Mohon tunggu...
Zezi Musodik
Zezi Musodik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Mercubuana - NIM 41420120116

Kampus UMB Dosen Pengampu Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak Jurusan Teknik Elektro Mata Kuliah Pendidikan Anti Korupsi dan Etik UMB

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

K15_Kemampuan Memimpin Diri, Upaya Pencegahan Korupsi, dan Pelanggaran Etik - Wacana RMP Sosrokartono

10 Juli 2024   22:20 Diperbarui: 10 Juli 2024   22:20 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : Muhammad Abdurroman_daulat.co

Kemampuan Memimpin Diri dan Upaya Pencegahan Korupsi, Dan Pelanggaran Etik : Wacana RMP Sosrokartono

Filosofi Kehidupan Raden Mas Panji Sosrokartono

Sumber : Soal kuis_Prof Apollo UMB
Sumber : Soal kuis_Prof Apollo UMB

Raden Mas Panji Sosrokartono, yang lahir pada 10 April 1877 dan meninggal pada 8 Februari 1952, dikenal sebagai tokoh intelektual yang memiliki pandangan mendalam tentang kehidupan. Dua metafora yang sering digunakan oleh beliau adalah Mandor "Klungsu" dan Joko Pering, yang masing-masing menggambarkan aspek penting dalam menjalani kehidupan.

Mandor "Klungsu" (Biji Pohon Asem Jawa)

Mandor "Klungsu" adalah metafora yang mencerminkan konsep bahwa seorang pemimpin atau mandor bukanlah pemilik kehidupan. Sosrokartono menekankan bahwa seorang mandor harus memiliki loyalitas kepada yang memiliki kehidupan sesungguhnya, yakni Tuhan atau "Tuan". Seorang mandor harus menjalankan tugasnya dengan baik dan penuh tanggung jawab, serta mempersembahkan hasil kerjanya kepada Tuhan. Konsep ini menekankan pentingnya ketulusan, tanggung jawab, dan pengabdian dalam kepemimpinan.

Joko Pering

Joko Pering, di sisi lain, melambangkan semangat muda dan kemurnian simbolis. "Joko" berarti gairah muda, sementara "Pering" merujuk pada bambu yang autentik dan memiliki banyak jenis. Sosrokartono menggunakan metafora ini untuk menggambarkan prinsip kebersamaan dan kesetaraan di antara manusia. Bambu yang berbeda jenis tetap setara, mencerminkan bahwa meskipun manusia memiliki perbedaan, mereka tetap setara dalam martabat. Pepatah "eling tanpa nyanding" (sadar tanpa membandingkan) dan "pring padha pring, weruh padha weruh" (bambu dengan bambu, tahu dengan tahu) menekankan pentingnya kesadaran dan kesetaraan dalam hidup bermasyarakat.

Identitas Perilaku Menurut Raden Mas Panji Sosrokartono

Sumber : Soal kuis_Prof Apollo UMB 
Sumber : Soal kuis_Prof Apollo UMB 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun