Pria kelahiran Silaen Sumatera Utara ini juga membantah isu mengenai kudeta, ia merasa kabar itu hanyalah sesuatu yang dibuat-buat untuk membangun citra Kopassus alias cari perhatian.Â
Luhut mengakui bahwa perbuatan yang dilakukan Prabowo saat itu, dapat membahayakan keamanan nasional namun dirinya tidak menjatuhkan sanksi apapun kepadanya.
Jurnalis Historia Martin Sitompul menjelaskan pada Maret 1983 pasukan Detasemen 81 disiagakan, oleh seorang Perwira muda bernama Kapten Prabowo Subianto.Â
Perintah siaga tempur ini diberikan karena kecurigaan Prabowo mengenai adanya distribusi senjata besar-besaran di markas besar ABRI, kepada pasukannya Prabowo juga memerintahkan untuk mengamankan Letjen LB Moerdani.Â
Saat perintah tersebut diketahui oleh atasannya yakni Mayor Luhut, ia pun langsung menolak dan membantahnya seperti yang dikutip Hendro Subroto.Â
Dalam bukunya berjudul 'Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando' Luhut menggertak, "Kamu minta saya mengambil Presiden Soeharto ke sini? (Cijantung).Â
Itu melakukan by pass komandosebarapa jauh?" Luhut kemudian melaporkan Prabowo kepada atasannya, Kolonel Sintong Panjaitan yang saat itu menjabat sebagai Jenderal Angkatan Darat.
Titik Balik di Tahun 2000
Kejadian di tahun 1983 membuat hubungan Luhut dan Prabowo menjadi retak setelah itu mereka berpisah karena ditugaskan di tempat yang berbeda, karier Militer Luhut jauh berada di bawah Prabowo meskipun dirinya lebih senior.Â
Menantu Presiden Soeharto itu berhasil menduduki jabatan-jabatan penting di TNI, sedangkan ia hanya berhasil mencapai jabatan tertingginya yakni Letjen TNI AD pada tahun 1997.Â
Hubungan kedua tokoh ini membaik pada tahun 2000 saat itu Prabowo meminta bantuan kepada Luhut, saat itu keduanya sama sudah mengakhirir karier militernya Prabowo sedang berkuliah Politik dan Bisnis.Â