Kenyataannya sistem pemerintahan demokrasi atau republik tidak cocok untuk diterapkan di negara-negara Arab, karena sifat keras orang-orang Arab yang sejak dulu terbiasa diatur oleh seorang pemimpin tunggal dengan pedang dan cambuk.Â
Terbukti meskipun banyak negara-negara Timur Tengah yang sudah mengadopsi sistem demokrasi, namun nyatanya baru Aljazair dan Tunisia yang berani menyelenggarakan pemilu Presiden secara langsung.Â
Untuk menjaga stabilitas politik kerajaan, setiap pewaris tahta harus selalu memutar otak agar negara mereka bisa bertahan di tengah arus globalisasi.Â
Dinasti Saudi ingin kekuasaannya tetap kokoh sebagaimana yang telah diamanatkan oleh kakek buyut mereka, kerajaan Arab dibangun lewat perang dan darah kakek buyut mereka ratusan tahun lalu.Â
Oleh karenanya kini para pewaris tahta memiliki tanggung jawab moral untuk terus berjuang, melakukan segala cara demi kerajaan mereka tetap eksis dan bertahan.Â
Lisa Anderson Jurnalis The Cairo Review menjelaskan ada masa dimana Dinasti Arab runtuh karena dijajah oleh bangsa Eropa, setelah kekuasaan negara-negara barat itu berakhir beberapa warisan-warisan kolonial tetap dipertahankan.
Pada 1950-1970an perdebatan tentang bentuk negara dan pemerintahan sudah banyak terjadi, pada masa ini Mesir merupakan negara Arab yang sukses menjadi negara terkuat.Â
Berkat mengadopsi sistem pemerintahan dan ideologi barat, karena saat itu mereka memiliki bonus demografi dan identitas budaya yang kuat di bawah kepemimpinan Gamal Abdul Nasir.Â
Di era berikutnya yang terjadi adalah sistem Monarki absolut mulai ditinggalkan, banyak negara-negara Arab lain yang mulai mengikuti langkah Mesir mulai dari Irak, Libya, hingga Aljazair.
Mampukah Arab Saudi Bertahan?
Bangsa Arab pernah dikuasai banyak kerajaan salah satu yang terbesar dalam sejarah adalah Dinasti Turki Utsmani, banyak gerakan revolusioner memberontak terhadap Dinasti ini yang sudah berkuasa selama ratusan tahun.Â