Petugas juga menemukan ketidaksesuaian spesifikasi sejumlah item bangunan. Salah satunya keramik. Jenis yang dipasang jauh dari sebutan berkualitas. “Ini jelas KW. Tapi, KW nya panjang,” ucap seorang jaksa yang terlibat dalam pengecekan bangunan.
Dia meyakinkan argumennya dengan menunjukkan sudut keramik yang tidak presisi. Pria yang saat itu berpakaian bebas tersebut menyebutkan, sesuai dokumen kontrak, seharusnya keramik yang dipasang nomor wahid. Pemasangan keramik itu juga asal-asalan. Jaksa menunjukkan jarak keramik yang lebarnya tidak sama dan tidak rata. Aparat penegak hukum itu menegaskan bahwa hasil tersebut tidak menunjukkan proyek itu dibiayai dengan anggaran miliaran rupiah.
Kondisi serupa ditemukan di gedung B. Petugas mendapati banyak keretakan yang cukup parah, baik di sisi dalam maupun di sisi luar. Di sana pun tim forensik mendapati struktur cor beton penyangga yang di bawah standar dan tidak sesuai dengan dokumen kontrak.
Bukan hanya itu, di lantai dua, penyidik menemukan lantai yang sudah menganga. Ketika diinjak, terdengar suara benturan keramik yang menggeretak. Yang menggelikan, lantai itu ternyata sedang diperbaiki. Padahal, usianya belum genap setahun. Di sisi tembok, terdapat onggokan semen dan plastik berisi serbuk nat plus alat-alatnya. Sekilas, bahan-bahan tersebut baru saja digunakan. Tapi tukang yang menerjakan terlihat kabur ketika melihat tim kejaksaan datang.
Kemenag, tampaknya, ingin memperbaiki kerusakan bangunan sebelum dicek kejaksaan bersama tim forensik. Dalam pengecekan sebelumnya, jaksa menemukan kerusakan lantai tersebut di dekat pintu masuk. Lantainya menganga. Ketika diinjak, keramiknya bergerak. Tapi ketika didatangi jaksa hari itu, kerusakannya sudah diperbaiki.
Di luar dugaan, kerusakan justru muncul di bagian tengah dan ujung dekat sisi sebaliknya. Kerusakannya semakin terlihat. Ada kepingan lantai yang terangkat dan memperlihatkan sisi di bawahnya yang berlubang.
Perbaikan dadakan tidak hanya dilakukan di lantai. Sebuah ristplang yang sebelumnya menjuntai karena terlepas juga sudah diperbaiki. Ada juga nat eternit yang sebelumnya terlihat retak dan ada bekas bocor. Ketika jaksa datang, kerusakan itu sudah diperbaiki. “Tapi tetap saja terlihat. Jenis catnya beda, terlihat ada bekas perbaikan,” ucap seorang jaksa.
Di gedung B itu, keretakan bangunan juga telrihat jelas. Kerusakan tersebut sangat kentara di lantai dua sisi luar. Sebab, permukaan tembok menganga dengan panjang lebih dari dua meter. Sama dengan gedung B, keretakan terjadi di konstruksi antara tembok dan cor beton.
KEMENAG: BUKAN PROYEK GAGAL BANGUN
Kanwil kemenag Jatim sebagai penanggung jawab proyek tersebut terus melakukan pembelaan. Mereka menyatakan proyek itu sudah berjalan sesuai aturan dan bukan termasuk proyek gagal bangun.
Abdul Hakim, pejabat pembuat komitmen (PPK) proyek mess santri kanwil kemenag Jatim menyakan pembangunan dua gedung mess santri sudah sesuai dengan aturan. Semua prosedur sudah dilalui, tidak ada penyelewengan dalam pelaksanaan proyek. “Kami melaksanakan proyek dengan baik dan sudah sesuai aturan,” jelas Hakim saat ditemui di kantornya, Jumat lalu (12/12).