Buktikan, bahwa tanah kaili masih memiliki kearifan lokal yang masih terjaga dan menjaga kearifan itu sendiri tetap tumbuh diantara anak cucu kita nanti. Kearifan lokal yang menyatakan bahwa buaya adalah nenek moyang, adalah cara masyarakat Kaili dalam konservasi buaya agar tidak punah.
Kupikir, ini adalah aset budaya. Dengan menyebutnya sebagai nenek moyang, secara tidak sadar, akan menanamkan kesadaran bahwa mereka adalah saudara kita. Maka jangan diganggu. Yang perlu dijaga adalah harmoni. Keberadaan buaya adalah bentuk keunikan Kota Palu dan menyatakan bahwa masyarakat Palu bisa menjaga hewan langka tersebut.
Meski begitu, aku tetap salut sama Panji yang berhari-hari mencari buaya berkalung ban tersebut. Tetap semangat dalam misi penyelamatannya, ya!
"Kuharap, yang membaca tulisan ini tidak melihatku sebagai 'hanya anak SMA' sehingga tulisanku tidak dipedulikan. Tapi aku ingin tulisanku ini dilihat sebagai ungkapan berbentuk tulisan dari Seorang Remaja Kota Palu.".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H