Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Puti Ladang (Cerita Rakyat Siulak Kerinci)

23 Mei 2023   00:13 Diperbarui: 23 Mei 2023   00:15 1163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Disebuah pinggiran hutan jalan keladang, dekat Sungai Batang Merao Kerinci, hiduplah seorang petani bernama Sutan Tambiring asal dari Indrapuro-Minang Kabau, sedangkan isterinya bernama Puti Cempako penduduk asli negeri Siulak. Mereka hidup dengan bertani dan bercocok tanam, mereka mempunyai seorang puteri yang berumur sepuluh tahun dengan nama Puti Ayie Rao.

Disamping bekerja sebagai petani, Sutan Tambiring bekerja sebagai tukang jala ikan disungai Batang Merao. Waktu itu sungai batang merao masih berukuran besar dan banyak lubuk yang memiliki ikan-ikan berlimpah.

Sedangkan ibunya Puti Cempako jika hari libur, ia mencari paku dan sayur-sayuran liar disekitar rumahnya disepanjang sungai batang merao untuk dibawa kepasar rakyat, dijual dan ditukarkan dengan lauk-pauk lainnya, seperti ikan asin, tempe, ataupun garam dan gula pasir.

Sehari-hari Puti Lading memintal benang dari kapas, ditenun dan dijadikan kain. Ia sangat suka membuat berbagai macam kain untuk dijual dan dipakai sendiri.

Pada suatu hari, Sutan Tambiring menjala ikan dilubuk dekat rumahnya. Tiba-tiba jalanya tersangkut oleh sesuatu dan bergerak-gerak dengan hebat. "Aha.. kena juga kau ikan besar..!" serunya dengan semangat. Dan dilihatnya tampak seperti ekor tilan (Ikan panjang air tawar yang bewarna batik, dan dihujung hidungnya seperti tanda salib).

"Hmmm... ini pasti tilan yang cukup besar.. akan kupotong, daripada jalaku putus..!" pikir Sutan Tambiring seraya mencabut goloknya, dan "Hiaaa ....seppp...tak...tak..!" terdengar bunyi air gemericik kehilir dan suara "huuuuummmm...!" lalu Sutan Tambiring mengambil ekor tilan yang dibacoknya dan dibawa pulng dengan girang.

Ekor tilan tersebut cukup panjang dan besar, "pasti Puti Ladinganakku tersayang akan senang..!" tersenyum Sutan Tambiring seorang diri melangkah pulang.

"Puti sayang..!!!" teriak Sutan memanggil anak kesayangannya.

"Ya, ayah..! ada apa ayah teriak?" tanya puti Ladingmenghampiri ayahnya.

"Ini nak, coba kau lihat ayah bawa apa..?"

"Wah... besar sekali yah? Mana kepalanya yah..?" tanya Puti Ladingheran melihat ekor ikan yang dibawa ayahnya.

"Ini ekor tilan besar nak, ikannya lepas hampir mengoyak jala Ayah, mana ibumu Ti..?" Sutan Tambiring mencari-cari isterinya.

"Oh, ibu kebelakang yah lagi nyuci beras untuk masak nasi.. sini yah, biar puti yang ngurus ikannya..!" jawab Puti seraya mengambil panci untuk tempat ekor ikan tersebut.

"Apa yang didapat ayahmu Ti..?" tanya ibunya ketika Puti sampai dibelakang rumah ditempat ibunya membasuh beras.

"Ini Bu, ekor tilan... kata ayah tilannya besar sekali..!" ujar puti.

Dengan lahapnya mereka memakan ekor ikan tilan sore itu, rasanya enak dan gurih, maklum ibunya Puti Cempako rajanya memasak. Tiba-tiba datang Mak Onah kerumah mereka.

"Assalamu'alaikum..!" ujarnya seraya menjenguk dipintu rumah.

"Wa'alaikummussalam, oh Mak Onah, ayo masuk Mak Onah... kita makan sama-sama..!" jawab Ibunya Puti Ayie Rao.

"Oh, lagi makan rupanya. Apa sambalmu Puti..?" tanya Mak Onah.

"Ekor Tilan Mak Onah..!" jawab Puti. Tiba-tiba terdengar suara dari dalam lubuk.

"Bukan Ekor Tilan... tapi ekor aku... ekor aku...! Hoohoh..!" BUMMM..." mereka kaget mendengar suara tersebut yang samar-samar.

"Suara apa itu..?" tanya Puti menghentikan suapannya.

"Ah, bukan suara apa-apa ayo lanjutkan makan, ayo Mak Onah..!" ajak Pak Puti seraya menyodorkan piring.

"Maaf Mak Puti, saya sudah makan tadi, ini saya mau membeli Sayur Paku, ada..?" tanya Mak Onah.

"Oh, ada Mak, mau berapa..?" tanya Mak Puti.

"Sekitar lima sen..!"

"Sbntar saya ambil ya Mak..!" sahut Mak Puti berlalu.

Setelah Mak Onah berlalu, datang pula Pak Rasyid. "Makan apa Puti..?" tanya Pak Rasyid.

"Ini Paman, lauknya Ekor Tilan..ayo makan Pak Rasyid..!" ajak Puti. Tiba-tiba terdengar suara dari dalam lubuk.

"Bukan Ekor Tilan... tapi ekor aku... ekor aku...! Hoohoh..!" BUMMM..." mereka kaget sekali lagi mendengar suara tersebut yang samar-samar.

"Hhah..? suara apa itu..?" tanya Pak Rasyid bingung.

"Biar aku yang lihat ya Bu..!" ujar Puti Ladingseraya berlalu menuju sugai.

"Jangan Puti..!! " teriak Ibu dan Bapaknya, mereka mengejar kesungai, rupanya Puti Ladingsudah digonggong Ular Raksasa yang menghuni lubuk, tapi ular tersebut buntung.

"Hu..hu..hu... anakku sayang Oh... Nek... Ular Raksasa, jangan dibunuh anakku... kembalikan dia..!" teriak Ibunya seraya menangis, sementara Pak Rasyid pergi kedusun untuk mencari bantuan.

Puti Ladingdibawa kesarang ular raksasa disebuah gua jauh dihilir Sungai Batang Merao. Disana ia diletakkan ditengah seekor anaknya, sedangkan matanya tajam melihat Puti yang ketakutan.

"Ampun Ninek Sawo Gedang [1] jangan kau makan daku... daku takut Nek... tolong antarkan aku pulang..! hik...hik..." tngis Puti Ladingketakutan.

 

"Hohoh.. aku akan memakanmu anak manusia, karena ayahmu telah memotong ekorku...! lihat...!!!!" teriak Ular Raksasa seraya memperlihatkan ekornya yang buntung. Puti Ladingterkejut, jadi yang dimakannya tadi bukan ekor Tilan, tapi ekor aku.... ngerti..???"teriak ular raksasa marah dan siap-siap mau memakan Puti.

 

"Ampun Nek... sumpah aku tidak tahu itu ekor Ninek, jangan bunuh aku Nek, biarkan aku membawa anakmu bermain, kami akan jadi teman..!" Kata Puti Ladingketakutan. Sementara itu, terdengar anak Ular Raksasa menangis dengan bunyinya, kemudian Puti Ladingmemangkunya dan dibawa bernyanyi :

 

Tidu-tidulah anak timun bulan,

 

Laun cekung laun asam limau...

 

Ciluk... Bbaaa...!

 

"Hue..hue..hue..!" anak ular tertawa seraya mencium Puti. Sang Induk Ular kegirangan "Hoooo Hoh... baiklah, sebagai hukumannya, kamu harus mengasuh anakku selama-lamanya..!" lalu Ular Raksasa pergi keluar gua mencari mangsa.

 

 

Dirumah Sutan Tambiring suasana haru mencekam, orang-orang berdatangan dan membunyikan kentongan untuk memanggil Ular raksasa.

 

"Hmmm... mana ada ular sebesar Batang Kelapa yang kalian bilang itu..! kalo ada akan ku ambil kulitnya untuk dijual kepada Raja hahaha..!" kata seorang preman kampung seraya berkacak pinggang ditepian Batang Sungai Batang Merao.

 

"Kamu jangan sok jagoan Udin, kalau Ularnya muncul kau akan dimakannya, awas minggir dari tepian sungai ..!" teriak Pak Rodad sang Kepala Kampung.

 

"Walah... kalian mau dikibulin sama Sutan Tambiring, kalo ada Ular raksasa keluar kau..!"teriak Udin seraya berkacak pinggang, sementara ia menoleh kepada orang-orang rame seraya menghisap rokoknya.

 

"Alah, Udin.... jaanlah waang tagak-tagak tapi sungai tu, beko kalua Ula Gadang, waang diisok cando ang maisok rokok, pailah kasiko..!" teriak Uak Ayek situkang tembakau.

 

"Apo tu, Pak Ayek, bawa-bawa bahasa minang, mana tu Ular..??? pembohong kalian semua..!!" teriak Udin menatap para penduduk yang masih membunyikan kentongan.

 

Sang ular yang mendengar suara kentongan mendekat, dan ia menampakkan wujudnya tepat dibelakang si Udin. Orang-orang tergagap, dan menunjuk, mulut mereka terkunci sambil berinsut-insut menjauh.

 

"Hei... apa yang kalian takutkan hah...? pengecut kalian semua..!" Ujar si Udin seraya membalikkan badannya ingin membuang puntung rokok kesungai, dan...

 

"Hahhh..????? U..u...u...u... lar... sa..sa..woooooo...!" Si Udin berlari terbirit-birit, dan kencingnya menetes dicelana, ia terjerambab, sementara Sang Ular mendekatinya.

 

"Sssssssss...  Ssssssss... " Sang Ular membuka mulutnya dan siap-siap menggigit si Udin. SiUdin udah menangis "Amak...amak...ambik aku...!!... Udin menangis sejadi-jadinya, sementara mulut ular makin dekat dan tiba-tiba si Udin Kentut dan berak dicelana "Puuuuuuttt..... Per..peeeeerrretttt...!" Si Ular mendongakkan kepalanya, karena bau yang keluar cukup busuk rupanya. Ular Raksasapun berlalu meninggalkan Udin.

 

Orang-orang kembali berkumpul menjenguk si Udin, ia masih menangis, sementara celananya sudah bau.

 

"Walah... preman kok nangis, piye toh..?" ujar Mas Karno sipenjual gula tebu. Si Udin mengusap matanya malu.

 

"Ha..ha..ha... Udin...! kok ada induk kunyit dicelanamu..?" teriak Mat Dulai terbahak-bahak, orang-orang semuanya ketawa "Ha..ha..ha..ha..."Udin Berak dicelana..! Preman nangis dan berak dicelana hueeekkk...!" teriak penduduk, sementara si Udin pulang karena malu.

 

 

Seminggu sudah Puti Lading hilang disungai Batang Merao, ia tetap tinggal digua sang ular seraya menemani anak Ular, sedangkan untuk makannya si Ular selalu membawa buah-buahan untuknya.

 

Nak tandu o nak tiduk...

 

Anak sapo maling gulo

 

Anak sawo alem lubuk

 

Nyo jaek suman ngan beruk...

 

Anak kambek ningkek-ningkek

 

Anak kebau nambung-nambung

 

Sapo ngato aku jaek

 

Itu tando gedang hidung...

 

Putie Ladingterus mengasuh anak Sawo Gedang dengan bernyanyi dan menari-nari. Si Ibu Ular begitu senang, dan ketika ia beranjak tidur diruangan lain, Putipun sembunyi-sembunyi mencari jalan keluar seraya membawa anak Ular.

 

Setelah ditemukan jalan keluar, anak ular dilepas untuk kembali kesarangnya, dan Si Puti berlari menyusuri hutan, beruntung ia bertemu dengan dua orang kurcaci bersama Ayam Garugo Putih yang Sakti.

 

"Ai Nek Ayam Garugo Putih... tolong antar aku pulang kerumahku..!" pinta Puti ke Ayam Garugo.

 

"Baiklah Puti, mari kesini naik kepunggungku..!" setelah Puti naik kepunggung Ayam Garugo, ayam itupun terbang menuju kemudik kerumah Puti Cempako.

 

Dirumah Sutan Tambiring, orang-orang sedang mengadakan Tujuh Hari Puti Ladingyang disangka telah dimakan Ular Raksasa. Tiba-tiba si Udin berteriak "Hoii... lari... Burung Gedang terbang menuju kesini..!" orang-orang bersembunyi mengintip, rupanya Puti Ladingturun dari punggung Ayam Garugo Putih. "Terima kasih Nek Ayam garugo, aku tak akan melupakan kebaikanmu..!" ujar Puti Lading seraya megusap patuk Ayam garugo.

 

"Hati-hati PutiLading, ajaklah orang tuamu untuk pindah dari dusun ini, karena Sawo Gedang akan membunuh kalian semua..!" Sahut Ayam garugo seraya terbang kembali ketempatnya.

 

"Puti anakku..!!!! teriak Ibunya seraya memeluk anaknya.

 

Orang-orang mengajak Puti Cempako dan suaminya agar tinggal didusun dan tidak menghuni rumah itu lagi. Dan malam harinya, semua orang tertawa mendengar cerita Puti Lading yang menyanyi untuk anak sawo Gedang.

 

Dan setelah berfikir lama, Sutan Tambiring dan keluarganya pulang kembali ke Indropuro untuk bertani disana.

Kerinci, Awal April 2010  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun