Mohon tunggu...
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang bertumbuh

Berjejak, tak berjasad

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Bom Waktu" yang Keliru Dari Panji

28 Januari 2018   23:26 Diperbarui: 29 Januari 2018   01:17 1762
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : https://mercusuarnews.com/kepala-bksda-ban-motor-di-leher-buaya-ulah-seseorang/

Buktikan, bahwa tanah kaili masih memiliki kearifan lokal yang masih terjaga dan menjaga kearifan itu sendiri tetap tumbuh diantara anak cucu kita nanti. Kearifan lokal yang menyatakan bahwa buaya adalah nenek moyang, adalah cara masyarakat Kaili dalam konservasi buaya agar tidak punah.

Kupikir, ini adalah aset budaya. Dengan menyebutnya sebagai nenek moyang, secara tidak sadar, akan menanamkan kesadaran bahwa mereka adalah saudara kita. Maka jangan diganggu. Yang perlu dijaga adalah harmoni. Keberadaan buaya adalah bentuk keunikan Kota Palu dan menyatakan bahwa masyarakat Palu bisa menjaga hewan langka tersebut.

Meski begitu, aku tetap salut sama Panji yang berhari-hari mencari buaya berkalung ban tersebut. Tetap semangat dalam misi penyelamatannya, ya!

"Kuharap, yang membaca tulisan ini tidak melihatku sebagai 'hanya anak SMA' sehingga tulisanku tidak dipedulikan. Tapi aku ingin tulisanku ini dilihat sebagai ungkapan berbentuk tulisan dari Seorang Remaja Kota Palu.".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun