Mohon tunggu...
Ladut Guido de Arizo
Ladut Guido de Arizo Mohon Tunggu... Petani - Clove Farmer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Petani yang Berpenghasilan Miris

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Panen Cengkeh Tahun Ini, Tak Lagi Memberikan Angin Segar

13 Juli 2019   02:31 Diperbarui: 13 Juli 2019   13:55 1079
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
potret cengkeh di kebun kami yang siap dipanen (dokumentasi pribadi)

Seharusnya sih, ada kontrak antara petani cengkeh dan pemerintah, jika kita menggunakan istilah "etatisme kapitalis" agar ada kepastian harga. Karena selama ini petani selalu pada posisi yang tidak diuntungkan. Apalagi petani tidak bisa mengintervensi harga pasar di tingkat pengepul dan pembeli. Jadi kalau petani dilibatkan, tentu ada harga pasti. Pembeli juga tidak bisa bermain harga.

Tahun ini produksi cengkeh, khususnya di bumi Manggarai turun drastis. Faktornya karena cuaca. Tidak seperti tahun 2018 yang lalu, yang bertepatan dengan panen besar. Sebab untuk sampai pada musim panen, dibutuhkan cuaca sedang selama dua bulan. Kalau cuma satu bulan lalu setelahnya turun hujan, cengkeh bakal rontok sebelum masa panen tiba.

Cengkeh milik orangtua saya yang beliau tanam sekitar 40 pohon. Sekarang hanya 8 pohon yang produktif berbuah. Itu pun beberapa di antaranya sudah tidak utuh. Ranting, daun, dan cabangnya mengering.

Di Manggarai terdapat tiga reksa wilayah yang berpenghasilan cengkeh terbesar, yaitu Mano, Kuwus, dan Pacar. Namun tumbuhan dengan julukan 'emas cokelat' itu saat ini kurang produktif berbuah. Sehingga, yang tadinya bertumpu pada penghasilan cengkeh, kini mengandalkan sektor lain untuk menambah pendapatan, seperti dari kopi, kemiri, vanilli dan mengolah sawah.

Karena keuntungan yang diperoleh harus dianggarkan untuk biaya pemetik, serta menyediakan sajian atau kudapan untuk tetangga yang melakukan proses pemisahan buah cengkeh dari tangkainya. Proses ini dalam bahasa lokalnya disebut sepuk/cepuk.

Ilustrasi cepuk (kegiatan memisahkan bunga cengkeh dengan tangkainya)
Ilustrasi cepuk (kegiatan memisahkan bunga cengkeh dengan tangkainya)
Kalau Sepuk tidak perlu menyewa orang. Kebanyakan datang dari tetangga dan keluarga. Mereka lakukan secara bersama-sama dan suka rela. Jadi kita hanya siapkan sajian ala kadarnya saja. Karena cepuk itu santai di rumah. Tapi pemanjat ini yang berisiko. Jatuh pasti cedera. hehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun