Lalu menjadi Panglima Komando Strategis TNI AD meskipun hanya menjabat selama 2 bulan, hal yang membuat kedua tokoh ini akrab adalah ketika mereka berada dalam satu Kamp Pelatihan.Â
Mereka mengikuti pelatihan di Grand Scrub G9 (GSG-9) satuan khusus anti terorisme milik Kepolisisan Fedral Jerman, keduanya juga dikirim ke satuan pasukan-pasukan khusus di berbagai negara.Â
Mulai dari SAS Inggris, GIGN Perancis, dan Interventie M-Squadron Belanda, setelah itu barulah mereka membentuk kesatuan anti terorisme bernama Detasemen 81 Penangulangan Teror (Sat 81 Gultor).Â
Luhut ditunjuk sebagai Komandan dan Prabowo menjadi wakilnya, dari sinilah hubungan mereka mulai memanas karena keduanya sama-sama memiliki sifat alfa atau dominan.Â
Bertold Ananda jurnalis Okezone.com menjelaskan kecemerlangan karier Militer Prabowo, sudah terbukti pada 1976 ketika dirinya menjadi Komandan Peleton Kopassandha termuda yakni 26 tahun.Â
Setelah Operasi Timor Timor sukses tepatnya pada 1982, Prabowo langsung ditunjuk sebagai Wakil Komandan Detasemen 81 mendampingi Luhut yang jauh lebih senior darinya.Â
Lalu pada 1998 dirinya dilantik menjadi Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara Kostrad, Â dalam divisi ini ia memimpin 27 ribu pasukan Infanteri aktif yang sebelumnya dipimpin oleh mertuanya.
Konflik 1983
Ketika sidang umum MPR sedang dilaksanakan di tahun tersebut ada satu isu yang menyebar tentang kudeta pemerintahan Presiden Soeharto, Prabowo yang saat itu wakil Komandan Detasmen 81 Kopassus sekaligus calon menantu Presiden. Â
Memerintahkan pasukannya untuk siaga tidak hanya melakukan patrol, namun juga merencanakan penculikan sejumlah Perwira tinggi ABRI dan mengamankan Presiden Soeharto ke markas Kopassus di Cijantung.Â
Luhut saat itu tidak percaya dengan isu tersebut, ia juga tidak maupasukannya bertindak seenaknya tanpa perintah Luhut kemudian memerintahkan pasukannya untuk kembali ke Barak.Â