Plastik Punya Andil
Selain itu, produksi plastik sendiri juga menyumbang emisi GRK dalam jumlah besar. Plastik dibuat dari minyak bumi yang disuling menjadi etilena, propilena, butena, dan bahan dasar lain sebelum diangkut ke pabrik.Â
Produksi dan transportasi bahan plastik ini membutuhkan banyak energi dan bahan bakar. Proses pemecahan hidrokarbon melepaskan banyak CO2 dan metana sehingga menyumbang 61% dari total emisi GRK dari produksi plastik keseluruhan.Â
Emisi GRK lainnya dilepaskan pada tahap pembuatan produk plastik. Produksi plastik secara keseluruhan berkontribusi sebanyak 3,8% dari emisi GRK global.Â
Lebih parahnya lagi, 40% sampah plastik berakhir dengan pembakaran sehingga menghasilkan gas CO2 dan CO yang lagi-lagi berkontribusi pada emisi GRK. Di sisi lain, hanya 18% dari keseluruhan jumlah plastik yang didaur ulang, sisanya berakhir di TPA, dibakar, atau bahkan berakhir sia-sia di lautan.Â
Urgensi Mengurangi dan Memilah Sampah
Sebenarnya, emisi GRK yang berasal dari sektor sampah dapat dikurangi apabila kita mau mengurangi pemakaian plastik. Saat ini, produksi plastik global cenderung meningkat setiap tahunnya.Â
Pada tahun 2021, tercatat plastik telah diproduksi sebanyak 390,7 juta metric ton. Sayangnya, tahun berikutnya justru meningkat sebanyak 4% dan diperkirakan akan terus meningkat apabila demand terus naik.
Sebagai konsumen, kita harus mulai membatasi diri untuk menggunakan plastik terutama plastik sekali pakai. Kesadaran kolektif masyarakat untuk mengurangi plastik sekali pakai amat dibutuhkan supaya produsen mau mengurangi produksi plastiknya.Â
Selain itu, kita juga perlu memilah sampah. Sebagian besar plastik sebenarnya dapat didaur ulang. Hanya saja, kebiasaan masyarakat Indonesia yang masih mencampur segala jenis plastik membuat daur ulang plastik sulit dilakukan.
Indonesia sebenarnya tidak kekurangan industri daur ulang plastik. Pada tahun 2021 saja, tercatat ada 1.300 industri daur ulang plastik dengan kapasitas produksi mencapai 2,3 juta ton per tahun.Â