Meski banyak ahli ekonomi yang mengatakan bahwa keputusan Deng merupakan keputusan yang terburu-buru, namun kenyataannya semenjak masa reformasi yang dibawa oleh Deng, Tiongkok mengalami peningkatan ekonomi yang pesat. Bahkan dengan perkembangan perekomian yang disusul dengan perkembangan teknologi Tiongkok yang terus berkembang, membawa perubahan hingga mampu menyelamatkan 700 juta masyarakat dari kemiskinan.
Tentunya penggunaan dua sistem dalam aspek yang berbeda pada suatu negara membutuhkan keharmonian yang tepat. Tiongkok berhasil mengembangkan perekonomiannya melalui sistem liberal dengan tetap mempertahankan sistem komunisnya. Dalam hal ini harmonisasi dalam menjalankan kedua sistem ini harus saling mendukung.Â
Pembangunan ekonomi yang dipilih tidak akan bisa berjalan apabila sistem politik negara tidak mendukung. Begitu pula dengan politik suatu negara yang tidak akan berhasil tanpa adanya perekomian yang berjalan. Harmonisasi dan stabilitas antara politik dan ekonomi menjadi penunjang terbesar dalam keberhasilan suatu negara.
Tiongkok berhasil membangun negaranya dengan mengadopsi paham komunisme dengan asumsi bahwa politik Tiongkok akan terus stabil dan negara akan sejahtera.Â
Namun karena adanya kegagalan dalam perekonomian yang sebelumnya membuat Tiongkok menggunakan sistem perekonomian yang lebih terbuka dan mampu memberikan kesejahteraan bagi rakyat Tiongkok.Â
Deng Xiaoping dalam reformasinya mampu menemukan kesempatan dalam perkembangan dunia sehingga Deng berani membuat keputusan untuk menggunakan sistem perekonomian yang terbuka. Dang mampu menemukan kesempatan bagi Tiongkok untuk berkembang mengikuti perkembangan dunia dan menemukan tempat untuk menjadi bagian dari perekonomian dunia.
Sistem perekonomian liberal yang terus dianut Tiongkok hingga kini menjadi sebuah sistem yang memberikan keberhasilan bagi Tiongkok, justru membuka gerbang bagi Tiongkok untuk menjadi negara yang turut menguasai perekonomian dunia. Dimulai dari tahun 1990-an dimana Kawasan Asia Tenggara mengalami krisis ekonomi sementara Tiongkok terus mengalami perkembangan ekonomi.Â
Keberhasilan Tiongkok dalam memajukan perekonomiannya meski dengan ideologi dan sistem perekonomian yang berbeda menjadi sebuah hal yang banyak dipertanyakan oleh para ahli ekonomi. Apalagi mengingat Tiongkok menjadi negara komunisme pada tahun 1949 yang mana artinya ketika Deng Xiaoping mengambil keputusan reformasi, Tiongkok belum lama berada pada sistem politik komunisme.
Namun pada dasarnya para ahli berpendapat bahwa ada dua alasan Tiongkok mampu terus berkembang dalam hal ekonomi meski dengan ideologi yang berbeda. Yang pertama, pekembangan globalisasi yang semakin menembus batas negara dan tidak adanya dinding pembatas. Globalisasi membawa pengaruh yang besar terhadap perekonomian dunia dimana seluruh pihak mampu terlibat dan bersaing.Â
Dalam hal ini Tiongkok yang bereformasi kepada sistem liberal terus mendorong sektor perekonomian negeri agar mampu bersaing dalam pasar internasional. Dalam prakteknya Tiongkok berhasil mengembangan ekonomi dan teknologinya sehingga memperoleh tempat di pasar internasional dan menjadi salah satu negara yang kini menduduki posisi atas perekonomian.
Yang kedua, adanya kepiawaian para elit politik yang berada dalam Partai Komunis Tiongkok. Hal ini karena para elit politik dalam partai menjadi pihak yang memberikan dorongan dan pengawasan dalam proses interaksi ekonomi. Sehingga dengan adanya kepiawaian para elit politik ini Tiongkok mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ekonomi dunia yang saat itu terjadi.Â