"Masa pensiunan tentara kalah oleh guru?"
"Masalahnya Pak Bahana orangnya keras kepala, Ma. Ia bukan tipikal kebanyakan orang yang sering Papa temui." Pak Ramon menceritakan apa yang terjadi tadi siang di sekolah dengan detail tanpa ada yang terlewat.
Sejenak istrinya termenung dan memikirkan  apa yang diceritakan suaminya itu.
"Pak, kalau dipikir-pikir ada benarnya juga apa yang dikatakan Kepala Sekolah itu. Apa tidak sebaiknya kita ikuti sarannya ?"
"Lho, kenapa Mama sekarang berubah pikiran. Kemarin yang ngotot ingin si Wendy sekolah ke SBI kan Mama?"
"Iya PaK. Namun setelah dipikirkan, Mama tidak mau Wendy nantinya seperti yang disampaikan oleh Kepala Sekolah itu"
"Ya sudah kalau maunya Mama begitu, besok kita sama-sama cari sekolah lain yang cocok dengan anak kita."
****
Tujuh tahun kemudian...
Sore ini acara reuni sekolah sangat meriah, banyak sekali alumni siswa SD Berdikari yang hadir. Pak Bahana nampak dikelilingi oleh sekelompok pemuda yang dulu pernah menjadi siswanya.
Ketika acara sudah selesai. Seorang pemuda berperawakan tinggi dan atletis menghampirinya. "Pak, masih ingat saya?" Pemuda itu meraih  tangan Pak Bahana dan meletakkan perlahan pada keningnya.