Mohon tunggu...
zarazalfanaura
zarazalfanaura Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

berpetualang

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

pacu jalur tradisional

28 Desember 2024   23:02 Diperbarui: 28 Desember 2024   23:02 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto : https://vt.tiktok.com/ZS6hWqkur/

Pacu jalur merupakan perpaduan antara unsur olahraga, seni, dan olah batin. Masyarakat setempat percaya bahwa kemenangan pacu jalur ditentukan oleh olah batin dari pawang perahu atau dukun perahu.

Pada masa perkembangannya, perahu transportasi berbentuk memanjang ini sengaja dihias dengan unsur daerah setempat. Biasanya melukiskan kepala ular, buaya, dan harimau. Baik dibagian lambung maupun selembayungnya, ditambah lagi dengan pelengkap payung, tali temali, selendang, tiang tengah (gulang gulang) serta lambai lambai (tempat juru mudi berdiri)

Perubahan tersebut sekaligus menandai perkembangan fungsi jalur menjadi tidak sekedar alat angkut, namun juga menunjukkan identitas sosial. Sebab, hamya penguasa wilayah, bangsawan, dan datuk datuk saja yang mengendarai jalur berhias itu. Baru pada 100 tahun kemudian, warga melihat sisi lain yang membuat keberadaan jalur itu menjadi semakin menarik, yakni dengan digelarnya acara lomba adu kecepatan antar jalur yang hingga saat ini dikenal nama Pacu jalurr

Faktanya, tradisi turun-temurun ini memiliki makna dan filosofi yang sangat mendalam. Baik itu dari segi pembuatan perahu, hingga makna di setiap gerakan sang penari saat Pacu Jalur. Ditambah lagi, pembuatan jalur tidak dilakukan sembarangan. Sebelum mengambil kayu besar, seluruh masyarakat harus melakukan ritual terlebih dahulu. Tujuannya untuk menghormati dan meminta izin kepada hutan belantara saat mengambil kayu yang besar.

Festival pacu jalur memiliki fungsi kultural, edukasi, ideologis, solidaritas sosial dan kekeluargaan. Nilai nilai inilah yang harus dijaga dan dibangun secara kokoh dengan menanamkan kearufan lokal sejak dini kepada generasi muda sebagai bagian wirasan budaya.

Pemerintah telah menetapkan dan mengakui pacu jalur sebagai bagian integral dari Warisan Budaya Takbenda asli Indonesia. Selain itu, juga telah menjadikan pacu jalur menjadi agenda KEN Kemenparekraf.

sumber foto : https://vt.tiktok.com/ZS6hWqkur/
sumber foto : https://vt.tiktok.com/ZS6hWqkur/

Satu jalur bisa menampung 50-60 orang (anak pacu), puluhan orang yang disebut anak pacu berada didalam perahu dan setiap orang di perahu memiliki tugas masing-masing. Baik itu Tukang Concang (komandan atau pemberi aba-aba), Tukang Pinggang (juru mudi), dan Tukang Onjai (pemberi irama dengan cara menggoyang-goyangkan badan), dan terakhir adalah Tukang Tari atau Anak Coki yang berada di posisi paling depan.

Menariknya, posisi Tukang Tari hampir selalu diisi oleh anak-anak. Alasannya karena anak-anak memiliki berat badan yang tergolong ringan. Dengan begitu, perahu tetap bisa melaju dengan lincah. Uniknya, gerakan yang dilakukan Anak Coki memiliki makna tersendiri. Anak Coki menari di depan jalur kalau perahu yang dikendarainya unggul. Kalau sudah sampai garis finish, Anak Coki akan langsung sujud syukur di ujung perahu. Tidak lupa dengan keramaian dan viralitas yang terjadi pada tahun lalu, Pacu Jalur memiliki tukang tari, sosok yang bisa dikatakan sebagai ikon pada masing-masing jalur. Tukang tari biasanya adalah sosok anak kecil yang memiliki keseimbangan tubuh yang bagus, karena pada saat jalurnya menang biasanya tukang tari akan berdiri di haluan jalurnya sambil melakukan selebrasi.

Pacu Jalur bukanlah kompetisi semata, tapi juga merupakan salah satu langkah dalam memajukan ekonomi. Dengan tema "Pariwisata Maju, Ekonomi Meningkat, Masyarakat Sejahtera," Pacu Jalur juga turut dimeriahkan oleh pawai budaya, prosesi begulang dan peragu begandung, festival budaya, pentas seni, festival musik dan kesenian tradisional, serta bazar dan pameran UMKM.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun