Mohon tunggu...
Dorratul Hijaziyah
Dorratul Hijaziyah Mohon Tunggu... -

Mahasiswi Farmasi FMIPA UNLAM Banjarbaru (2009)

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Rona Kegetiran

7 Juni 2011   01:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   04:47 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

“Amin, terima kasih Nak. Semoga Allah selalu melindungimu.”

“Amin, sama-sama Pak. Maaf, saya harus pergi sekarang. Assalamu ‘alaikum.” “Waalaikumsalam.”

Aku pun memacu motorku dan tanpa terasa air mataku menetes di balik kaca helm. “Ya Rabb, jika ayah masih hidup, sungguh aku tidak akan membiarkan beliau bekerja seperti itu,” batinku.

***

6 bulan kemudian…

Setelah jam kuliah berakhir, aku menuju rumah karena ada sesuatu yang ingin kuambil sebelum mengikuti acara seminar siang ini. Aku adalah seorang yatim piatu. Aku hanya tinggal sendiri karena aku adalah anak tunggal. Aku menolak saat diajak tinggal di rumah keluarga ibu maupun ayah. Karena bagiku, keadaan ini akan membuatku mandiri dan lebih tegar dalam menjalani hidup. Aku tak habis pikir, mengapa masih ada saja orang yang menuntut ini-itu, padahal orang tuanya tidak sanggup untuk memenuhinya. Mereka sama sekali tidak mensyukuri bahwa masih ada orang tua yang melindungi mereka. Tiba-tiba ada suara seseorang yang memanggilku.

“Fadlan!” aku pun menghentikan motorku. Ternyata yang memanggilku adalah Satria. Orang yang baru beberapa bulan ini aku kenal. Dia sering ikut pengajian di mesjid kampus, walau ia tidak berkuliah di sini. Sejak itulah kami menjadi semakin akrab. Satria adalah orang yang sangat baik dan rajin.

“Hai Sat, ada apa nih?” ucapku sambil menepuk pundaknya.

“Apakah setelah ini kamu ada agenda? Ada sesuatu hal yang ingin kubicarakan.”

“Apakah hal itu mendesak? Setelah ini ada seminar yang harus aku hadiri.”

“Oh, tak apa. Kalau begitu besok saja di mesjid kampus. Sama sekali tidak mendesak kok.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun