Sang Putri kemudian mengusulkan sebaiknya Ptung Buddha dibuat seperti yang di Candi Borobudur, karena Vihara ini akan menjadi milik umat Buddha di Indonesia jadi harus menyesuaikan dengan corak budayanya.
Perpustakaan Narada
Selain Uposathagara yang membuat Vihara ini berbeda adalah terdapat sebuah Perpustakaaan yang cukup besar dan memiliki fasilitas yang lengkap, namanya adalah Perpusatakaan Narada ada berbagai jenis buku di sini yang bisa dibaca dan dipinjam secara gratis.Â
Buku-buku yang ada di Narada tidak hanya tentang ajaran-ajaran atau kitab suci agama Buddha, Â tapi ada juga tentang sejarah, budaya, sampai, kehidupan sosial masyarakat.Â
Di perpustakaan ini terdapat koleksi Tripitaka asli yang masih berbahasa Sansekerta, ada juga naskah-naskah kuno yang ditulis di lembaran daun-daun lontar kering berisi ajaran-ajaran Siddharta Gautama.Â
Ada yang masih menggunakan bahasa Sansekerta ada juga yang sudah Bahasa Cina, semua naska-naskah kuno itu tersimpan rapi di rak Perpustakaan Narada.Â
Tidak hanya tentang koleksi buku-bukunya suasana dan fasilitas yang ada Perpusatkaan ini, membuat siapa saja yang datang ke sini merasa nyaman ada sofa-sofa yang empuk, kursi dan meja yang dilengkapi stop kontak.Â
Sebuah tempat yang sempurna bagi kalian yang gemar membaca buku sambil bersantai, tanpa gangguan suara-suara bising kendaraan bermotor di Jakarta.Â
Nama perpustakaan ini diambil dari nama seorang Biksu dari Sri Lanka bernama Narada Mahathera, sebelum meninggal ia berpesan bahwa umat Buddha di Indonesia harus memiliki tempat khusus untuk menambah wawasannya.Â
Tidak hanya tempat untuk ibadah ritual saja umat Buddha harus memperkaya drinya, dengan ilmu-ilmu pengetahuan untuk menjadi manusia yang berguna.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H