Tanpa motivasi tersebut, maka politik tak ubahnya lapangan kerja untuk memperkaya diri (kadang juga balas dendam karena sebelumnya hidup penuh dengan air mata) alih-alih lapangan pengabdian kepada masyarakat luas. Konsekuensinya adalah politik menjadi kotor justru karena ruang politik disesaki dan dijejali oleh para caleg amatir minim pemahaman dasar tentang politik.
Ya, jangan heran jika kita berhadapan dengan segelintir atau mungkin kebanyakan anggota legislatif (dan eksekutif) yang gagap mengucapkan kepentingan masyarakat yang diwakilinya.
Itu disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan dan pada gilirannya Dia sendiri tidak mampu memberikan edukasi politik kepada masyarakat. Ini menyebabkan "salah pilih" wakil rakyat. Makin miris!
Ke depan, siapapun calegnya, mesti datang untuk memberikan edukasi politik dan siap dikuliti oleh masyarakat.
Teman saya pernah menceritakan pengalaman orang yang Dia kenal dekat. Ketika temannya itu maju dalam pileg, modalnya hanya "minum mabuk" dengan konstituen tempat dia berkunjung sambil cerita omong kosong. Hasilnya, dia tidak lolos.
Ke depan kita butuh politisi yang berani jujur, tidak omong kosong dengan janji - janji dan harapan palsu, serta bertanggung jawab memberikan edukasi politik yang benar kepada masyarakat tentang politik. Kata-kata omong kosong itu ternyata bisa memabukan para pendengarnya, lho.
Terakhir, ketika sudah terpilih, "berilah kepada kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah" (Mrk. 12:17). Pemenuhan hak rakyat adalah kewajiban penguasa! Berilah kepada rakyat apa yang menjadi hak rakyat, jangan PHP masyarakat. Â
Para caleg, jadilah politisi yang noblesse oblige!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H