Â
Kau sekedar fatamorgana yang menyilaukan mata
Keberadaanmu adalah antara kenyataan dan khayalan
Adamu bukanlah sesuatu yang kuinginkan tapi bersemayam di dada
Wujudmu tak bisa terelakkan terus memenuhi ruang fikiran
Apa daya diri ini menolak hadirmu dalam imajinasi yang terasa nyata
Â
Bak beningnya embun merindukan menetes kala teriknya matahari
Bagaikan hujan berharap tidak jatuh di saat gelapnya mendung
Ibarat semburat pelangi meminta memancar di malam hari
Laiknya gemericik air melawan besarnya ombak yang bergulung
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!