Zaman Berubah, Perilaku Rusak
Perubahan zaman mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan.Â
Salah satu fenomena yang kerap menjadi perhatian belakangan ini adalah perilaku siswa yang dinilai semakin tidak sopan.Â
Para guru dihadapkan pada tantangan yang besar, karena mereka bukan hanya dituntut untuk mengajar materi pelajaran, tetapi juga harus menangani masalah disiplin dan etika yang makin kompleks.Â
Artikel ini akan membahas lengkap tentang cerita Guru di era media sosial seperti sekarang, menghadapi siswa dengan berbagai macam karakter dan referensi.Â
Berdasarkan pengalaman dari Erlangga Kusuma Yuda atau yang akrab disapa Angga, seorang Guru SD di Kota Serang.
Perubahan Pola Perilaku & Pengaruh Teknologi
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi perilaku siswa saat ini adalah pola asuh yang berbeda dibandingkan generasi sebelumnya.Â
Banyak orang tua kini cenderung memberikan kebebasan lebih kepada anak-anaknya, dengan harapan agar anak bisa lebih mandiri.Â
Namun, kebebasan ini terkadang diterjemahkan oleh anak sebagai tidak adanya batasan, yang pada akhirnya berdampak pada perilaku mereka di sekolah.Â
Ditambah lagi, pengaruh teknologi, terutama media sosial, kerap memperkuat perilaku negatif seperti kurangnya rasa hormat terhadap orang dewasa, termasuk guru.Â
Menurut Angga jika dibandingkan dengan zaman dulu anak-anak zaman sekarang jauh lebih ekspresif, dalam menyampaikan apa yang dirasakan, dipikirkan, dan dialami.Â
Zaman dulu kita masih terlalu segan kepada orang tua atau Guru, selain itu anak-anak zaman sekarang lebih mudah terganggu konsentrasinya.Â
Sehingga mereka kesulitan dalam belajar, karena gangguan dan godaannya sekarang ini lebih banyak, ada hp, media sosial, game dan lain sebagainya.
Peran Guru Semakin Kompleks
Guru tidak lagi hanya berperan sebagai pengajar, tetapi juga sebagai pembimbing, konselor, bahkan pengganti orang tua di sekolah.Â
Ketika siswa menunjukkan perilaku tidak sopan di kelas, guru sering kali merasa dihadapkan pada dilema.Â
Di satu sisi, mereka harus menegakkan disiplin dan menjaga kewibawaan sebagai pemimpin di kelas.Â
Namun di sisi lain, mereka harus berhati-hati dalam bertindak agar tidak dianggap bertindak keras atau otoriter, terutama di era di mana setiap tindakan guru bisa dengan cepat diabadikan dan disebarkan melalui media sosial.Â
Angga melihat perkembangan teknologi digital saat ini, memang mempengaruhi perilaku anak-anak zaman sekarang.Â
Beliau juga mengutip sedikit teori dari Ki Hajar Dewantara yang mengatkan bahwa dulu karakter seorang anak hanya dipengaruhi oleh 3 faktor yakni keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.Â
Sedangkan sekarang ada faktor lain yang lebih kuat daripada 3 faktor tadi yakni lingkungan digital atau media sosial, kurangnya bimbingan dari orang tua terhadap anak dalam penggunaan media sosial.Â
Juga menjadi alasan yang kuat  mengapa anak-anak zaman sekarang tidak sopan, karena tidak mendapatkan arahan sehingga anak-anak bisa bebas mengakses berbagai informasi tanpa tahu apakah itu benar atau salah.  Â
Tekanan dari Orang TuaÂ
Dalam menghadapi siswa yang tidak sopan, guru sering kali mendapat tekanan dari berbagai pihak.Â
Orang tua kadang-kadang cenderung membela anak mereka, bahkan ketika perilaku anak jelas tidak pantas.Â
Hal ini menambah beban psikologis bagi guru, yang merasa diabaikan dan tidak didukung dalam upaya mereka menegakkan kedisiplinan.Â
Selain itu, regulasi di bidang pendidikan juga menjadi tantangan tersendiri.Â
Banyak sekolah memberlakukan aturan yang ketat tentang cara guru boleh dan tidak boleh menangani masalah disiplin, dengan tujuan melindungi hak siswa.Â
Namun, hal ini bisa membatasi kebebasan guru dalam bertindak, sehingga mereka merasa serba salah ingin menegakkan aturan, tetapi takut melanggar ketentuan.Â
Menurut Angga kenapa kebanyakan orang tua zaman sekarang, lebih membela atau memanjakan anaknya meskipun sudah jelas-jelas anaknya salah?.
Karena terbentuk dari masa lalunya yang menerima didikan keras dari orang tuanya dulu bahkan sampai sering dipukul dan sebagainya, sehingga ketika menjadi orang tua ia tidak ingin anaknya merasakan hal tersebut.Â
Akibatnya adalah ia menjadi orang tua yang terlalu protektif dan memanjakan anaknya, sudah jelas-jelas anaknya salah tetap saja dibela bahkan malah menyalahkan Gurunya. Â
 Â
Dampaknya Terhadap Guru
Perilaku tidak sopan dari siswa tidak hanya berdampak pada suasana belajar di kelas, tetapi juga memengaruhi mental guru.Â
Banyak guru merasa stres, kelelahan, bahkan kehilangan motivasi untuk mengajar ketika harus terus-menerus berhadapan dengan siswa yang sulit diatur.Â
Pada akhirnya, hal ini bisa memengaruhi kualitas pembelajaran, karena guru tidak dapat berkonsentrasi penuh pada tugas utamanya mengajar dan mendidik.Â
Angga menceritakan kelakuan kurang sopan murid-muridnya yang paling sering ia temui adalah berkata-kata kasar, menyanyikan lagu-lagu tren di TikTok dengan bahasa kurang pantas, sampai mengikuti perkataan Stand Up Comedian yang mengarah ke pornografi.Â
Ada juga murid yang karena sering menonton Byon Combat, jadi coba-coba menirukan gerakan pukulan dan tendangan itu yang membuat Angga khawatir dengan keselamatan murid-muridnya.Â
Selama mengajar Angga merasa murid-muridnya masih bisa menghargainya sebaga Guru, meskipun banyak dari mereka yang suka berkata-kata kasar.Â
Tapi itu hanya diucapkan kepada teman-temannya tidak kepada Guru.
Â
Mencari Solusi & Menentukan Sikap
Mengatasi perilaku tidak sopan siswa bukanlah hal yang mudah, namun ada beberapa pendekatan yang bisa dicoba.Â
Salah satunya adalah memperkuat pendidikan karakter di sekolah.Â
Dengan menekankan pentingnya nilai-nilai seperti rasa hormat, tanggung jawab, dan disiplin, siswa diharapkan bisa lebih memahami pentingnya bersikap sopan terhadap guru dan orang lain.Â
Selain itu, guru juga bisa mencoba pendekatan yang lebih komunikatif dalam menangani siswa yang bermasalah.Â
Mengajak siswa berdialog dan memahami akar masalahnya bisa menjadi cara yang lebih efektif dibandingkan memberikan hukuman langsung.Â
Dalam beberapa kasus, perilaku tidak sopan siswa bisa jadi merupakan manifestasi dari masalah yang lebih dalam, seperti tekanan dari rumah atau pergaulan yang buruk.Â
Angga sendiri menyatakan bahwa seharusnya Guru selalu mengingatkan dan memberi tahu muridnya ketika berbuat salah, jangan sampai lelah memberi tahu murid bahwa yang ia katakan atau lakukan itu salah.Â
Beliau mengakui pernah merasa lelah memberi tahu muridnya, karena sudah berkali-kali diberi tahu dan ditegur tapi tetap tidak berubah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H