Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis, Content Creator, Podcaster

Introvert yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Boikot Produk Israel, Buat Apa? Emang Ada Untungnya Buat Kita?

12 Desember 2023   17:03 Diperbarui: 12 Desember 2023   21:54 507
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: suluhdesa.com (logo-logo produk yang sempat diboikot Indonesia karena dianggap pro Israel)

Berawal dari Konflik Israel Palestina   

Hingga saat ini dunia masih sedang dalam kondisi yang panas bukan karena pemanasan global atau perubahan iklim, tapi karena konflik berkepanjangan antara Israel dengan Palestina yang membuat negara-negara di dunia kini terbelah menjadi 3 kubu. 

Pertama ada kubu pembela Palestina kedua ada yang pro Israel dan ketiga ada kubu netral, jika kalian adalah kubu netral tentu kalian tidak akan peduli dengan apa yang disajikan dalam artikel ini. 

Untuk kalian pro Palestina pasti banyak yang setuju dengan wacana tentang Boikot produk Israel, ini sempat ramai menjadi perbincangan beberapa minggu lalu. 

Gerakan Boikot produk Israel menimbulkan pro dan kontra tidak semua orang yang pro Palestina, setuju dengan gerakan Boikot produk Israel ini mereka yang tidak setuju berpendapat ini terlalu berlebihan. 

Sedangkan mereka yang mendukung yakin bahwa gerakan ini harus dilakukan sebagai wujud dukungan kepada Palestina, artikel akan membahas lengkap tentang pro dan kontra gerakan boikot produk Israel. 

Tentu dari 2 perspektif secara adil dan seimbang, juga tentang bagaimana gerakan boikot ini berdampak pada perekonomian dunia sampai kondisi ekonomi pribadi kita. 

Perlu dipahami bahwa perang ini tidak hanya berdampak pada 2 negara yang sedang berkonflik saja, tapi juga berdampak terhadap ekonomi negara-negara lain di dunia. 

Itu baru perangnya saja lalu bagaimana dengan gerakan Boikot? Apakah berdampak positf bagi kondisi perekonomian negara kita?, atau malah sebaliknya bahkan justru membuat ekonomi Indonesia semakin terpuruk?.

Boikot & Dampaknya

Jika kita lihat sejarah setiap konflik antar negara yang pernah terjadi di dunia pasti mengakibatkan anjloknya pasar keuangan dunia, peperangan atau konflik politik dapat membuat perekonomian tidak stabil karena berbagai alasan. 

Mulai dari hancurnya berbagai infrastruktur penggerak ekonomi karena perang, dana negara yang difokuskan untuk membiayai peperangan, sampai pemutusan kerja sama ekonomi antar negara yang sedang berkonflik. 

Lalu bagaimana dengan gerakan Boikot ini?, dimana pada intinya merupakan seruan atau ajakan untuk memboikot/melarang penggunaan produk-produk tertentu. 

Dalam kasus sekarang ini karena Israel yang diserang maka yang diboikot, adalah produk-produk buatan perusahaan yang berasal dari negara-negara yang pro Israel. 

Pertanyaan utama dari pembahasan ini adalah apakah kita memboikot atau tidak? apakah gerakan Boikot ini efektif?, dan bagaimana pengaruh gerakan Boikot ini terhadap perekonomian di Indonesia apakah positif atau justru negatif?. 

Lida Puspaningtias Jurnalis Republika menjelaskan, ketua umum Hippindo (Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia Budihardjo Iduansjah. 

Pada Senin (27/11/23) mengungkapkan aksi Boikot yang dilakukan masyarakat Indonesia, berdampak pada penurunan penjualan sektor ritel dan restoran sebanyak 40%.  

"Sudah ada angka penurunan ada yang 10%. 20%,dan 40%" ungkap Budihardjo, meski demikian kini penjualan di beberapa sektor perlahan mulai naik kembali setelah adanya informasi tentang kerugian ekonomi akibat Boikot. 

Sejak awal November beliau juga menyatakan, bahwa setiap informasi yang tersebar di media sosial tentang konflik Israel Palestina itu berdampak terhadap perekonomian Indonesia.

 

Bagaimana Hubungan Indonesia & Israel?

Pertanyaan lain muncul lalu bagaimana dengan hubungan ekonomi Indonesia dengan Israel saat ini apakah benar-benar diputus secara total?, kenapa Boikot ini baru disuarakan sekarang? Bukankah Israel sudah sejak dulu menyerang Palestina?. 

Kenapa dari dulu rakyat Indonesia tetap saja memakai brand-brand buatan Amerika yang sudah jelas pro Israel, tidak ada seruan atau ajakan untuk Boikot produk Amerika?. 

Ini semua harus kita analisis secara menyeluruh agar paham kira-kira bagaimana alur kejadiannya sampai muncul gerakan boikot ini, kalu bicara tentang hubungan diplomatik antara Indonesia dan Israel. 

Sebelumnya juga ada kasus yang sempat ramai dibahas dan jadi pro kontra juga, tentang seroang Gubernur yang sekarang menjadi calon Presiden 2024 dan rekan-rekannya di partai. 

Dimana mereka menolak kedatangan timnas Israel di Piala Dunia U-19 yang mau diselenggarakan di Indonesia, tapi sejak dulu memang di Indonesia tidak ada satupun yang namanya kantor Kedutaan Israel. 

Indonesia punya banyak kantor Kedutaan mulai dari Afganistan, India, Brunei, Iran, Jepang, dan masih banyak lagi tapi tidak ada Israel karena memang Indonesia tidak pernah mengakui Israel sebagai negara. 

Jurnalis Databoks Adi Ahdiat menjelaskan, meski demikian jika dilihat data pada tahun 2018-2022 hubungan dagang antara Indonesia dengan Israel juustru menguat. 

Ini dibuktikan dengan meningkatnya ekspor Indonesia ke Istrael sebanyak 11%, kemudian untuk impor Israel ke Indonesia meningkat 0,9%. 

Namun Indonesia tetap dengan tegas menolak hubungan resmi antar negara (diplomatik) dengan Israel, sebagaimana yang tertulis dalam Peraturan Menteri Luar Negeri (Permenlu) Bab X Nomor 3 Tahun 2019. 

"Sampai saat ini Indonesia tidak mempunyai hubungan diplomati dengan Israel, menentang penjajahan Israel atas wilayah dan bangsa Palestina karenanya Indonesia menolak segala bentuk hubungan resmi dengan Israel."

Bagaimana Kita Harus Bersikap?

Lalu kita sebagai warga Indonesia harus bagaimana? Apakah dengan membela Palestina artinya kita harus memboikot semua produk-produk yang terafiliasi dengan Israel?, atau tetap berdiri di 2 kaki seperti halnya pemerintah kita. 

Di satu sisi menentang dan memerangi Israel tapi di sisi lain menjalin kerja sama dagang dengan Israel, kalau melihat peristiwa Boikot ini mengakibatkan banyak brand di Indonesia yang terkena langsung dampaknya. 

Seperti restoran-restroran cepat saji milik Amerika McDonald dan KFC, sahamnya turun derastis akibat gerakan Boikot masyarakat Indonesia ini restoran-restoran mereka pun mendadak sepi. 

Sebelum ini menjadi perdebatan yang panjang seperti di media-media sosial, penting untuk merenungkan semua ini terlebih dahulu. 

Kalau berbicara soal sikap mayoritas dari kita orang Indonesia sudah jelas pasti mendukung Palestina dan menentang Israel, tapi kita juga harus pikirkan sebelum kita memboikot suatu brand atau ikut-ikutan gerakan Boikot di media sosial. 

Kita harus mencari tahu terlebih dahulu apakah brand yang mau diboikot ini, benar-benar terafiliasi dananya dengan tentara Israel yang sampai sekarang terus menyerang Gaza?. 

Apakah uang dari penjualan brand tersebut memang dialirkan untuk kepentingan Israel?, atau malah tidak ada hubungannya sama sekali?.  

Septian Deny Jurnalis Liputan 6 menjelaskan Pakar Ekonomi dari INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) Heri Firdaus, menilai gerakan Boikot yang tidak berlandaskan fakta dan menyasar brand-brand dari perusahaan multinasional, justru dapat merugikan ekonomi dalam negeri. 

Belum lagi tenaga kerja yang ada di perusahaan tersebut mayoritas adalah orang Indonesia, apabila Boikot terus dilakukan maka omset penjualan perusahaan akan menurun jika itu terjadi lama-lama akan berujung pada PHK massal. 

Heri juga menegaskan persepsi bahwa Boikot dapat memotong pendapatan perusahaan, sehingga mengurangi aliran dana ke Israel adalah kesalahan fatal. 

Karena dana perang yang digunakan Israel kebanyakan berasal dari pinjaman luar negeri pemerintah, seperti dari pemerintah Amerika dan Inggris yang meberikan dana kepada Israel untuk perang bukan dari perusahaan swasta.


Baik & Buruknya Boikot

Gerakan Boikot ini seperti 2 sisi koin yang ada positifnya dan ada negatifnya seperti yang dijelaskan oleh Pakar Ekonomi sebelumnya, apabila Boikot ini dilakukan secara sembaranagan tanpa data dan fakta yang akurat malah justru merugikan Indonesia sendiri. 

Tapi apabila tepat sasaran itu bisa efektif dalam menghambat aliran dana ke Israel, di media sosial juga banyak yang beropini bahwa Boikot ini memang bukan solusi. 

Tapi wujud menyatakan sikap tegas kita sebagai bangsa Indonesia yang setia membela Palestina dan memerangi Israel, kalau ada dari kalian yang juga berpikiran seperti itu tentu sah-sah saja. 

Artinya itu meruapakn sebuah bentuk kepedulian kalian dengan yang terjadi pada saudara-saudara kita di Palestina, kalau itu adalah cara kalian megekspresikan dukungan terhadap Palestina ya silahkan saja. 

Tapi yang harus kita pikirkan lagi adalah apkah Boikot ini berpengaruh, baik ke pihak Israel, Palestina, maupun ke negara kita sendiri?.  

Jurnalis SOLOPOS Galih Aprilia Wibowo menjelaskan Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan telah mengeluarkan fatwa, dimana mereka mengharamkan penggunaan produk-produk pro Israel atau merek yang berafiliaasi dengan negara tersebut. 

Larangan ini tertulis dalam Fatwa No. 83 Tahun 2023, tentang Hukum Dukungan terhadap Perjuangan Palestina. 

Pengamat Ekonomi dai Universitas Negeri Sebelas Maret Solo (UNS) Bhimo Rizky Samudro menyatakan "Aktivitas politik ini berdampak pada ekonomi produk yang direpresentasikan pro Israel, ketika produk tersebut diproduksi di Indonesia apakah masuk ke dalam produktivitas dalam negeri atau bukan?."

Menurut Bhimo gerakan Boikot ini sebenarnya meruapakan aktivitas politik yang dampaknya ke ekonomi, jadi bukan gerakan untuk menekan ekonomi Israel tapi bentuk pernyataan sikap politik bangsa Indonesia. 

Produk-produk pro Israel  di dalam Fatwa tersebut itu juga merupakan kalimat yang tidak jelas (rancu), tidak semua produk-produk dari perusahaan barat itu terafiliasi dengan Israel.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun