Mewakili Dirinya Sendiri
Selain kehadiran para Komika, Aktor Reza Rahardian, dan banyak Artis-Artis yang ikut hadir dalam demo tolak RUU Pilkada di depan gedung DPR kemarin, hal menarik lainnya adalah kehadiran Mantan Menteri Perdagangan Tom Lembong.Â
Pria bernama lengkap Thomas Trikasih Lembong itu berorasi di atas podium, kemudian dengan tegas mengatakan bahwa dia mewakili dirinya sendiri tidak mewakili Paslon 01, 02, atau 03.Â
Di video yang kini viral di media sosial tersebut pria berusia 52 tahun itu menyampaikan, dirinya sudah dipesankan oleh istri dan anaknya untuk ikut hadir ke demo.Â
Beliau menyampaikan bahwa kita semua bisa berdiri di sini saat ini karena orang tua kita dan generasi-genarasi sebelum kita, pada momen yang sama 79 tahun yang lalu dimana masa depan Republik Indonesia dipertaruhkan.Â
Lulusan Arsitektur Harvard University itu mengatakan bahwa 22 Agustus 2024 kemarin, adalah momen bersejarah bagi bangsa Indonesia.Â
Luar biasa bagaimana seseorang yang pernah menjadi pejabat negara ikut turun ke jalan untuk menyuarakan aspirasinya sebagai rakyat, artinya beliau juga menyadari bahwa kondisi demokrasi di negara kita tidak baik-baik saja.Â
Pria yang pernah meraih penghargaan Young Global Leader di World Economic Forum 2008 ini, memiliki kesadaran politik sebagai mantan pejabat yang pernah merasakan punya kuasa dan tahta.Â
Tentunya beliau mengetahui sesuatu yang tidak diketahui rakyat biasa, bagaimana wewenang dan kekuasaan digunakan untuk memenuhi kepentingan penguasa bukan kepentingan  rakyat.
                                                              Â
Penentu Masa Depan Bangsa
Tom Lembong juga menyatakan bahwa yang menentukan masa depan bangsa Indonesia adalah rakyat bukan hanya untuk kita sekarang, tapi untuk anak-anak kita dan generasi-generasi selanjutnya di masa yang akan datang.Â
Pria kelahiran Jakarta 4 Maret 1971 ini juga menyapaikan bahwa Indonesia dengan kekayaan alam, sumber daya alam melimpah, keberagaman budaya, dan masyarakat adalah titipan Tuhan yang harus kita jaga.Â
Mantan Komisaris PT Graha Layar Prima Tbk ini berterima kasih, kepada semuanya yang hadir di demo tersebut beliau menyatakan bahwa dirinya tidak punya obsesi berlebihan terhadap demokrasi.Â
Tapi sebagai Akademisi ia percaya bahwa dirinya harus selalu menyampaikan fakta, dimana demokrasi di negara kita kini sudah mulai runtuh ketika lembaga negara seperti MK mulai dirusak.Â
Perlahan kebebasan berekspresi akan dihilangkan, sedikit demi sedikit kesempatan untuk berkarya dan bekerja akan dihilangkan, itu semua sudah pernah terjadi dalam sejarah politik dunia.Â
Orang seperti beliau bisa dipastikan berbicara berdasarkan pengalaman yang pernah ia alami, bagaimana segelintir pihak ingin menjalankan kepentingannya.Â
Tapi terhalang oleh peraturan yang berlaku kemudian karena mereka memiliki kuasa, digunakannlah wewenang dan kekuasaannya itu untuk merombak peraturan yang sudah ada.Â
Rakyat memiliki hak untuk protes dan melawan ketika seorang penguasa ingin mewariskan kekuasaannya kepada anaknya, dengan menggunakan lembaga negara dan wewenangnya secara sembarangan.
Marah tapi Tetap Damai
Mantan Menteri Perdagangan Kabinet Kerja itu juga mengajak kepada semua yang hadir di demo itu untuk menjalankan aksi secara damai dan tertib, demonstrasi ini adalah bentuk dari kemarahan publik tapi marah bukan berarti tidak damai.Â
Pria yang berkarir di dunia Perbankan ini juga mengajak seluuruh masyarakat yang hadir di demo tersebut, untuk menunjukan bahwa kita adalah orang-orang beradab yang ingin menegakan Konstitusi.Â
Beliau juga berterima kasih kepada seluruh hadirin dan mendoakan agar Tuhan selalu melindungi, menjaga, dan membantu perjuangan rakyat yang sedang memperjuangkan keadilan.Â
Kehadiran rakyat pada 22 Agustus 2024 kemarin adalah tanda bahwa negara ini sedang kritis, lembaga negara yang katanya 'Wakil Rakyat' tapi malah melakukan sesuatu yang membuat rakyat marah.Â
Dalam setiap demo tentu ada kerusuhan, tapi itu semua berawal dari kebijakan pemerintah yang membuat rakyat resah dan khawatir dalam konteks ini resah akan masa depan demokrasi di Indonesia.Â
Dimana kita diperlihatkan orang-orang yang berkuasa seenaknya, merombak dan mengotak-atik Konstitusi demi memajukan anak Presiden.Â
Kemarahan rakyat adalah bukti bahwa pemerintah ketidakmampuan pemerintah membuat kebijakan yang adil bagi seluruh rakyat, Rancangan Undang-Undang dibuat demi kepentingan penguasa.Â
Mahkamah Konstitusi yang seharusnya menjadi lembaga tertinggi dalam menetapkan hukum dan perundang-undangan negara, malah ditabrak oleh lembaga yang katanya mewakili rakyat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H