Jawaban ini adalah sebuah pernyataan sikap yang menunjukkan kedewasaan politik seorang Prabowo Subianto. Olok-olok itu, bagi Prabowo, sama sekali tidak akan bisa menghadirkan kesejahteraan bagi rakyat. Tidak ada gagasan dan visi di dalam bullying seperti itu.
Bukan saja Ia tidak memperhitungkan Adian dan para pengeritiknya, Prabowo justru memberi pesan bahwa yang paling penting dalam kontestasi politik adalah peran setiap kita untuk menciptakan kesejukan yang membawa persatuan.
Mengapa penting menciptakan kesejukan dan persatuan? Karena dalam suasana yang tenang, rakyat bisa dengan jernih menelaah setiap program dan gagasan yang diucapkan oleh para capres yang hendak bertarung.Â
Rakyat tidak akan bisa fokus pada program dan gagasan kalau politisi terlalu sibuk melontarkan bullying seperti yang gemar diucapkan Adian, menciptakan sensasi yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan kemaslahatan orang banyak.
Seyogianya politik, perbedaan pilihan dan pandangan politik di dalam alam demokrasi, tidak menciptakan multipolarisasi yang berpotensi memunculkan segregasi di dalam masyarakat.
Sikap Prabowo di atas, secara kias, memperlihatkan bahwa Ia memang seorang pengurus kuda yang baik.
Olok-olokan yang berasal dari si penghina dapat dibaca sebagai "kuda liar" yang jika disalah-urusi akan semakin liar dan bisa mencelakakan si pengurus. Butuh strategi khusus untuk menjinakkan"kuda liar" tersebut.
Di tangan "si pengurus kuda yang baik" kuda liar itu dapat dijinakkan dan akhirnya menjadi peliharaan yang sangat menyenangkan dan lucu. Itu bisa kita lihat juga dari cara Prabowo "mengurus" insinuasi dalam monolog Butet Kertaredjasa: "beliau lucu orangnya."
Respon yang sangat sederhana, spontan, tetapi tepat bagi Butet. Tentu saja untuk bisa mengatakan "beliau lucu orangnya" membutuhkan kesabaran dan ketekunan, ya, mirip seperti mengurus kuda.
Memelihara kuda, selain merupakan hobi yang mahal dari segi finansial, membutuhkan keuletan dan ketekunan yang luar biasa.
Dengan ketekunan dan keuletan yang tahan banting Prabowo semakin terlatih menjinakkan, tidak hanya kuda, tetapi juga segala yang liar, termasuk lawan politik yang gemar melakukan pembunuhan karakter (character assassination) dengan elegan dan berkelas.