Mohon tunggu...
Ziwenk Iskra
Ziwenk Iskra Mohon Tunggu... -

Aku penulis amatir yang tak terlatih menulis seperti para Akademisi di dalam ruang kelas, dari kecil sampai besar sekolah bukan tempatku. Yang aku punya dalam menulis hanya la kejujuran dan keberpihakan ku kepada rakyat yang tertindas. Menulis tanggung jawabku pada kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengenang Kejatuhan Soeharto dengan Perlawanan!

30 Mei 2014   20:29 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:56 227
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sisa-sisa Orde Baru dalam pemilu presiden mendatang menjadi kandidat kuat yang dapat merebut kekuasaan Negara, seperti Prabowo dan Hatta, calon presiden yang diusung kekuatan koalisi besar (koalisi Indonesia Raya) yang tergabung di dalamnya Golkar, PPP, PAN, PKS, Gerindra, PBB, jika dilihat dari hasil pemilihan legislatif, jumlah yang di dapat dari seluruh partai yang tergabung di koalisi Indonesia Raya hampir menembus 50% suara dari keseluruhan suara pemilu legislatif. mengerikan bukan jika Prabowo menjadi presiden di negeri ini, jika kita sedikit melisik sejarah tentang kejahatan kemanusian yang dilakukan Prabowo, masih tercatat dalam ingatan sejarah kita, bahwa Prabowo pelaku dan otak penculikan 13 aktivis pro-demokrasi. Saat itu Prabowo menjadi pimpinan tertinggi KOPASSUS yang di dalamnya terdapat kelompok kecil bernama Tim Mawar. Tim Mawar yang berada di dalam Kopassus ini menjadi kaki tangan Prabowo untuk menculik aktivis pro-demokrasi, campur tangannya dalam penculikan aktivis pro-demokrasi menjadi penyebab utama pemecatan Prabowo dari angkatan bersenjata Indonesia. Tidak hanya penculikan aktivis! Masih banyak sederet kasus pelanggaran HAM yang melibatkan sosok Prabowo. Seperti penyerangan etnis Tionghoa yang terjadi di penghujung runtuhnya kekuasaan Soeharto, yang diinisiasi oleh Prabowo Subianto menunjukan wataknya yang fasis! Kami tak ingin dipimpin oleh pembatai berkuda, Mussolini, Hitler, dan Juga Prabowo Subianto.

Di sisi lain, kandidat kuat adalah gabungan dari reformis gadungan dan sisa Orde Baru, Jokowi dan Jusuf Kala, pasangan ini juga memiliki dukungan kuat dari PDIP, PKB, Nasdem, Hanura, PKPI, jika dihitung juga melalu jumlah suara yang mereka dapatkan mendekati angka 50% dari keseluruhan jumlah suara. Dua kandidat yang sudah mendaftarkan namanya ke KPU untuk menjadi calon agen kapitalisme (Presiden dan wakil presiden), dengan sorak-sorak gembira para pendukung, rasa optimis yang begitu tinggi, berlomba mendapatkan simpati rakyat, dengan tujuan yang sama, yaitu: menindas rakyat lebih dalam lagi dengan  sistem keditaktoran Orde Baru dan kapitalistik yang tak terkontrol. Kita mengetahui bahwa Jokowi tidak pro terhadap kaum buruh, saat mogok nasional berlansung, Jokowi menolak mentah-mentah tuntutan buruh, salah-satunya kenaikan upah 50 %, artinya jokowi juga bagian dari kaki tangan penguasa yang pro terhadap sistem kapitalisme. (Baca: http://pembebasanjogja.blogspot.com/2014/01/politik-moncong-pencitraan-koin.html)

Perlawanan rakyat sudah saatnya disatukan untuk menghadang kekuatan Orde Baru, yang secara berlahan mulai bangkit, siap menendang kebebasan dari negeri ini, kita mengetahui bersama, bahwa sistem biadap Orde Baru adalah sampah terbesar di dunia, yang dipenuhi kekejian rezim, menyiksa, membunuh, menculik, penjara, menjadi bagian penting yang tak pantas dilupakan. Hari kejatuhan Soeharto adalah kemenangan besar rakyat yang dapat dijadikan momentum menghadang laju sisa-sisa ORBA, untuk memperingati rakyat banyak nama yang belum kembali, menuntut penangkapan pelaku penculik dan pemburuh para korban yang ditelan keganasan sistem Orde Baru. Kebebasan yang sudah direbut oleh gerakan rakyat sebelumnya, harus dipertahankan, dirawat, hingga sampai pada kebebasan sejati, sehingga menjadi penting persatuan rakyat dibangun, sebagai pelopor penolakan rakyat terhadap sistem Orde Baru yang mulai dibangun kembali oleh para elit. Dalam momentum kejatuhan Soeharto, aksi massa dilakukan untuk memperingati rakyat bahaya laten militerisme, poster-poster dan selebaran disebar di penjuru kampus, desa, kampung dan pabrik, mengepung pusat-pusat kekuasaan, menekan negara menyelesaikan persoalan kejahatan kemanusian di jaman Orde Baru.
Pena: Ziwenk. (Saat ini aktif di PEMBEBASAN, selain senang menulis berbagai artikel mengenai situasi politik di Indonesia, ia juga aktif terlibat dalam perlawanan rakyat. Hobinya sederhana, yaitu: bercocok tanam di belakang kosnya, bunga mawar adalah tanaman yang banyak menghiasi kebunnya)

Daftar Refresnsi.
http://ekosospol.wordpress.com/2011/08/06/tragedy-waduk-kedung-ombo-sejarah-teror-yang-di-sponsori-negara/
http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2012/07/19/kedungombo-wisata-rakyat-tertindas-478313.html
http://www.satuharapan.com/read-detail/read/aksi-buruh-tuntut-pemimpin-pelanggar-ham
http://jaringnews.com/politik-peristiwa/umum/62130/daftar-ke-kpu-prabowo-hatta-dihadang-demo-aktivis-ham

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun