Menegur dengan Lemah Lembut
Apabila kita menemukan orang terdekat berbuat kesalahan atau penyimpangan, hendaklah kita menegur dan menasihatinya dengan lemah lembut atau dalam bahasa Arab disebut mu'atabah.Â
Tujuan dari mu'atabah bukan untuk melampiaskan emosi, tetapi untuk menyadarkan seseorang atas kelalaian atau perbuatan dan sikap yang menyimpang.
Mu'atabah adalah sikap menasihati, dan itu juga bagian dari agama sebagaimana hadits Rasulullah yang berbunyi:
Artinya: Dari Abu Ruqayyah yakni Tamim bin Aus Ad Daari ra, sesungguhnya Nabi saw bersabda: Agama itu adalah nasihat. Kami (para shahabat) bertanya: Untuk siapa (Ya Rasulullah)? beliau menjawab; Bagi Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, serta pemimpin-pemimpin umat Islam dan juga bagi orang Islam umumnya. (HR. Muslim).
Perspektif Tasawuf tentang Mu'atabah
Dalam perspektif tasawuf, mu'atabah lebih dimaknai sebagai nasihat atau teguran untuk diri sendiri. Dalam kehidupan ini, kita sering menemukan situasi di mana kita lebih mudah untuk menasihati orang lain, tetapi sulit, bahkan tidak pernah menegur dan menasihati diri sendiri. Hal ini lah yang terkadang membuat kita jadi lupa diri.
Dalam kitab (Mu'atabatun Nafs) dijelaskan:
"Ketahuilah bahwa musuh terbesarmu adalah dirimu sendiri yang berada di antara kedua sisi tubuhmu. Ia diciptakan cenderung pada keburukan, condong kepada kejahatan, dan menjauh dari kebaikan.
Kamu diperintahkan untuk membersihkan dan meluruskannya, serta menuntunnya dengan rantai paksaan menuju ibadah kepada Tuhannya dan Penciptanya, serta mencegahnya dari keinginannya dan menyapihnya dari kecenderungannya sendiri.
Jika kamu mengabaikannya, ia akan liar dan melarikan diri, dan kamu tidak akan bisa mengendalikannya lagi.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!