Mohon tunggu...
Zata Al Dzahabi
Zata Al Dzahabi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis, Content Creator, Podcaster

Introvert yang senang menulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kenapa Orang Indonesia Suka Nyinyir? Ini Penjelasannya

28 Juli 2023   19:52 Diperbarui: 28 Juli 2023   20:08 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: Suara.com (ilustrasi orang yang sedang nyinyirin hidup orang lain)

Menghadapi Nyinyiran Orang Lain

Seiring beranjak dewasa kita kerap kali dihadapkan dengan nyinyiran atau komentar negatif orang lain yang tidak jarang menjadi beban pikiran, contohnya pada saat lebaran atau acara kumpul keluarga besar pasti ada anggota keluarga yang bilang, 'kamu udah lulus lama kok belum kerja-kerja sih?.' 

Atau membandingkan pencapaian kita dengan pencapaian orang lain atau sepupu dengan kalimat, 'anak tante dulu seumur kamu udah kerja gaji 7 juta loh, kok kamu masih nganggur sih?,' ada juga seperti 'om dulu seumur kamu udah nikah loh, kok kamu masih belom punya pacar?' dan masih banyak lagi. 

Kemudian ada juga pertanyaan-pertanyaan seperti 'kapan nikah?,' 'kapan punya anak?,' 'kapan kerja?, dan lain-lain sehingga terkesan mendikte kehidupan seseorang berdasarkan usia tertentu maka harus punya pencapaian ini dan itu. 

Kalian yang membaca artikel ini pasti pernah mendapat pertanyaan-pertanyaan seperti itu, baik dari keluarga, saudara, atau teman kalian. 

Pertanyaan dan statement seperti yang disebutkan di atas muncul karena sebuah pola pikir yang keliru di masyarakat kita, mindset seperti ini terkesan mencampuri dan mendikte kehidupan orang lain. 

Pertanyaan 'kapan nikah?' adalah satu yang paling populer dianggap sebagai pertanyaan paling menyebalkan, biasanya ini ditanyakan oleh saudara, keluarga, atau teman yang sudah menikah duluan. 

Mengutip dari TribunNews.com Laelatus Syifa Psikolog dari Universitas Sebelas Maret menjelaskan, bahwa pertanyaan 'kapan nikah' itu bisa saja hanya basa-basi. 

Meski demikian pertanyaan tersebut bisa menimbulkan efek yang serius terhadap mental seseorang, efeknya bisa berbeda-beda dari masing-masing orang tergantung cara menanggapinya tapi umumnya pertanyaan itu memang membuat tidak tenang.


Kenapa Banyak Orang Suka Nyinyir?

Dari sini timbul pertanyaan kenapa banyak orang khususnya di Indonesia suka mencampuri kehidupan pribadi orang lain dengan nyinyiran-nyiyiran itu?, memangnya salah apabila seseorang memiliki kondisi hidup atau cara pandang yang berbeda dari orang lain?. 

Orang-orang tukang nyinyir dan senang mencampuri urusan hidup orang laini ini, biasannya punya pola pikir atau ekspektasi bahwa semua orang itu harus hidup sesuai dengan apa yang dia pikirkan. 

Ini yang dikenal dengan istilah pemikiran biner, yaitu cara pandang yang meyakini bahwa dunia ini adalah hitam dan putih sederhananya melihat segala sesuatu itu hanya sebagai 2 sisi. 

Contoh orang kalau tidak benar ya pasti salah, kalau tidak tinggi ya pendek, kalau tidak pintar ya bodoh, kalau tidak kaya ya miskin, kalau tidak A ya berarti B. 

Misalnya ketika melihat saudaranya atau temannya yang tidak lulus kuliah atau DO dia langsung menyimpulkan 'berarti kamu bodoh', atau melihat temannya yang sudah menikah tapi menunda untuk punya anak, dia langsung menyimpulkan 'bearti kamu tidak subur'. 

Jurnalis IDN Times Uswatun Niswi menjelaskan bahwa memang terkadang maksud dari orang-orang yang nyinyir itu, adalah karena peduli dengan kita atau hanya sekedar ingin tahu saja. 

Namun pada akhirnya pertanyaan-pertanyaan itu malah terkesan merendahkan orang yang ditanya, mereka yang ditanya merasa terhina dengan pertanyaan tersebut karena kalimatnya cenderung menekankan bahwa yang ditanya itu salah. 

Contohnya 'kok kamu umur segini belum nikah? Dulu akau seumur kamu udah punya anak 2', atau 'kamu udah lulus kuliah lama kok belum kerja,? Dulu aku seumur kamu udah kerja di perusahaan internasional.'

Dunia Itu Kompleks

Kenyataannya kehidupan di dunia ini jauh lebih kompleks dari hitam dan putih atau benar dan salah seperti yang diyakini orang-orang nyinyir itu, pola pikir seperti ini masih banyak diyakini di masyarakat Indonesia bahkan dijadikan pertimbangan dalam melakukan segala sesuatu. 

Jika melihat sejarah cara berpikir seperti ini sudah ada sejak berabad-abad lalu, salah satunya dalam peradaban Cina Kuno ada konsep bernama Yin dan Yang, ini biasa digunakan untuk menjelaskan 2 sisi energi yang saling berlawanan seperti black and white. 

Kemudian di Abad Pertengahan pola pikir biner ini terus berkembang, khususnya di masyarakat yang religius dengan konsep mereka tentang baik dan buruk, surga dan neraka, sampai pahala dan dosa. 

Meski pola pikir biner ini digunakan oleh manusia selama berabad-abad, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman banyak ilmuwan yang menganggap pola pikir ini tidak rasional. 

Karena hanya didasarkan pada asumsi yang seringkali tidak cocok dengan realitas yang terjadi, karena pola pikir biner ini sifatnya memberikan kesimpulan cepat. 

Artinya memberikan sebuah penentuan tentang benar dan salahnya sesuatu tanpa ada pertimbangan lain, jadi melakukan generalisasi terhadap segala sesuatu yang kompleks. 

Dono Sunardi Dosen Sastra Inggris Universitas Ma Chung dalam artikelnya di Terakota.id menjelaskan, bahwa pola pikir biner ini tidak sempurna atau tidak tepat karena hanya membandingkan 2 hal yang berlawanan.

Di satu sisi memang terkadang dibutuhkan sebagai rumus baku, misalnya untuk mengadili pelaku kejahatan atau seseorang yang melanggar peraturan tertentu. 

Tapi di sisi lain kehidupan masyarakat modern sekarang tidak bisa hanya sekedar dibanding-bandingkan, ada banyak hal dalam kehidupan yang harus dijelaskan dengan pola pikir yang lebih kritis.

Bahaya Punya Pola Pikir Biner

Cara berpikir biner ini seperti menganilisis data dan angka-angka yang sangat kompleks berdasarkan asumsi pribadi bukan rumus perhitungan yang sesuai, lalu kenapa masih banyak orang khususnya di Indonesia yang punya pola pikir biner?. 

Ada 2 hal yang menjadi penyebab masyarakat Indonesia banyak terbentuk dengan pola pikir bener, pertama adalah norma dan budaya, Indonesia memiliki masyarakat yang berbudaya dan sangat menjunjung tinggi norma atau nilai-nilai adat ketimuran. 

Nilai-nilai ini yang sangat kuat dalam mempengaruhi pola pikir masyarakat kita salah satunya terkait standar sosial, seperti perempuan itu harus di rumah menjaga anak, memasak, dan melayani suami. 

Sedangkan laki-laki itu adalah tulang punggung keluarga yang harus bekerja mencari uang, nilai-nlai seperti ini yang ditanamkan sejak kecil sehingga membentuk masyarakat kita memiliki pola pikir biner. 

Kembali lagi seperti yang dijelaskan sebelumnya cara berpikir biner ini dalam situasi tertentu memang penting, tapi ada banyak kondisi dimana kita harus berpikir lebih kritis tidak sekedar hitam dan putih. 

Kedua adalah sistem edukasi baik di rumah maupun di sekolah, pola pikir biner juga terbentuk dari pola didikan keluarga dan sekolah. 

Sir Ken Robinson Penulis Senior asal Inggris pernah mengatakan 'School kill creativity, we don't grow into creativity, we grow out of it, we are educating people out of their creative capacities.' 

Artinya sekolah membunuh kreativitas, kita tidak tumbuh menjadi kreatif tapi kita tumbuh dari kreativitas, kita mendidik orang untuk menghilangkan kapasitas kreatif mereka.

 

Dampak Pola Pikir Biner

Dari pernyataan Sir Ken Robinson di atas jelas bahwa pola pikir biner sangat membatasi kreativitas dan eksplorasi seseorang, dalam konteks pendidikan pola didik biner secara tidak langsung membunuh kreativitas dan pikiran-pikiran kritis seorang sisswa. 

Dalam kehidupan sehari-hari kebanyakan orang atau kadang orangtua kita sendiri, berpikir dan meyakini bahwa definisi kesuksesan adalah kerja di perusahaan besar, punya mobil dan rumah, sampai punya gaji 2 digit kalau belum mencapai 3 hal itu berarti belum sukses. 

Pemikiran seperti inilah yang menjadi jebakan bagi banyak orang, karena kita tahu sekarang ini harga rumah dan mobil semakin mahal. 

Orang-orang yang terpengaruh pola pikir seperti ini akan rela kredit rumah dan modil atau kendaraan bermotor lain meskipun kondisi finansialnya belum cukup, sehingga beban ekonomi yang ditanggung menjadi semakin berat. 

Mereka rela berhutang untuk mendapatkan sesuatu yang menurut masyarakat adalah simbol dari kesuksesan, pola pikir seperti ini yang menyulitkan kita dalam memahami persoalan-persoalan kompleks dalam hidup. 

Dosen Ilmu Pendidikan dari Teeside University Inggris, dalam situsnya  HelpfulProfessor.com menjelaskan bahwa efek dari pola pikir biner adalah membuat kita jatuh ke dalam kebingungan palsu. 

Karena kita menganggap dan meyakini bahwa hanya ada 2 cara untuk meraih sesuatu, tidak ada alternatif cara lain yang bisa dilakukan atau dijadikan pertimbangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun