Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis, Content Creator, Podcaster

Introvert yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengungkap Misteri Hari Minggu, Hari yang Seharusnya Tidak Pernah Ada!

17 Juli 2024   17:31 Diperbarui: 17 Juli 2024   17:34 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: https://www.countryliving.com/life/g31911013/sunday-quotes/(ilustrasi tulisan hari Minggu dalam bahasa inggris)

Kenapa Harus Ada Hari Minggu?

Kita semua tahu bahwa hari Minggu adalah saat dimana orang-orang beristirahat dari segala kesibukannya selama sepekan baik itu bekerja atau bersekolah, banyak orang yang menghabiskan waktu di hari minggu untuk jalan-jalan, olahraga, atau bermain game. 

Tapi pernahkah kalian bertanya-tanya kenapa harus ada hari Minggu?, kenapa hari Minggu ditetapkan sebagai hari libur?, sejak kapan sistem ini dibuat?, dan untuk apa?. 

Jika kita melihat sejarah hari Minggu sebenarnya adalah hari yang seharusnya tidak ada, bisa dibilang hari Minggu adalah hari tambahan yang dibuat oleh orang-orang zaman dulu untuk mengisi kekosongan. 

Hendra Setiawan Jurnalis SUARAMERDEKA.com menjelaskan, di era Romawi Kuno (100-200 M) keluarga Kerajaan menghabiskan waktu di hari Minggu untuk beribadah bersama. 

Baru pada tahun 321 M Kaisar Konstantinus I, membuat Undang-Undang tentang hari Minggu yang mengatur bahwa semua aktivitas perdagangan harus dihentikan pada hari Minggu. 

Peraturan ini dibuat awalnya dengan tujuan, agar masyarakat Romawi Kuno yang merupakan penganut agama Kristen Katholik memiliki waktu khusus untuk beribadah. 

Dari sinilah konsep hari Minggu sebagai hari libur terus berkembang dari masa ke masa, dari perdaban satu ke peradaban yang lain dengan tujuan yang berbeda-beda sesuai dengan kebudayaan masing-masing. 

Sedangkan konsep akhir pekan (weekend) baru muncul pada abad ke-19, berawal dari aksi mogok kerja para Buruh yang menuntut pemberian hari libur kepada pemerintah saat itu.

                                                                                                                            

Peradaban Mesir Kuno

Orang-orang Mesir Kuno yang tinggal di pinggiran sungai Nil kerap kali mengalami bencana banjir dimana air sungai meluap sampai ke pemukiman bahkan hingga pusat kota, orang Mesir zaman itu yang senang mengamati langit kemudian menemukan sebuah teori. 

Bahwa musim banjir terjadi ketika rasi bintang Orion, menghadap ke rasi bintang Sirius di sebelah utara dari tempat mereka berdiri. 

Dari situlah mereka percaya bahwa kedua rasi bintang itulah yang membawa banjir ke sungai Nil, karena bencana ini cukup membingungkan bagi orang-orang Mesir di zaman itu yang belum mengetahui secara ilmiah bagaimana banjir bisa terjadi. 

Di masa itu orang-orang belum mengenal teori Ekologi, seperti hujan yang terjadi di dataran tinggi membuat air mengalir ke hulu sungai. 

Kemudian sungai mengalir ke dataran yang lebih rendah lalu karena air yang mengalir ke dataran rendah itu terlalu banyak, sehingga membuat air sungai meluap sampai menimbulkan banjir mereka belum paham konsep seperti itu. 

John D Schmidt Pakar Sejarah dari Colombia University menjelaskan, dari situ kemudian orang-orang Mesir Kuno mulai membagi periode-periode waktu. 

Peristiwa banjir itu terjadi setiap 366 hari sekali dimana rasi bintang Orion menghadap ke Sirius, kemudian dibuatlah konsep 1 tahun dan dalam 1 tahun itu mereka mengenal 3 musim yakni musim banjir, musim tanam, dan musim panen. 

Lalu dalam satu musim itu mereka juga melihat bahwa bulan purnama, muncul sebanyak 4 kali dari situ mereka membagi lagi bahwa 1 musim itu terdiri dari 4 bulan. 

Dari sini mereka mulai memberi nama dan nomor setiap bulan tersebut, inilah yang menjadi cikal bakal kalender yang kita gunakan sampai sekarang.

Munculnya Konsep Perhitungan Tahun

Lalu apa hubungannya semua ini dengan hari Minggu? Karena saat itu orang-orang Mesir Kuno setelah menamai 4 bulan dan 3 musim dalam setahun itu, kemudian mereka mengamati lagi dalam 1 musim itu berapa kali bulan Purnama muncul di langit?. 

Setelah mereka amati ternyata Purnama muncul 12 kali dalam 3 musim itu, dari situ dibuatlah konsep bahwasanya 1 tahun adalah 12 bulan. 

Setelah itu mereka mengamati lagi kira-kira 1 bulan itu ada berapa hari? Berdasarkan terbit dan tenggelamnya matahari, kemudian muncul bulan Purnama ternyata ditemukan bahwa bulan Purnama muncul setiap 28-30 hari sekali. 

Dari situ muncul konsep 1 bulan adalah 30 hari, tidak berhenti sampai di situ mereka terus mengamati, berpikir, dan berusaha membagi lagi menjadi nama-nama hari. 

Awalnya mereka belum mengenal konsep 1 pekan/minggu jadi orang Mesir Kuno, menamai setiap 28-30 hari dalam 1 bulan tersebut tapi mereka menyadari bahwa 28-30 hari itu terlalu banyak. 

Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar Jurnalis OIF UMSU menjelaskan, orang-orang mesir Kuno menetapkan 1 tahun adalah 365 hari 12 bulan dan dalam 1 bulannya jumlah hari itu enap yakni paling banyak 30 hari. 

Kemudian dari 28-30 hari itu mereka membagi 6 hari untuk setiap periode dalam 1 bulan, para Sejarahwan menyebut sistem buatan orang-orang Mesir Kuno ini sebagai 'Kalender Matahari'. 

Meskipun sebenarnya perhitungan ini tidak berpatokan dengan Matahari, namun berdasarkan munculnya rasi bintang Sirius menjelang musim panas. 

Bintang ini muncul sekali setiap 365 hari dan dijadikan sebagai pengingat bahwa akan terjadi banjir, sehingga orang-orang Mesir Kuno bisa bersiap-siap menghadapi bencana ini.

Konsep Angka 6

Sekarang kita beralih ke peradaban Mesopotamia yang hampir sama seperti orang-orang Mesir Kuno tentang penemuan konsep tahun, bulan, minggu, dan hari dengan menggunakan rasi bintang bedanya adalah orang-orang Mesopotamia mensakralkan angka 6. 

Karena menurut mereka segala sesuatu berawal dari angka 6, mulai dari 1 tahun ada 366 hari kelipatan angka 6, 30 hari kelipatan angka 6, 1 tahun ada 12 bulan juga kelipatan angka 6. 

Jadi semua konsep yang mereka temukan itu berawal dari angka 6, dari sini kemudian orang-orang Mesopotamia percaya bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dalam waktu 6 hari. 

Mereka juga meyakini ada 36 Dewa yang menjadi perwujudan Tuhan, sedangkan Tuhan yang asli adalah 1 sehingga jika ditotal semuanya menjadi 37. 

Nama-nama Dewa itu kemudian dijadikan nama-nama hari setelah kemudian mereka menghitung dalam 1 bulan, ternyata harus dibagi lagi ke beberapan periode dimana setiap periodenya harus berjumlah 6 hari. 

Lalu guruh Aprianto Jurnalis Hailomboktimur.com menjelaskan agama Islam, juga memiliki keyakinan yang sejalan dengan orang-orang Mesopotamia tentang angka 6. 

Dalam kitab tafsir yang merujuk pada Al-Qur'an Surat An-Naziat ayat 27-33 dijelaskan bahwa Allah SWT, menciptakan alam semesta dalam 6 massa yang setiap massanya Allah menciptakan berbagai makhluk. 

Kurang lebih terjemahan ayatnya seperti ini, "Apakah kamu lebih sulit penciptaanya ataukah langit? Allah telah membinanya. 

{27} Dia meninggikan bangunannya lalu menyempurnakannya {28} dan Dia menjadikan malamnya gelap gulita, dan menjadikan siangnya terang benderang {29} Dan bumi sesudah itu dihamparkan-Nya. 

{30} Ia memancarkan daripadanya mata airnya, dan (menumbuhkan) tumbuh-tumbuhannya, {31} Dan gunung-gunung dipancangkan-Nya dengan teguh {32} (semua itu) untuk kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu {33}."

Awalnya Hanya Ada 6 Hari

Jadi orang-orang Mesopotamia membagi setiap periode dalam 1 bulan itu sebanyak 6 hari dari keseluruhan 30 hari dalam 1  bulan, kemudian muncul masalah baru dimana dalam 1 bulan itu tidak selalu 30 hari tapi kadang 28 hari kadang juga 29 hari. 

Lalu mereka berusaha mencari cara bagaimana 28 hari tetap bisa dibagi menjadi 6, orang-orang Mesopotamia yang meyakini bahwa Dewa Dewi itu berjumlah 36 sebagai perwujudan Tuhan dan 1 sebaga Tuhan yang asli. 

Sehingga mereka membuat konsep bahwa 6 hari itu harus digambarkan sebagai Dewa Dewi, sedangkan Tuhan yang asli Maha Tunggal berarti ada di hari ke-7. 

Jadi setelah mereka menetapkan bahwa 1 pekan adalah 6 hari kemudian mereka menambahkan hari ke-7, saat itu orang-orang Mesopotamia meyakini hari ke-7 adalah hari dimana Tuhan beristirahat. 

Jadi berdasarkan kepercayaan orang-orang Mesopotamia Tuhan bekerja selama 6 hari, untuk menciptakan alam semesta dan hari ke-7 adalah saat dimana Tuhan istirahat. 

Jack David Kawira Penulis Jurnal berjudul 'Tijauan Kritis Pandangan Harfiah Hari Penciptaan' menjelaskan,  pemahaman tentang hari penciptaan alam semesta tertulis dalam Alkitab Kejadian 1:1-2:3. 

Jika ditafsirkan secara harfiah memang disebutkan bahwa Tuhan menciptakan alam semesta dalam 6 hari, jadi sejak awal mula pembentukan konsep periode waktu. 

Mulai dari perdaban Mesir Kuno hingga Mesopotamia memang ditetapkan 1 pekan adalah 6 hari, ini kemudian diadaptasi oleh kepercayaan, kebudayaan, dan perdaban lain di seluruh dunia. 

Sehingga bisa disimpulkan bahwa sebenarnya 1 pekan itu adalah 6 hari bukan 7 hari, jadi sebenarnya hari minggu itu tidak pernah ada sebelum akhirnya orang Mesopotamia menetapkan 1 hari dimana Tuhan beristirahat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun