Dengan berbagai bentuk bahasa dan cara sebuah peristiwa disampaikan dalam berita oleh media, kita bisa melihat berbagai macam cara tersebut menunjukan ada beragam perspektif yang dimiliki setiap media dalam membangun narasi mereka.Â
Melalui analisis wacana kita tidak hanya dapat mengetahui bagaimana isi teks berita, namun juga bagaimana teks tersebut disampaikan kepada khalayak.Â
Analisis isi berita kuantitaf yang umum digunakan para pakar sampai sekarang, adalah konsep apa (what) isi dari pesan/teks tersebut dan bagaimana (how) pesan/teks tersebut disampaikan.Â
Dalam kaitanya dengan komunikasi massa Eriyanto menambahkan bahwa analisis wacana adalah sebuah alternatif, dari analisis isi teks media yang sudah banyak digunakan.Â
Perspektif media terhadap suatu peristiwa sangat tergantung dengan ideologi yang mereka miliki, Eriyanto dalam bukunya yang berjudul "Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media", menjelaskan bagaimana media massa memiliki cara dan tujuan masing-masing dalam membangun narasi publik.Â
Kekuasaan tidak hanya berjalan melalui rangkaian wacana yang dibangun oleh media, dalam mengartikan suatu persitiwa meski kenyataannya media memang dijadikan alat, untuk meraih kepentingan kekuasaan politik atau meruntuhkan kekuasaan lawan politik.Â
Selalu ada hubungan antara narasi atau wacana yang dibangun media dengan kekuasaan politik, misalnya media yang kritis terhadap pemerintahan tidak mungkin dimiliki oleh pejabat pemerintah.Â
Karena seperti yang dijelaskan sebelumnya media akan membangun narasi sesuai dengan ideologi mereka, tentu kepemilikan media sangat berpengaruh terhadap pembentukan ideologi.
Rianda Pringgadani, Wacana Lengsernya Muhamad Mursi dari Jabatan Presiden Mesir dalam Surat Kabar Republika dan Kompas, Jurnal Bahasa dan Sastra UPI, (2014, hlm 2-3)
Â
Perbedaan Perspektif Menimbulkan Konflik