperbarui: 24 Agustus 2020   10:31 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anggapannya bahwa ada benda geometris abstrak yang tidak ada di dunia material, tidak bergantung pada pikirannya, namun hal tersebut bukanlah apa-apa, misalnya, tidak ada segitiga di dunia, namun mereka memiliki semacam bentuk lain. Bahkan jika tidak ada segitiga yang pernah ada di luar pikiran Renatus, segitiga masih memiliki esensi yang menentukan yang terlepas dari pikirannya. Dia juga menyangkal bahwa ia telah mengetahui sifat segitiga melalui indra. Bagaimanapun, dia bisa memikirkan berbagai bentuk yang belum pernah dia lihat dan dapatkan sifat mereka dengan jelas dan jelas seperti yang dia lakukan pada segitiga itu. Sifat ini semua harus benar karena ia jelas-jelas merasakannya. Selain itu, ia mencatat, bahkan sebelum ia mulai meragukan, ia selalu menganggap objek matematika dan geometris lebih pasti daripada objek indra.

Alasannya bahwa sebuah segitiga harus memiliki semua sifat yang dia anggap penting ialah karena segitiga ada sebagai sebuah gagasan di dalam pikirannya dan dia dengan jelas merasakan semua sifat ini. Dia kemudian beralasan dengan analogi bahwa Tuhan ada sebagai gagasan di dalam pikirannya dan dia dengan jelas merasakan semua kualitasnya. Salah satu kualitas ini adalah keberadaan. Jika eksistensi adalah inti Tuhan, maka Tuhan tidak akan menjadi Tuhan jika dia tidak ada, sama seperti segitiga tidak akan menjadi segitiga jika tidak tiga sisi. Paling tidak, maka, keberadaan Tuhan pasti sama pastinya dengan sifat objek matematika dan geometris karena ia bisa membuktikannya dengan cara yang sama.

Persepsi yang jelas dan berbeda selalu meyakinkan. Beberapa persepsi mungkin tampak jelas, seperti fakta bahwa sebuah segitiga memiliki tiga sisi.

Sama halnya dengan Tuhan, bahwa keberadaan-Nya akan segera dirasakan dengan jelas jika bukan karena kebingungan yang disebabkan oleh indra dan praduga. Sekarang keberadaan Tuhan telah terbentuk, ini sama pasti dengan persepsi 'jelas' dan 'berbeda' lainnya. Tuhan adalah penjamin dari persepsi yang 'jelas' dan 'berbeda'. 

Renatus mengakui bahwa dia tidak dapat terus-menerus memperbaiki penglihatan mentalnya pada suatu persepsi tertentu, sehingga mungkin ada saat ketika dia tidak secara jelas memahami sebuah kebenaran tertentu. Pada saat seperti itu, keraguan bisa menyelinap masuk, jika bukan karena Tuhan. 

Karena dia tahu bahwa Tuhan tidak menipu dia dan telah menganugerahi dia dengan pemahaman dan kehendak yang tidak sempurna. Dia tahu bahwa apa yang dia anggap dengan jelas dirasakan di masa lalu dan tetap berlaku bahkan jika dia saat ini tidak mengarahkan visi mentalnya ke arah-Nya.

Mengerucut pada material itu sendiri, Renatus menerima kemungkinan kuat bahwa benda-benda material ada karena mereka adalah subjek-materi matematika murni, kebenaran yang dia anggap dengan jelas. 

Renatus lalu kemudian menghasilkan dua argumen berkaitan dengan keberadaan materi, yang didasarkan pada imajinasi dan yang lain berdasarkan indra. 

Pertama, ia membedakan antara imajinasi dan pemahaman murni. Dalam kasus segitiga, ia dapat melihat bahwa sebuah segitiga tiga sisi dan menghasilkan semua jenis sifat lainnya dengan menggunakan pemahaman saja. 

Sifat-sifat ini dapat pula terlihat dengan imajinasi, dengan membayangkan segitiga di pikirannya. Namun, kelemahan imajinasi menjadi jelas saat ia menganggap satu sosok adalah sama atau berbeda sama sekali dengan sosok asli. Pemahaman murni, bagaimanapun, hanya berurusan dengan hubungan matematis.

Imajinasi tidak bisa menjadi basis penting eksistensi, sebab manusia  masih mampu eksis meski tidak bisa membayangkan sesuatu. Oleh karena itu, imajinasi harus bergantung pada sesuatu selain pikiran untuk eksistensinya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun