Debaran hati dan degub jantung rapih berdetak-detak
Rindu membuncah sekedar mendengar suara merdu kekasih hati
Tatapan syahdumu meruntuhkan egoku dan rasa yang bergejolak
Senyumanmu menggoyahkan relung jiwa paling tinggi
Bagaimana kumerajut rasa tuk menafsirkan cintanya yang tak tertebak
Â
Bayangmu menari-nari secara erotis di pelupuk mata
Klebatanmu menarik ekor mataku tuk menelusuri sosokmu
Wangimu menyeruak hidung bak bunga bertebar di padang sahara
Kharismatikmu mendebarkan hatiku untuk terus mengagumimu
Hadirmu menggetarkan realita yang kudekap dengan erat di dada
Â
Kau sekedar fatamorgana yang menyilaukan mata
Keberadaanmu adalah antara kenyataan dan khayalan
Adamu bukanlah sesuatu yang kuinginkan tapi bersemayam di dada
Wujudmu tak bisa terelakkan terus memenuhi ruang fikiran
Apa daya diri ini menolak hadirmu dalam imajinasi yang terasa nyata
Â
Bak beningnya embun merindukan menetes kala teriknya matahari
Bagaikan hujan berharap tidak jatuh di saat gelapnya mendung
Ibarat semburat pelangi meminta memancar di malam hari
Laiknya gemericik air melawan besarnya ombak yang bergulung
Berat beban ini menolak yang ada untuk memendam rasa hati
Â
Rasa itu Indah tapi tidak layak ku beritakan
Diamnya wanita di depan sosok yang dicintai
Akan ambrol menjadi kata-kata air mata yang beruntaian
Beban rindu cinta ini akan indah kurasa dan kunikmati
Karena takdirku harus tetap merajut cinta yang terpendam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H