Hasil dan Pembahasan
Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa aktivitas bermain balok dapat memberikan dampak positif yang signifikan terhadap perkembangan motorik halus anak usia 3-4 tahun. Permainan balok melibatkan manipulasi fisik yang membutuhkan koordinasi tangan dan mata, serta ketelitian dalam menyusun, mengatur, dan membongkar balok. Hal ini sejalan dengan aktivitas lain yang juga melibatkan manipulasi fisik, seperti meronce atau bermain puzzle, yang terbukti efektif dalam merangsang perkembangan motorik halus anak. Penelitian Tjaya et al, (2020), menunjukkan bahwa kegiatan meronce menggunakan bahan bekas mampu membantu anak mengembangkan keterampilan motorik halusnya. Aktivitas ini menuntut anak untuk mengoordinasikan gerakan tangan dan matanya secara terkontrol, serta melakukan manipulasi objek kecil dengan presisi. Manfaat ini memiliki kemiripan dengan permainan balok, di mana anak-anak dilatih untuk mengembangkan gerakan presisi yang penting bagi berbagai keterampilan hidup.
Dalam penelitian oleh Widiawati dan Natalya, (2021), menemukan bahwa terapi bermain puzzle juga berperan penting dalam meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Proses penyusunan bagian-bagian kecil pada puzzle melibatkan ketelitian, konsentrasi, dan koordinasi antara tangan dan mata. Aktivitas ini membutuhkan perhatian terhadap detail, mirip dengan permainan balok yang menuntut anak untuk menyusun balok menjadi struktur tertentu. Baik puzzle maupun balok, kedua aktivitas ini memberikan kesempatan bagi anak untuk mengembangkan keterampilan motorik halus sambil belajar mengatasi tantangan dengan cara yang kreatif dan terarah. Hasil penelitian ini semakin memperkuat pentingnya memberikan stimulasi yang tepat melalui aktivitas permainan edukatif bagi anak usia dini.
Penelitian Panzilion et al, (2021), menyoroti peran orang tua dalam memberikan stimulasi yang mendukung perkembangan motorik halus anak. Mereka menekankan bahwa kurangnya pemahaman orang tua mengenai pentingnya stimulasi dapat menghambat potensi perkembangan anak, terutama pada masa-masa kritis di usia dini. Dalam hal ini, permainan balok dapat menjadi salah satu alternatif stimulasi yang efektif dan mudah dilakukan di rumah. Selain melatih keterampilan motorik halus, aktivitas ini juga menciptakan suasana yang menyenangkan, sehingga anak lebih termotivasi untuk terlibat. Orang tua dapat mendampingi anak dalam bermain balok untuk memastikan manfaat optimal dari aktivitas tersebut, sekaligus memperkuat hubungan emosional antara anak dan orang tua.
Prihatini, (2023), mengkaji pengaruh aktivitas menggunting dan menempel kertas terhadap anak dengan disabilitas grafis, dan hasilnya menunjukkan bahwa aktivitas yang melibatkan manipulasi fisik, seperti menggunting, memberikan manfaat signifikan bagi pengembangan motorik halus anak. Aktivitas ini melatih presisi, kontrol, dan koordinasi gerakan tangan, yang serupa dengan keterampilan yang diasah melalui permainan balok. Dengan demikian, bermain balok dapat menjadi solusi alternatif bagi berbagai kelompok anak, termasuk anak-anak dengan kebutuhan khusus, untuk melatih keterampilan motorik halus mereka secara menyenangkan dan terstruktur.
Menurut Badriyah dan Fidesrinur, (2023), dalam penelitiannya membahas strategi stimulasi motorik halus pada anak usia dini melalui kegiatan practical life. Mereka menemukan bahwa kegiatan yang melibatkan manipulasi benda kecil, seperti bermain balok, sangat efektif dalam meningkatkan keterampilan motorik halus. Aktivitas ini tidak hanya melatih ketangkasan tangan dan koordinasi, tetapi juga membantu anak mengembangkan kemandirian dalam melakukan tugas-tugas sederhana. Dengan menyusun balok, anak belajar mengendalikan gerakan tangannya dengan lebih terarah, sehingga mempersiapkan mereka untuk keterampilan yang lebih kompleks di masa depan.
Penelitian Wulandari et al, (2020), mengenai penerapan bermain konstruksi dengan magic sand memberikan bukti tambahan bahwa aktivitas konstruktif dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Dalam penelitian ini, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan yang menuntut mereka untuk menyusun dan membongkar objek kecil, melibatkan koordinasi tangan dan mata yang intensif. Bermain balok memiliki kesamaan dengan aktivitas ini, karena anak-anak juga harus berhati-hati dan teliti dalam menyusun balok untuk menciptakan struktur tertentu. Aktivitas ini memberikan peluang bagi anak untuk melatih keterampilan manipulatif yang diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan mereka.
Penelitian Yeny et al, (2023), juga menunjukkan bahwa aktivitas merangkai buket bunga dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak. Merangkai bunga memerlukan keterampilan manipulatif yang serupa dengan bermain balok, termasuk ketelitian, konsentrasi, dan koordinasi tangan-mata. Kegiatan seperti ini menunjukkan bahwa aktivitas yang melibatkan manipulasi objek kecil memiliki manfaat luas untuk perkembangan anak, baik dalam konteks bermain maupun tugas praktis sehari-hari. Dengan variasi aktivitas yang ditawarkan, anak-anak memiliki peluang untuk terus mengasah keterampilan motorik halus mereka dalam berbagai situasi.
Risman et al, (2023), dalam penelitiannya menyoroti pentingnya memberikan stimulasi yang tepat untuk mendukung perkembangan motorik halus anak usia dini, mengingat masa ini merupakan periode emas dalam tumbuh kembang anak. Ia menemukan bahwa aktivitas bermain, termasuk bermain balok, mampu memberikan stimulasi yang signifikan tidak hanya untuk perkembangan fisik, tetapi juga mental anak. Bermain balok melatih keterampilan motorik halus melalui aktivitas manipulatif yang melibatkan koordinasi tangan dan mata, sekaligus mendukung pengembangan kreativitas anak melalui eksplorasi bentuk dan konstruksi. Selain itu, permainan ini juga membantu anak belajar memecahkan masalah secara mandiri, memperkuat kemampuan berpikir logis, dan meningkatkan keterampilan sosial melalui interaksi dengan teman sebaya. Dengan menyediakan lingkungan yang mendukung aktivitas seperti bermain balok, orang tua dan pendidik dapat secara aktif membantu anak mengembangkan berbagai aspek keterampilan, yang pada akhirnya membuat mereka lebih mandiri, percaya diri, dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Penelitian Fariz Nurul Aulia et al, (2023), menunjukkan bahwa media bermain seperti plastisin dan LEGO memberikan manfaat yang signifikan dalam mengembangkan keterampilan motorik halus anak usia dini. Aktivitas ini melibatkan manipulasi fisik yang intensif, seperti membentuk plastisin menjadi berbagai bentuk atau menyusun LEGO menjadi struktur yang kompleks, yang secara langsung melatih koordinasi tangan dan mata serta keterampilan presisi. Prinsip yang sama diterapkan dalam permainan balok, di mana anak-anak diminta untuk menyusun, mengatur, dan membongkar balok dengan hati-hati. Aktivitas bermain balok tidak hanya melatih keterampilan manipulatif secara fisik, tetapi juga memberikan anak peluang untuk mengembangkan kreativitas mereka melalui permainan konstruktif yang memacu imajinasi. Selain itu, permainan ini juga mendukung kemampuan pemecahan masalah, karena anak seringkali harus berpikir logis untuk menciptakan struktur yang stabil dan sesuai dengan ide mereka. Hal ini menjadikan permainan balok sebagai salah satu media edukatif yang efektif dalam mendukung perkembangan motorik halus sekaligus kemampuan kognitif anak.
Setyaningsih dan Wahyuni, (2021), menegaskan bahwa alat permainan edukatif seperti LEGO dapat meningkatkan motorik halus anak usia prasekolah. Permainan balok, yang memiliki manfaat serupa, melibatkan anak dalam aktivitas yang merangsang kreativitas, keterampilan berpikir kritis, ketelitian, dan kemampuan memecahkan masalah. Aktivitas ini tidak hanya melatih koordinasi tangan dan mata, tetapi juga mendorong anak untuk berpikir logis dan sistematis saat menyusun atau membangun struktur. Dengan memberikan alat permainan edukatif seperti balok, pendidik dan orang tua tidak hanya membantu mengembangkan motorik halus anak, tetapi juga mendukung perkembangan kognitif dan emosionalnya secara holistik, menjadikan permainan ini sebagai salah satu media yang efektif dalam pendidikan anak usia dini.