Mohon tunggu...
Nurul Fauziah
Nurul Fauziah Mohon Tunggu... Freelancer - Momblogger Medan

a Wife | Blogger | Freelance Writer | Book Lover | Book Reviewer | member of FLP Sumut | FB : Nurul Fauziah | G+ : Nurul Fauziah |in : Nurul Fauziah | Twitter : @nufazee | IG : @nufaz3e |Blog: www.nufazee.com

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Kisah Pemuda yang Menyulap 60 Ton Sampah Per Hari Menjadi Pupuk Dengan Budidaya Maggot

4 September 2023   20:21 Diperbarui: 4 September 2023   20:28 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampah masih menjadi isu krusial di Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa sampah di Indonesia berdasarkan sumbernya, ternyata sektor rumah tangga menjadi penyumbang sampah terbesar tiap tahunnya dalam skala sampah nasional.


Pada 2021 total sampah nasional mencapai 68,5 juta ton dan 45% berasal dari rumah tangga, belum lagi dari sektor yang lain seperti dari sektor perniagaan, pasar, perkantoran, fasilitas publik dan lain-lain.


Sedangkan untuk sampah makanan, Indonesia menghasilkan 20,93 juta ton sampah makanan setiap tahun sehingga angka tersebut menempatkan Indonesia pada peringkat tertinggi di Asia Tenggara dan ketiga di dunia sebagai negara penyampah makanan. Berapa nilai kerugian efek makanan yang mubazir ini? Diperkirakan mencapai lebih dari Rp 300 triliun.


Beberapa fakta di atas sungguh menyesakkan dada. Idealnya, jika saja ibu rumah tangga sebagai pengambilan keputusan terbesar di rumahnya tahu apa yang harus dilakukan dalam upaya mengelola sampah di rumahnya saja pasti akan sangat berpengaruh pada jumlah total sampah nasional yang dihasilkan.


Dalam tulisan ini aku tidak akan membahas secara khusus mengenai bagaimana ibu rumah tangga harusnya mengelola sampah sendiri tapi mau mengisahkan terobosan Arky Gilang Wahab dengan budidaya magot yang ia lakoni 4 tahun terakhir dan berhasil menjadi jalan keluar bagi 60 ton sampah organik dan menjadi pupuk organik yang mampu mengembalikan kebaikan unsur tanah pertanian di daerahnya.


Seperti apa kisah Arky Gilang Wahab yang sukses budidaya maggot sekaligus mengatasi permasalahan sampah organik? Silahkan lanjut membaca.

Berawal Dari Prihatin Lihat Problem Krisis Sampah di Banyumas

Pemuda berusia 36 tahun yang memiliki nama lengkap Arky Gilang Wahab merupakan warga Desa Banjaranyar, Kecamatan Sokaraja, Banyumas, Jawa Tengah. Ia pulang ke desa usai menyelesaikan kuliah dan mendirikan usaha di Bandung. Arky yang juga lulusan Teknik Geodesi Institut Teknologi Bandung ( ITB ) merasa prihatin melihat kabupaten setempat alami krisis sampah tahun 2018, sampah yang dihasilkan mencapai 600 ton per hari.


Akibat krisis sampah yang terjadi, masyarakat seringkali mengalami gangguan seperti aroma sampah yang tidak sedap, belum lagi ancaman tumpukan sampah yang bisa mempengaruhi kesehatan dan kelestarian alam.


Permasalahan sampah organik tersebut membuat Arky memiliki ide yang awalnya memakai metode composing namun kemudian memilih metode membudidayakan maggot karena dinilai tak perlu lahan luas dan waktu proses mengurai sampah oleh maggot justru jauh lebih singkat. Berawal dari 5 gram maggot dengan adik dan teman yang menjadi partner Arky. Mereka mulai kelola sampah dari tiga rumah saja saat itu.


Dalam waktu sekitar setahun dengan ketekunan Arky dan tim pada tahun 2019 berhasil mengelola sampah organik satu desa yaitu Desa Banjaranyar.

Sukses Budidaya Maggot, Arky Bangun Perusahaan Limbah dan Bioteknologi Bernama Greenprosa

Sejak menjalani usaha budidaya maggot pada tahun 2018, Arky yang ternyata menjabat Ketua Duta Petani Milenial Banyumas mendirikan organisasi bernama Greenprosa.


Greenprosa adalah organisasi yang mengutamakan pemberdayaan masyarakat khususnya dalam pengelolaan sampah, peternak, dan petani untuk membangun usaha. Budidaya Maggot menjadi program dan produk utama dari Greenprosa dan pastinya menjadi solusi mengolah sampah organik yang menumpuk di lingkungan tempat tinggalnya.

Budidaya maggot atau larva lalat dilakukan dengan mengumpulkan sampah organik kemudian masuk ke dalam mesin pencacah sampah untuk diolah menjadi bubur sampah agar mempersingkat proses penguraian oleh maggot.


Maggot dapat mengekstrak energi dan nutrien dari sisa makanan, sampah sayuran, bangkai hewan, kotoran sebagai bahan makanannya. Maggot sendiri mengandung protein tinggi yang baik untuk pakan ternak seperti ayam dan ikan selain itu harganya juga terjangkau. Kasgot atau bekas maggot bisa digunakan untuk pupuk organik dan banyak petani sekitar lingkungan Arka yang mengakui bahwa selama menggunakan kasgot kualitas tanah menjadi jauh lebih sehat dibanding memakai pupuk kimia.


Oiya Greenprose dalam proses produksinya mengangkut semua sampah baik organik dan anorganik. Kemudian sampah dipilah secara manual. Jika ada sampah keras dan punya nilai jual pastinya diambil lebih dulu oleh petugas yang berjumlah 2 sampai 6 orang.


Jika lihat video proses produksinya duh, sedikit gemas, bukankah jauh lebih baik sampah dipilih lebih dulu di tiap tiap rumah tangga? tapi, balik lagi ke pola pikir masyarakat kita, buang sampah aja sulit konon lagi memilah sampah, pasti perlu upaya keras mengubah kebiasaan ini huhu.


Selanjutnya sampah akan masuk ke dalam mesin pemilah otomatis. Kapasitas kemampuan mesin pemilah bisa 3-5 kubik sampah per jam. Menarik sekali saat melihat video prosesnya, tampak sampah organik langsung jadi bubur atau mirip warna dan tekstur tanah lembab.


Bubur sampah kemudian dijadikan pakan maggot yang ditempatkan di biopond. Dua minggu kemudian maggot sudah bisa dipanen dan dibagi dua, ada yang dijual ke petani ikan dan ada yang dikeringkan untuk pakan ternak.


Potensi Cuan Yang Menggiurkan Dalam Bisnis Ternak Maggot

Budidaya Maggot sebenarnya tidak perlu lahan luas karena larva lalat ini mempunyai kemampuan memakan sampah organik sebanyak lebih dari tiga kali dari berat tubuhnya dalam waktu kurang dari 24 jam. Satu kilogram maggot dapat memangkas dua hingga lima kilogram sampah organik setiap harinya.


Adapun produk akhir dari pengolahan sampah organik berupa maggot kering, maggot basah dan pupuk organik atau kasgot tadi. Greenprosa mendistribusikan produknya bekerja sama dengan kelompok budidaya ikan, khususnya maggot hidup untuk pakan ikan seperti lele dan bawal.


Sedangkan maggot kering diekspor ke sejumlah negara seperti Jepang. Arky mampu memproduksi 120 ton maggot setiap bulan dan mencapai omset sekitar Rp 500 juta per bulan. Kebutuhan maggot di pasaran ungkap Arky saat sekarang mencapai 1000 ton tiap bulan. Hal ini menjadi peluang besar menjadikan budidaya maggot sebagai bisnis yang menjanjikan. Produk Greenprosa sudah ada di e-commerce dan instagram @greenprosa.


Semangat Arky Mengusung Hijaukan Bumi, Birukan Langit Turut Mengubah Hidup Banyak Orang di Sekitarnya

Upaya yang Arky lakukan berawal menjadi solusi krisis sampah di Banyumas membawanya berhasil menerima penghargaan bergengsi dari Anugerah Astra Satu Indonesia Awards tahun 2021. Pemuda ini layak diapresiasi karena aktivitasnya dalam penerapan sistem konservasi limbah organik untuk ciptakan ketahanan pangan di Desa Banjaranyar Banyumas.


Tagline Greenprosa yang berbunyi Hijaukan Bumi, Birukan Langit ternyata berdampak juga pada orang-orang yang turut membantu Arky sehingga proyek ini dapat membuka banyak lapangan pekerjaan.


Kini Greenprosa telah punya basis usaha, yakni Greenprosa Mitra Produksi, Greenprosa Mitra Unit Produksi 1, Greenprosa Unit Produksi 2, dan Greenprosa Unit Produksi 3.


Gambar prestasi Greenprosa


Greenprosa juga digandeng Badan Usaha Milik Desa Berkah Soka Mandiri, Desa Sokaraja Kulon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, kemudian bekerjasama pula dengan Pemerintah Daerah Banyumas, Pemerintah Daerah Pekalo, 12 kelompok swadaya masyarakat, Universitas Jenderal Soedirman, dan masih banyak lagi.


Kabar terbaru Greenprosa telah berkolaborasi dengan Taman Safari Indonesia (TSI) Bogor untuk membangun pengelolaan sampah khusus jenis organik. Wah keren nih TSI.


MasyaAllah, dampak positifnya kemana-mana ya, terbukti sampah yang kelihatannya sepele ternyata mengelolanya tidak sesederhana itu dan kita perlu sinergi dan kolaborasi sehingga semangat Indonesia bersih hari ini dan di masa depan menjadi lebih nyata.
Barokallah Mas Arky, semoga hal serupa bisa tersebar ke seluruh Indonesia ya!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun