Mohon tunggu...
Zen Muttaqin
Zen Muttaqin Mohon Tunggu... wiraswasta -

AKU BUKAN APA-APA DAN BUKAN SIAPA-SIAPA. HANYA INSAN YANG TERAMANAHKAN, YANG INGIN MENGHIDUPKAN MATINYA KEHIDUPAN MELALUI TULISAN-TULISAN SEDERHANA.HASIL DARI UNGKAPAN PERASAAN DAN HATI SERTA PIKIRAN. YANG KADANG TERLINTAS DAN MENGUSIK KESADARAN. SEMOGA BERMANFAAT.

Selanjutnya

Tutup

Politik

FPI Ternyata Bukan Arab Saudi

9 Maret 2017   11:51 Diperbarui: 9 Maret 2017   12:03 1739
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PHP, Pemberi Harapan Palsu begitulah kira kira yang di peroleh sementara kalangan dan kelompok kepentingan politik di Indonesia, dengan segala daya upaya mengerahkan seluruh kekuatannya untuk meraih harapan yang terpampang didepan mata.

Apakah itu salah, tentu tidak karena setiap fenomena didunia kekuasaan dan politik, semua selalu meyakinkan dan memenuhi syarat sebagai informasi A1, namun demikian tetap saja didunia politik dan kekuasaan ada ketentuan yang harus selalu di sadari oleh siapapun yang bergerak didunia politik, bahwa fenomena apapun yang dilihat dan diterima semua selalu sumir, dan ada pada posisi Trial and Error.

Setiap kesempatan dan fenomena harus disikapi dengan sungguh sungguh namun mengandung resiko memperoleh hasil Error, kalau memang memperoleh hasil Benar, maka fenomena dan haraapan yang diperoleh benar benar nyata, dan memperoleh keberhasilan.

FPI jelas kelompok dan organisasi yang bergerak diranah politik dan kekuasaan, sikap kritis dan gugatannya mengandung kekuatan dan fenomena politis, dan berdampak terhadap peta politik dan kekuasaan.

Menggunakan kerangka berfikir berdasar atas hukum hukum Islam adalah sah sah saja bagi mereka yang menggunakannya sebagai alat pengkonsolidasian kepentingan mereka. Namun sekali lagi setiap pilihan politik selalu mengandung kekuatan balik yang sama besar dengan peluang yang diperolehnya. 

Azas PHP dan Trial and error juga  merupakan konsekwensi logis yang harus mereka terima, bahwa ide pengkonsolidasian melalui hukum hukum Islam juga mengandung ketidak berhasilan, sekaligus menghantam mereka dari kancah perpolitikan nasional.

Error yang akan diperolehnya tentu sudah menjadi resiko yang harus ditanggung, walau bagaimanapun juga tetap berwajah politis dan beresiko terhadap penilaian politik masyarakat terhadap mereka. Wajah buruk yang mereka terima dari penilaian masyarakat jelas adalah hasil error yang mereka terima.

Pupuslah perjuangan kepentingan mereka yang membawa hukum hukum Islam sebagai kendaraan politiknya, Harapan yang menjadi asumsi ternyata tidak ada yang benar, semua hanyalah bayangan harapan belaka.

Tentu tidak bisa lepas dari issue issue Wahabi yang terbawa kedalam kancah politik yang mereka bawa, yang difahami oleh seluruh masyarakat Islam dunia dan masyarakat dunia lainnya, mengandung kesamaan dengan Wahabi yang dianut oleh Pemerintah kerajaan Arab Saudi.

Issue kekerasan yang sempat disematkan kepada Wahabi karena wajah yang mereka tampilkan seperti itu, seolah menggambarkan keketatan mereka terhadap keyakinan yang mereka anut dengan segala intoleransnya terhadap aliran lain dan bahkan keyakinan lain.

Pilihan yang begitu jelas terasakan oleh masyarakat Indonesia, ketika FPI dengan tokoh sentral Habib Rizieq Shihab melakukan pengimplementasian politik yang menjurus kepada kekakuan keyakinan dan kekerasan terhadap keyakinan yang mereka miliki, berdasar atas hukum hukum Islam yang mereka yakini.

Ahok menjadi titik sentral pengejawantahan kekerasan keyakinan dan kekerasan yang intolerans terhadap keyakinan lain, hingga menggerakkan pemeluk Islam garis keras kedalam kancah politik kekuasaan dan kepentingan. Wahabi tetap menjadi bayang bayang dibelakangnya.

Proses kekerasan politik yang didasari oleh keyakinan dan sikap intolerans terhadap keyakinan dan aliran lain, menjadi tertempel pada Wahabi yang merupakan aliran yang dianut oleh Pemerintah kerajaan Arab Saudi. 

Oleh sebab itulah sempat terjadi polemik pertentangan antara beberapa aliran yang ada, termasuk Syiah, Wahabi dan ahlus sunnah wal jamaah. NU MUhammadiyah dan aliran aliran ibadah didalam Islam. Pertentangan Islam Nusantara dan Islam Arab menjadi krusial didalam perbincangan terutama di dunia Media Sosial.

Pemahaman masyarakat terhadap wahabi yang negatip yang berhasil di gambarkan oleh FPI tentu saja menjadi mistery bagi masyarakat, ketika Raja Arab saudi beserta 1500 jajarannya berkunjung dan berlibur ke Bali yang jelas jelas adalah daerah wisata dengan mayoritas beragama Hindu.

Kunjungan balasan Raja Salman dari kerajaan Arab Saudi, menjadi momen penting dalam menyelesaikan konflik yang ada didalam pemahaman ummat Islam Indonesia yang tolerans.

Seolah Hujan sehari yang menghapus kekeringan selama setahun, kunjungan balasan yang menghasilkan fenomena fenomena pola sikap Wahabi yang ternyata sangat jauh berbeda dengan apa yang selama ini tersampaikan kepada masyarakat Indonesia.

Sikap yang tolerans dan menghormati keyakinan lain sangat terasa dan terbaca secara jelas oleh masyarakat, salaman dengan Ahok merupakan bahasa yang menggambarkan sikap toleransinya terhadap keyakinan lain, bahkan sempat memberi penghargaan dan penghormatan terhadap prestasi Ahok dalam menata Jakarta.

Tidak ada sedikitpun terjebak didalam opini penistaan Agama oleh Ahok yang dituduhkan oleh FPI dan kawan kawannya, bahwa apa yang dilakukan oleh Ahok jauh lebih berharga daripada sekedar memperhatikan tuduhan penistaan Agama oleh Ahok.

Wahabi yang jelas jelas merupakan aliran yang dianut oleh Raja Salman, telah berhasil memberi gambaran jelas tentang sikap Wahabi terhadap kehidupan, keyakinan, penentangan terhadap ISIS dan Teroris jelas merupakan jawaban anti kekerasan Wahabi dalam perjuangannya.

Apresiasi Raja Salman kepada Bung Karno jelas merupakan gambaran penghormatannya terhadap Panca Sila dan Bhinneka Tunggal Ika, bahkan menjadikan nya sebagai referensi penting dalam menjalankan kebijakan Kepemerintahannya di Arab Saudi. 

Tentu saja setiap aliran memiliki ekstrimitas masing masing, begitu juga Wahabi yang berkembang di Arab Saudi, juga memiliki kelompok ekstrim yang barangkali menjadi referensi FPI dkk selama ini, yang ternyata merupakan kelompok marginal dan kelompok kecil di kekuasaan Kerajaan Arab Saudi.

Prince dan Princess yang menampilkan tata kehidupan yang modern, serta pembangunan Arab Saudi yang menuju kepada kehidupan modern dan pemahamannya telah membuka mata Islam Nusantara untuk juga melihat kemajuan yang juga berlaku di Arab saudi. 

Bahwa perbedaan antara penganut Islam dari masing masing kebudayaan, akan melahirkan ciri khas keIslamannya, seperti halnya kehidupan Islam Nusantara, Islam Arab Saudi, dam juga Islam di negara negara lain yang memiliki ciri khas karena kebudayaan lokalnya.

Dengan Islam yang dibawanya akan menuju kepada kesejahteraan manusia di dunia dan kesejahteraan di akherat. Perbedaan yang ada merupakan jembatan terjadinya kerukunan dan persaudaraan diantara Ummat Islam, dengan dilandasi oleh rasa saling menghormati diantara masing masing bangsa.

Kesejahteraan Ummat Islam hanya akan diraih ketika ada didalam suasana damai dan kehidupan yang tenteram dan tenang, demikian juga kesejahteraan akherat hanya akan diperoleh ketika berada didalam keadaan yang sejahtera tenteram aman tanpa pertikaian.

Terimakasih kepada Raja Salman yang menyadarkan Ummat Islam Indonesia, bahwa Islam Nusantara adalah memang milik asli masyarakat Indonesia yang harus kita pertahankan dan kita percayai sebagai jalan hidup menuju kesejahteraan dunia dan akherat.

FPI tidak lagi perlu menasbihkan diri sebagai insan yang memiliki tiket khusus masuk kedalam pintu Surga, karena hanya Allah semata yang bisa dan mampu menilai dan mengijinkannya memasuki pintu surga.

Ketahuilah setiap kelompok yang menganut ekstrimitas, selalu merupakan kelompok kecil yang marginal dalam kehidupan, mayoritas masyarakat selalu berkumpul dan berada digaris moderat.

Merdeka ! Merdeka ! Merdeka !

 Jakarta, 9 Maret 2017

Zen Muttaqin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun