Mohon tunggu...
Arianto Zany Namang
Arianto Zany Namang Mohon Tunggu... Penulis - penulis

menulis untuk mengisi hati

Selanjutnya

Tutup

Sosok

Pengurus Kuda yang Baik

13 Juli 2023   17:24 Diperbarui: 13 Juli 2023   17:40 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: media sosial Prabowo Subianto

Prabowo disakiti sudah biasa, dihina juga sudah biasa, tetapi bukan Prabowo namanya kalau sekali dihina langsung tumbang. Dipuji tidak terbang, dikritik tidak tumbang. Sebagai seorang prajurit Ia terlatih untuk tak pantang menyerah dalam menjalankan tugas. 

Kalau istilah Prabowo "sudah teken mati" sejak menjadi taruna, jadi urusan diolok-olok itu bukan hal besar yang membuatnya baper.

Politikus PDI Perjuangan Adian Napitupulu barangkali adalah seorang politisi (bekas aktivis 98) yang paling getol dan sengit mengolok-olok Prabowo dalam kancah pertarungan pilpres.

Salah satu contoh yang paling diingat, menjelang pilpres 2014, ketika Najwa Shihab meminta Adian untuk menyampaikan kesan positif terhadap Prabowo, Adian dengan nyeleneh menjawab "Prabowo adalah seorang pengurus kuda yang baik."

Ia ucapkan itu sebagai satir bahwa hampir tidak ada hal positif terkait Prabowo selain seorang pengurus kuda yang baik. Sungguh terlalu!

Jelang pilpres 2024, Adian kembali melontarkan olok-olokan yang tak kalah nyelekit kepada Prabowo dengan mengatakan mantan Komandan Jenderal Kopassus itu belum punya pengalaman menang, pengalamannya kalah terus.

"Sebenarnya nggak menyenangkan buat kita bertanding dengan orang yang berkali-kali kalah. Kayaknya gimana gitu, nggak asyik gitu, lho."

Namun, yang tidak kalah membuat takjub dan takzim adalah jawaban Prabowo yang menunjukkan kelasnya sebagai seorang ksatria yang tegak lurus kepada visi politiknya untuk menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat Indonesia.

Hinaan dan olok-olokan yang dialamatkan kepada Prabowo dianggapnya sebagai angin lalu yang hanya meninggalkan sedikit debu dan sama sekali tidak menyebabkan ia tumbang.

Sama sekali tidak membuatnya hilang arah untuk fokus mengurus negara sesuai dengan tupoksi yang dipercayakan oleh Presiden Jokowi kepadanya di dalam pemerintahan.

"Saya selalu mengatakan kepada kalian, di berbagai tempat, lawan politik kita jangan jadi musuh kita. Kalau kita diejek, enggak apa-apa, kalau dalam persaingan mengeritik biasa, jangan kita masukin hati dan juga jangan kita menyakiti orang lain."

Jawaban ini adalah sebuah pernyataan sikap yang menunjukkan kedewasaan politik seorang Prabowo Subianto. Olok-olok itu, bagi Prabowo, sama sekali tidak akan bisa menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat. Tidak ada gagasan dan visi di dalam bullying seperti itu.

Bukan saja Ia tidak memperhitungkan Adian dan para pengeritiknya, Prabowo justru memberi pesan bahwa yang paling penting dalam kontestasi politik adalah peran setiap kita untuk menciptakan kesejukan yang membawa persatuan.

Mengapa penting menciptakan kesejukan dan persatuan? Karena dalam suasana yang tenang, rakyat bisa dengan jernih menelaah setiap program dan gagasan yang diucapkan oleh para capres yang hendak bertarung. 

Rakyat tidak akan bisa fokus pada program dan gagasan kalau politisi terlalu sibuk melontarkan bullying seperti yang gemar diucapkan Adian, menciptakan sensasi yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan kemaslahatan orang banyak.

Seyogianya politik, perbedaan pilihan dan pandangan politik di dalam alam demokrasi, tidak menciptakan multipolarisasi yang berpotensi memunculkan segregasi di dalam masyarakat.

Sikap Prabowo di atas, secara kias, memperlihatkan bahwa Ia memang seorang pengurus kuda yang baik.

Olok-olokan yang berasal dari si penghina dapat dibaca sebagai "kuda liar" yang jika disalah-urusi akan semakin liar dan bisa mencelakakan si pengurus. Butuh strategi khusus untuk menjinakkan"kuda liar" tersebut.

Di tangan "si pengurus kuda yang baik" kuda liar itu dapat dijinakkan dan akhirnya menjadi peliharaan yang sangat menyenangkan dan lucu. Itu bisa kita lihat juga dari cara Prabowo "mengurus" insinuasi dalam monolog Butet Kertaredjasa: "beliau lucu orangnya."

Respon yang sangat sederhana, spontan, tetapi tepat bagi Butet. Tentu saja untuk bisa mengatakan "beliau lucu orangnya" membutuhkan kesabaran dan ketekunan, ya, mirip seperti mengurus kuda.

Memelihara kuda, selain merupakan hobi yang mahal dari segi finansial, membutuhkan keuletan dan ketekunan yang luar biasa.

Dengan ketekunan dan keuletan yang tahan banting Prabowo semakin terlatih menjinakkan, tidak hanya kuda, tetapi juga segala yang liar, termasuk lawan politik yang gemar melakukan pembunuhan karakter (character assassination) dengan elegan dan berkelas.

Dari yang awal getol mengeritik, lama-kelamaan berubah menjadi teman seiring sejalan yang loyal, bahkan cenderung menjadi pendukung yang loyal dan fanatik. 

Kepiawaian Prabowo dalam mengurus Negara sesuai dengan visi Presiden Jokowi, dan olok-olokan kelas rendah, membuat politisi senior PDI Perjuangan Effendi Simbolon tidak tahan untuk mengungkapkan rasa kagumnya kepada Menteri Pertahanan.

"Saya pernah menyampaikan, saya melihat seyogianya yang bertarung sekarang itu ada Prabowo-Prabowo yang setara. Jadi, kelasnya itu sama. Kalau ada 3, ada 4 ya sekelas Prabowo sehingga kita memang mampu berkompetisi di dunia internasional, yang mampu merajut keharmonian dari Aceh hingga Papua," kata Effendi.

Pernyataan ini berarti dua hal: pertama, Prabowo punya kapasitas dan kualitas unggul sebagai suksesor Presiden Jokowi yang bakal membuat Indonesia dihormati oleh dunia internasional karena kewibawaan seorang pemimpin.

Barangkali Effendi rindu pada sosok Bung Karno yang pernah membuat nama Indonesia menggaung di antara bangsa-bangsa.

Kedua, Prabowo sebagai pemimpin yang bisa menjadi jembatan bagi setiap golongan yang ada di dalam negeri sehingga ke depannya kita tidak khawatir akan potensi disintegrasi bangsa.

Kualitas Prabowo sebagai pemimpin bangsa yang mutunya bertaraf internasional itu membuat Effendi Simbolon menjadikan Prabowo sebagai patok bagi capres yang lain. Dengan lain perkataan, kalau mau maju dalam perhelatan pilpres, ya minimal ada isi otaknya (diisi dengan membaca buku ya)!

Bakat Prabowo sebagai seorang pengurus kuda yang baik itu terlihat semakin mantap karena ia "berguru kepada Jokowi" yang dulu merupakan rivalnya yang paling sengit. 

Rival tak harus berarti musuh! Rival itu teman adu gagasan sekaligus guru yang baik yang membongkar seluruh bangunan gagasan lawan tandingnya itu.

Di tangan Jokowi, bakat Prabowo sebagai pengurus kuda dipoles sedemikian rupa sehingga tidak saja kuda liar yang menjadi jinak di tangannya, tetapi sekaligus membuat Prabowo "tampil beda" dalam penampilan politiknya.

Tak bisa dipungkiri, kedekatannya dengan Jokowi membuat tampilan publik Prabowo lebih ramah dan bersahabat, dan yang paling penting, selalu mengetengahkan agenda persatuan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun