Ahok menjadi titik sentral pengejawantahan kekerasan keyakinan dan kekerasan yang intolerans terhadap keyakinan lain, hingga menggerakkan pemeluk Islam garis keras kedalam kancah politik kekuasaan dan kepentingan. Wahabi tetap menjadi bayang bayang dibelakangnya.
Proses kekerasan politik yang didasari oleh keyakinan dan sikap intolerans terhadap keyakinan dan aliran lain, menjadi tertempel pada Wahabi yang merupakan aliran yang dianut oleh Pemerintah kerajaan Arab Saudi.Â
Oleh sebab itulah sempat terjadi polemik pertentangan antara beberapa aliran yang ada, termasuk Syiah, Wahabi dan ahlus sunnah wal jamaah. NU MUhammadiyah dan aliran aliran ibadah didalam Islam. Pertentangan Islam Nusantara dan Islam Arab menjadi krusial didalam perbincangan terutama di dunia Media Sosial.
Pemahaman masyarakat terhadap wahabi yang negatip yang berhasil di gambarkan oleh FPI tentu saja menjadi mistery bagi masyarakat, ketika Raja Arab saudi beserta 1500 jajarannya berkunjung dan berlibur ke Bali yang jelas jelas adalah daerah wisata dengan mayoritas beragama Hindu.
Kunjungan balasan Raja Salman dari kerajaan Arab Saudi, menjadi momen penting dalam menyelesaikan konflik yang ada didalam pemahaman ummat Islam Indonesia yang tolerans.
Seolah Hujan sehari yang menghapus kekeringan selama setahun, kunjungan balasan yang menghasilkan fenomena fenomena pola sikap Wahabi yang ternyata sangat jauh berbeda dengan apa yang selama ini tersampaikan kepada masyarakat Indonesia.
Sikap yang tolerans dan menghormati keyakinan lain sangat terasa dan terbaca secara jelas oleh masyarakat, salaman dengan Ahok merupakan bahasa yang menggambarkan sikap toleransinya terhadap keyakinan lain, bahkan sempat memberi penghargaan dan penghormatan terhadap prestasi Ahok dalam menata Jakarta.
Tidak ada sedikitpun terjebak didalam opini penistaan Agama oleh Ahok yang dituduhkan oleh FPI dan kawan kawannya, bahwa apa yang dilakukan oleh Ahok jauh lebih berharga daripada sekedar memperhatikan tuduhan penistaan Agama oleh Ahok.
Wahabi yang jelas jelas merupakan aliran yang dianut oleh Raja Salman, telah berhasil memberi gambaran jelas tentang sikap Wahabi terhadap kehidupan, keyakinan, penentangan terhadap ISIS dan Teroris jelas merupakan jawaban anti kekerasan Wahabi dalam perjuangannya.
Apresiasi Raja Salman kepada Bung Karno jelas merupakan gambaran penghormatannya terhadap Panca Sila dan Bhinneka Tunggal Ika, bahkan menjadikan nya sebagai referensi penting dalam menjalankan kebijakan Kepemerintahannya di Arab Saudi.Â
Tentu saja setiap aliran memiliki ekstrimitas masing masing, begitu juga Wahabi yang berkembang di Arab Saudi, juga memiliki kelompok ekstrim yang barangkali menjadi referensi FPI dkk selama ini, yang ternyata merupakan kelompok marginal dan kelompok kecil di kekuasaan Kerajaan Arab Saudi.