Mohon tunggu...
Zainuddin El Zamid
Zainuddin El Zamid Mohon Tunggu... Dosen - Pendidik

Menulis apa saja yang ingin ditulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ibadah Transaksional: Bentuk Kesombongan Seorang Hamba

5 Juni 2024   19:02 Diperbarui: 5 Juni 2024   19:07 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rasulullah mengingatkan dalam sebuah hadis riwayat Abdullah bin Mas'ud:


"Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi." 

Ini menunjukkan betapa bahayanya kesombongan, bahkan dalam hal yang kelihatannya baik seperti ketaatan kepada Allah.

Sekali lagi, sebagai hamba Allah, kita harus selalu ingat bahwa segala ketaatan yang kita lakukan adalah karena Allah telah memberikan kita kemampuan dan taufik untuk melakukannya. Tanpa rahmat dan pertolongan-Nya, kita tidak akan mampu melaksanakan shalat, berpuasa, bersedekah, atau melakukan kebaikan lainnya.

Allah berfirman dalam Al-Qur'an:


"Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya) dan bila kamu ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan." (QS. An-Nahl: 53).

Ayat ini mengingatkan kita bahwa segala nikmat, termasuk kemampuan untuk beribadah, datangnya dari Allah. Ketika kita menyadari hal ini, kita akan lebih bersyukur dan rendah hati, serta menjauhkan diri dari kesombongan.

Untuk menghindari kesombongan dalam ketaatan, kita harus membangun kesadaran yang benar tentang hubungan kita dengan Allah. Kita harus selalu mengingat bahwa kita hanyalah hamba yang lemah dan bergantung sepenuhnya kepada Allah. Ketaatan yang kita lakukan bukanlah untuk membanggakan diri atau merasa lebih baik dari orang lain, tetapi sebagai bentuk penghambaan dan rasa syukur kepada Allah.

Dengan memahami bahwa segala ketaatan adalah karunia dari Allah, kita akan lebih fokus pada keikhlasan dan ketawadhuan dalam beribadah. Keikhlasan berarti melakukan ibadah semata-mata untuk mendapatkan ridha Allah, bukan untuk pujian atau pengakuan dari manusia. Ketawadhuan berarti menyadari kelemahan dan ketergantungan kita kepada Allah, serta tidak merasa lebih baik dari orang lain.

Ibnu Atha'illah dalam salah satu hikmahnya berkata: "Barangsiapa yang merasa bahwa ketaatannya adalah hasil usahanya sendiri, maka ia telah menyombongkan dirinya." Hikmah ini mengajarkan kita untuk selalu rendah hati dan tidak mengandalkan amal kita sendiri, tetapi selalu berharap pada rahmat dan karunia Allah.

Wallahua'lam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun