Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis & Konten Kreator Multi Talenta

Melihat berbagai peristiwa dari berbagai manusia dan berbagai sudut pandang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengenal Vihara Dhammacakka, Bukan Sekadar Tempat Ibadah Tapi...

28 Februari 2024   21:00 Diperbarui: 1 Maret 2024   16:36 743
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Wikipedia (potret Uposathagara di sore hari)

Lingkungan & Suasana

Tempat ibadah umat Buddha di Jakarta Utara ini memiliki area yang cukup luas terdapat taman dengan banyak pepohonan membuat lingkungan Vihara ini terasa sejuk, di tengah-tengah taman terdapat air mancur yang membuat pemandangan luar Vihara ini terlihat indah. 

Rumah ibadah ini tidak hanya terdiri dari satu bangunan dan satu fungsi, tapi ada banyak bangunan dengan berbagai macam fungsinya masing-masing. 

Ada perpustakaan besar di sebelah utara pintu masuk Vihara, ada bangunan khusus ibadah yang didalamnya terdapat patung Buddha besar, ada juga bangunan khusus untuk acara-acara pertemuan (meeting).

Bangunan & Infrastruktur

Dengan berbagai macam fasilitas yang disediakan Komplek Vihara ini memiliki beberapa bangunan di dalamnya, salah satu yang menjadi daya tarik adalah Uposathagara yakni tempat dimana umat Buddha melakukan ibadah. 

Di dalamnya terdapat patung Buddha besar (Siddharta Gautama) dan beberapa patung yang kecil, di depan bangunan ini terdapat taman dan beberapa pendopo yang nyaman untuk bersantai dan Instagramable. 

Taman-taman dan pepohonan yang ada di hampir setiap sudut area Vihara membuat lingkungan ini terasa sejuk, jika dilihat dari luar Uposathagara ini memiliki desain bangunan yang unik. 

Memiliki relief-relief dengan corak ala candi-candi kerajaan Jawa dengan dengan warna dasar putih, terdapat pilar-pilar penyanggah bangunan mengelilinginya. 

Tepat di belakangnya adalah Wisma Narada bangunan terbesar dan tertinggi di komplek Vihara dengan berbagai macam fungsi, mulai dari kebaktian, sekolah minggu, perpustakaan, hingga gedung pertemuan (meeting). 

Di halaman depan Uposathagara terdapat gerbang dengan 2 patung naga berwarna hitam yang panjang, kedua naga ini mengelilingi bangunan di atas gerbang tembok berwarna putih. 

Uposathagara memiliki pintu yang sangat besar seperti sengaja dirancang, agar patung besar Buddha Siddharta Gautama  terlihat jelas dari luar. 

Tempat ini merupakan salah satu yang paling sakral karena digunakan oleh umat Buddha melakukan ibadah (Puja Bakti), berdasarkan informasi dari pengurus Vihara patung besar Siddharta Gautama di sini didatangkan langsung dari Thailand.

Sejarah Panjang

Vihara Dhammacakka Jaya telah melalui perjalanan sejarah yang panjang dalam proses pembangunannya dimulai dari tahun 1981, salah satu Biksu Thailand bernama Khun Suthat mendapatkan semacam petunjuk dari gurunya yang bernama Achan Nirod. 

Bahwa di Jakarta Utara terdapat sebuah tempat yang baik untuk membangun Vihara, sang guru menjelaskan ciri-ciri tempat itu yakni lahannya tinggi dan ada sebuah pohon besar sebagai sumber air. 

Singkat cerita tahun 1981 inilah awal munculnya ide pembangunan Vihara Dhammacakka, kemudian pada 1982 tepatnya hari Kamis tanggal 2 September. 

Merupakan peletakan batu pertama yang menandakan dimulainya proyek pembangunan Vihara, acara ini dihadiri oleh Biksu Sagha, beberapa umat Buddha, serta Duta Besar Thailand di Indonesia. 

Melompat ke tahun 1984-1985 merupakan momen paling penting dalam sejarah Vihara ini, karena di tahun ini mulailah proses pembahasan mengenai pembuatan Patung Buddha (Buddha Rupang) besar. 

Rencana ini sempat menimbulkan perdebatan, ada yang menginginkan bentuk patung seperti di Candi Borobudur ada yang menginginkan seperti di Vihara-Vihara Thailand. 

Bahkan saat itu Putri Raja Thailand bernama Chakri Sirindhorn datang ke Indonesia, untuk membahas persoalan ini bersama pengurus-pengurus Vihara. 

Sang Putri kemudian mengusulkan sebaiknya Ptung Buddha dibuat seperti yang di Candi Borobudur, karena Vihara ini akan menjadi milik umat Buddha di Indonesia jadi harus menyesuaikan dengan corak budayanya.

Perpustakaan Narada

Selain Uposathagara yang membuat Vihara ini berbeda adalah terdapat sebuah Perpustakaaan yang cukup besar dan memiliki fasilitas yang lengkap, namanya adalah Perpusatakaan Narada ada berbagai jenis buku di sini yang bisa dibaca dan dipinjam secara gratis. 

Buku-buku yang ada di Narada tidak hanya tentang ajaran-ajaran atau kitab suci agama Buddha,  tapi ada juga tentang sejarah, budaya, sampai, kehidupan sosial masyarakat. 

Di perpustakaan ini terdapat koleksi Tripitaka asli yang masih berbahasa Sansekerta, ada juga naskah-naskah kuno yang ditulis di lembaran daun-daun lontar kering berisi ajaran-ajaran Siddharta Gautama. 

Ada yang masih menggunakan bahasa Sansekerta ada juga yang sudah Bahasa Cina, semua naska-naskah kuno itu tersimpan rapi di rak Perpustakaan Narada. 

Tidak hanya tentang koleksi buku-bukunya suasana dan fasilitas yang ada Perpusatkaan ini, membuat siapa saja yang datang ke sini merasa nyaman ada sofa-sofa yang empuk, kursi dan meja yang dilengkapi stop kontak. 

Sebuah tempat yang sempurna bagi kalian yang gemar membaca buku sambil bersantai, tanpa gangguan suara-suara bising kendaraan bermotor di Jakarta. 

Nama perpustakaan ini diambil dari nama seorang Biksu dari Sri Lanka bernama Narada Mahathera, sebelum meninggal ia berpesan bahwa umat Buddha di Indonesia harus memiliki tempat khusus untuk menambah wawasannya. 

Tidak hanya tempat untuk ibadah ritual saja umat Buddha harus memperkaya drinya, dengan ilmu-ilmu pengetahuan untuk menjadi manusia yang berguna.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun