Pada tahun 2020 angka ketergantungan pada handphone di Amerika melonjak, puluhan juta warga AS menghabiskan 5-8 jam waktu mereka dalam sehari untuk menatap layar handphone.Â
Ditambah lagi dengan fakta bahwa semakin lama seseorang bermain media sosial, semakin lama menatap layar handphone selama berjam-jam dalam sehari, semakin dia menjadi tidak peduli dengan orang-0rang di sekitarnya (anti sosial).Â
Berita palsu (Hoax) sekarang menjadi lebih mudah tersebar luas dengan media sosial dan berpotensi memecah belah masyarakat, serangan siber antar negara yang sedang berkonflik mulai dari peretasan sampai perusakan sistem informasi.Â
Contohnya seperti Youtube sebagai situs berbagi video terbesar di dunia, kini dipenuhi dengan video-video propaganda yang sulit diketahui apakah itu benar atau bohong.Â
Tiktok yang disebut-sebut sebagai aplikasi nya anak-anak muda dan remaja, dipenuhi dengan konten-konten yang kurang mendidik seperti joget-joget erotis yang memamerkan bagian tubuh secara vulgar. Â
Kepentingan Bisnis, Politik, dan Budaya Â
Kepentingan bisnis kapitalisme yang bertujuan mendapat keuntungan sebanyak-banyaknya juga telah masuk ke dalam sistem korporasi media sosial, usaha untuk membangun citra politik dan memperkenalkan budaya ke dalam satu bangsa juga dilakukan dengan media sosial.Â
Cara-cara dan tujuan-tujuan seperti itu yang sering tidak disadari oleh pengguna, contoh yang agak ekstrim adalah ISIS salah satu organisasi teroris timur tengah terbesar di dunia, memberikan doktrin-doktrin dan propaganda di internet untuk mendapat pengikut baru.Â
Kemudian gerakan supremasi kulit putih, yang berisi orang-orang penganut ideologi yang menganggap bahwa orang kulit putih lebih tinggi derajatnya dibandingkan orang kulit hitam, juga melakukan hal yang sama, di India pernah terjadi kerusuhan massa yang menewaskan belasan orang, disebabkan sebuah berita yang menyinggung kelompok etnis di sana tersebar di internet.Â
Juga jangan pernah lupakan tragedi 3 tahun lalu dimana sebuah wabah pandemi besar yang terjadi di semua negara, ada  begitu banyak isu-isu liar beredar terkait virus corona pada saat itu yang tidak jelas kebenarannya.Â
Kenyataan pahit yang harus kita terima saat ini adalah era ini bukan hanya era informasi, tapi juga era disinformasi dimana ada begitu banyak informasi hingga sulit membedakan, mana yang fakta dan mana yang rekayasa.Â